Luana yang duduk dan sudah mulai bisa menenangkan dirinya, mencoba menjawab semua kebingungan Gio tersebut. "Begini, aku akan menjelaskannya padamu, Kak." Gio merasa sedikit tertohok saat Luana memanggil dirinya kakak, berbeda dengan Luana yang suka mendapatkan kakak baru, Gio yang masih menaruh hati padanya tentu merasa itu adalah sebuah hal yang tidak mengenakkan. Luana membuka mulutnya dan mulai bicara, tapi Kyle segera menginterupsi, "Kalo kamu masih shock, biar aku saja yang menjelaskan padanya, Sayang," sela Kyle sembari menepuk lembut puncak kepala Luana sebelum menoleh kepada Gio yang kebingungan. Luana akhirnya mengangguk dan mengatakan kepada Kyle supaya membantu Gio untuk memahami apa yang sedang terjadi ini. Kyle mendekat kepada Gio dan mulai berkata dengan suara pelan seraya memandang ke para tamu undangan yang mulai kembali ke tempat masing-masing. "Setelah Luana menjadi setengah vampir dengan darah ayahmu yang mengalir di dalam tubuhnya, Luana pun mewar
"mmmmh!" Luana tidak mengangguk tapi Kyle merasakan pahanya yang mengenang saat jemari pria itu membelai bagian dalam milik Luana. "Jangan takut. Aku janji nggak akan sakit kali ini. Kalo kamu tegang, kamu nggak akan bisa menikmatinya dan mungkin malam pertama kita akan gagal, kamu harus rileks untuk bisa menikmati ini, Sayang." Kyle memeluknya erat-erat dengan wajah penuh kasih. Di percobaan pertama dulu mungkin dia terlalu terburu-buru sehingga ketika belum masuk sepenuhnya, Luana menolak karena sakit. Kyle berjanji akan memperlakukan istrinya itu dengan sangat lembut, sehingga gadis itu bisa merasakanpengalaman yang indah tentang pernikahan dan malam pertama. Kyle tidak ingin memaksakan dirinya pada Luana merasa belum siap. Dia ingin menikmati malam yang penuh gairah bersama istri tercintanya tersebut. Kyle dengan lemah lembut memeluk pinggulnya dan mereka pun saling berpelukan. Tangannya dengan lembut meluncur turun ke punggungnya, tetapi dia tidak mencoba untuk meng
"Terima kasih banyak," ucap Kyle seraya mengecup kening istrinya yang sudah separuh tertidur. Begitu berhasil melakukan malam pertama dan melihat Luana menikmati aktivitas tersebut, Kyle tak bisa berhenti. Kyle lega saat tahu bahwa cairan kental miliknya ternyata kini sudah tidak membahayakan Luana, mungkin karena sekarang Luana adalah manusia setengah vampir sehingga tubuhnya mempunyai kekebalan dan bisa menerima dengan baik cairan kental milik Kyle di dalam tubuhnya. Dia seperti menggila karena menahan terlalu lama sehingga malam itu tidak cukup hanya sekali, tapi Kyle terus melakukannya berkali-kali, sampai Luana kelelahan dan jatuh tertidur. "Terima kasih banyak sudah melayaniku dengan baik. Maaf, kamu pasti kelelahan." Kyle terlihat menyesal menatap wajah Luana yang sudah terlelap, membenahi rambutnya sehingga rapi kembali. Dari dulu Luana ini seperti candu bagi Kyle, sekali dia masuk, dia tidak bisa berhenti, dan malam ini pria itu menggila. Namun, melihat
"Astaga, Rion. Aku baru pulang dari bulan madu dan kamu sudah datang ke sini? Tolong beri aku waktu semalam dan besok aku pastikan akan bekerja lagi." Kyle mendesah dengan ekspresi yang sengaja dilebih-lebihkan saat melihat sekretarisnya itu sudah mengunjungi rumahnya, saat dia baru beberapa jam pulang dari bulan madu. Kyle membuka lebar pintu rumahnya, rumah baru yang dia tinggali bersama Luana, dan mempersilakan Rion untuk masuk. "Tuan Muda, saya datang bukan untuk membicarakan pekerjaan, meski Anda memperpanjang bulan madu Anda tanpa mengonfirmasikan dulu kepada saya sehingga saya harus kerja lembur," jawab Rion dengan tenang. Sindirannya tersebut membuat Kyle nyengir lebar. Bulan madu Kyle memang dijadwalkan hanya selama satu minggu, tapi karena dia sedang tergila-gila kepada tubuh Luana seperti seorang remaja yang baru mengenal cinta, dengan kurang bertanggung jawabnya, Kyle menambah hari bulan madu menjadi dua minggu. Akibat tindakannya tersebut—yang juga sengaja
Melihat kehebohan istrinya yang sangat antusias dengan pernikahan Rion dan Leanna tersebut, membuat Kyle hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar dan menarik napas panjang. "Rion!" Dia menatap tajam ke arah Rion untuk menelisik apakah ada sandiwara di tatapan dan senyum yang dia hadiahkan untuk Leanna, tapi Kyle tak menemukan apa pun. Sepertinya, Rion memang serius untuk menikah dengan Leanna. "Apakah dia benar-benar serius?" gumam Kyle, sangsi. Kyle sangat tahu bahwa sekretaris sekaligus tangan kanannya tersebut, selalu serius dalam mengambil tindakan. "Ha, terserah dia." Kyle akhirnya menyerah dan menatap sang sekretaris dengan pasrah. "Baiklah, baiklah. Aku ucapkan selamat padamu kalau begitu. Jadi sekarang gantian, hm? Setelah aku datang dari bulan madu, kamu yang akan pergi? Apakah ini balas dendam jenis baru?" Kyle dengan nada curiga bertanya, sedikit mengolok dan menggoda sekretaris yang sudah seperti temannya sendiri tersebut karena memberi tahu bahwa
Kyle membalik tubuh Luana sehingga dada mereka saling bertabrakan. Dia tersenyum penuh arti dan tatapan menggoda, membuat Luana pura-pura terkejut seraya membelalakkan matanya. "Astaga! Kamu ini nggak ada puas-puasnya, ya! Satu jam lalu kita baru saja—" Ucapan istrinya tersebut dipotong Kyle dengan memberinya sebuah kecupan di bibir sehingga sang istri pun berhenti bicara. "Anggap saja ini penambah energi sebelum besok aku harus kerja lembur," jawabnya kalem. "Ya ampun, staminamu benar-benar luar biasa! Bisa-bisa aku sudah hamil saat datang di pernikahan Rion dan Leanna," protes Luana, meski dengan tersenyum simpul. Luana, memandang suaminya sambil geleng-geleng kepala, sedangkan Kyle hanya tertawa dan mengangkat tubuh mungil istrinya tersebut. "Hal itu kita pikirkan nanti saja, sekarang, ayo kita bersenang-senang di atas tempat tidur!" Pernikahan Leanna dan Rion berjalan sangat meriah karena Leanna merupakan seorang putri tunggal. Banyak yang bahagia sekal
"Luana, dari mana kamu, Sayang? Tumben aku pulang, kamu juga baru pulang?" Kyle menyapa istrinya yang baru saja datang dari luar dengan tatapan bertanya-tanya. Ini pertama kalinya bagi Luana berada di luar saat Kyle sudah pulang dari kantor. Biasanya Luana selalu anteng di dalam rumah dan setiap kali Kyle pulang bekerja, dia sudah cantik dan menunggu dengan setia. Ke mana dia pergi? Setelah menikah, Kyle memberi kebebasan kepada Luana untuk tidak bekerja, dan Luana setuju berada di rumah saja atau kadang-kadang keluar menemui teman-temannya yang tidak seberapa. Namun, baru kali ini Luana pergi sampai menjelang malam seperti ini. Apakah dia menemui pria lain sampai lupa waktu? Kyle memandang istrinya tersebut dengan penuh selidik. Nanti dia akan bertanya pada supir yang membawa Luana ke mana saja seharian ini. Luana berjalan mendekat dan mengambil tas kantor yang dibawa oleh Kyle, lalu sedikit menjinjit untuk melayangkan sebuah kecupan ringan di pipi — kebiasaan ketik
“Luana-ku Sayang, bukankah ini hari Minggu? Kamu mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?” Mood Kyle seketika memburuk saat suatu pagi di hari Minggu, Luana sudah berdandan sangat cantik dan rapi. Hari Minggu adalah hari yang sakral untuk mereka berdua karena ini satu-satunya hari libur Kyle. Dia selalu menanti hari ini agar bisa menghabiskan waktu hanya berdua dengan istrinya itu — setelah enam hari penuh mereka hanya bertemu di malam hari, itu pun terkadang Kyle sudah terlalu lelah. Lalu, ke manakah istrinya di hari sakral seperti ini? "Jangan bilang... untuk menjenguk Leanna lagi?" Astaga. Bayi Leanna benar-benar mulai terasa seperti “pengganggu” dalam hidup rumah tangga mereka. Kalau benar itu alasannya, Kyle merasa harus mengambil tindakan. Masih ada hari lain — Senin, Selasa, Rabu... kenapa harus Minggu? Luana yang sedang menyapukan makeup ke wajahnya menoleh dan tersenyum manis kepada Kyle, tanpa menyadari bahwa suaminya saat ini sedang ngambek tingkat tinggi.
"Tuan, apa ada sesuatu yang terjadi antara Anda dan Lilu saat Anda menyuruh saya keluar beli kopi tadi?" cecar Luke, wajahnya penuh curiga.Sementara itu, Jamie yang sudah duduk tenang di balik meja kerjanya hanya mengangkat bahu, santai."Nggak ada hal kayak gitu. Kenapa kamu sangat kritis hari ini, Luke?" balas Jamie."Hmm, saya yakin sekali. Ada sesuatu. Tapi karena Anda tidak mau cerita, saya akan diam," sahut Luke, meski sorot matanya menunjukkan rasa penasaran yang belum padam.Jamie hanya tersenyum tipis, lalu menyilangkan tangan di depan dada. "Ya. Itu lebih baik buat dirimu, Luke. Daripada sibuk menebak yang nggak penting, lebih baik kamu fokus ke pekerjaan." Ia melambaikan tangan, menyuruh Luke mendekat ke meja."Pekerjaan apa, Tuan?"Jamie menatap Luke dengan ekspresi lebih serius. "Kamu tahu staff bernama Luna?"Kening Luke berkerut. Ia menarik kursi di depannya dan duduk perlahan. "Oh, tentu saja. Dia salah satu staff marketing. Lumayan senior, kontribusinya juga bagus. K
Jamie mengelus rambut Lyodra, lalu balik bertanya dengan tenang. "Menurut kamu, kamu cantik nggak?" "Ih." Lyodra yang membenamkan wajahnya di dada Jamie hanya bersungut-sungut karena pria itu malah balik bertanya dan tak menghibur dirinya. "Jadi menurut Anda, Anda setuju dengan omongan para staff kalo Anda mengangkat saya sebagai sekertaris memang karena wajah saya, iya?" gerutu Lyodra dengan ekspresi merajuk, menatap Jamie dengan bibir cemberut. "Memangnya kamu berpikir kalo kamu cantik nggak?" Jamie malah dengan sengaja membuat gadis itu semakin kesal. "Menurut saya, sih. Saya imut," jawab Lyodra dengan bibir mengerucut karena kesal bos-nya tersebut tak pernah serius menanggapi perkataannya. Jamie tertawa pelan, tapi juga mengangguk. "Yah, kamu cukup imut," jawabnya, yang membuat pipi Lyodra memerah karena malu sebab tak menyangka mendapat pujian seperti itu dari mulut Jamie. "Meski saya imut, Anda nyatanya tidak tertarik pada saya, kan? Anda... Anda pasti masi
"Tuan...." Lyodra memandang Jamie dengan mata berkaca-kaca. Kini hilang sudah rasa sedih, rendah diri dan merasa tak berharga yang melanda Lyodra beberapa saat lalu, setelah mendapat pelukan dari Jamie. Namun, dia masih bingung, kenapa Jamie memeluk dirinya saat masih jam kerja? Bolehkah? Jamie bahkan menawarkan diri untuk menciumnya, siapa yang akan menolak! Tapi... tapi sekali lagi, Lyodra yang tak pernah melihat Jamie yang berinisiatif lebih dulu kepada dirinya, dilanda kebingungan setengah mati. "Tuan, apa ini?" tanya Lyodra pelan. Jantungnya berdetak kencang, membalas pelukan Jamie dan menyandarkan kepala di dadanya, meski dalam hati merasa was-was jika tiba-tiba Luke muncul di hadapan mereka. Ngomong-ngomong Jamie mengusir Luke ke mana, ya? Dia tidak akan kembali dalam waktu singkat, kan? "Jangan GR," jawab Jamie dengan suara tenang, tapi semakin mengeratkan pelukan dan membelai lembut kepala Lyodra. "Kalo gitu saya harus gimana?" Lyodra bertanya pelan seraya
Luna yang senang melihat shock di wajah Lyodra, melanjutkan ucapannya. "Hm, kalo dilihat-lihat, emang mencurigakan banget, sih. Kamu baru umur berapa? Masih muda banget, kan? Kok bisa langsung keterima jadi sekretaris beliau? Apa jangan-jangan kamu gunain tubuh kamu buat ngerayu bos? Iya?" tuduh Luna dengan senyum sinis. Sebenarnya Lyodra tak dekat sama sekali dengan gadis ini, Luna tiba-tiba bergabung bersama dirinya, Derryl dan Andin saat makan siang, dan mereka semua menerima kedatangan gadis yang katanya fans nomor satu Jamie tersebut. Lyodra tak menyangka, saat Derryl dan Andin tak ada di sini, Luna akan mengatakan hal-hal kejam seperti ini padanya. "Hey, Lun. Jaga ucapan kamu!" geram Lyodra, mengepalkan kedua tangan. Lyodra tiba-tiba menyesal kenapa kemarin tidak menyebutkan saja nama Luna kepada Jamie, sebagai penyebar gosip bahwa Jamie ciuman dengan Shane! "Kenapa aku harus ngejaga ucapan aku di depan pegawai baru kayak kamu? Nyatanya gosip itu mungkin aja benar,
"Ly, ayo pulang. Kamu bilang sedang sakit, kan?" Lyodra yang tadinya mengira Jamie akan mengatakan hal romantis, langsung cemberut dan berteriak protes. "Ihh, Ooomm!" Jamie tertawa, mengacak pelan puncak rambut Lyodra dan bertanya dengan nada menggoda. "Memangnya kamu berpikir aku akan ngomong apa?" "Ahh, nggak tahulah! Ya sudah ayo pulang!" seru Lyodra, memegang lengan Jamie dan menyeretnya pulang. Lalu keduanya pun berjalan meninggalkan ruangan Jamie sambil bertukar tawa. "Om, om beneran udah nggak punya perasaan sama cewek itu? Dia cantik banget loh!" ucap Lyodra, setelah mereka berdua berada di mobil Jamie, menuju perjalanan pulang. Jamie yang sedang mengemudi, menoleh ke arah Lyodra dan bertanya dengan sedikit menggoda. "Kenapa? Kamu cemburu?" Ditodong secara langsung seperti itu, wajah putih Lyodra seketika memerah seperti kepiting rebus, gadis itu sibuk mengelak dengan suara gugup. "Ah, enggak. Itu... maksudnya..." "Cemburu aja, aku suka lihat kamu yan
Dengan langkah penuh tekad, Lyodra membuka pintu ruang kerja Jamie tanpa mengetuk.Begitu pintu terbuka, dia melihat Jamie sedang duduk di sofa panjang, sementara Shane duduk sangat dekat di sebelahnya, tangannya menggantung manja di lengan Jamie.Mata Jamie langsung bergerak cepat, menangkap sosok kecil Lyodra yang berdiri di ambang pintu. Tatapan mereka bertemu. Ada percikan emosi di mata Jamie, campuran terkejut dan... protektif."Lyodra?" suara Jamie terdengar sedikit lebih berat dari biasanya.Shane yang melihat itu, mendengus kecil dan mengeraskan suaranya, seolah ingin menegaskan posisi."Ini ruang pribadi, *anak kecil.* Belajar sopan, ya? Orang dewasa lagi bicara."Lyodra mengangkat dagunya. Dengan langkah santai tapi penuh kepercayaan diri, dia masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu di belakangnya, *klik*—sebuah gerakan yang membuat suasana mendadak lebih tegang."Aku tahu ini ruang pribadi," jawab Lyodra, tersenyum manis namun matanya dingin. "Makanya aku ke sini. Mau ngin
Lyodra tentu saja langsung bereaksi mendengar ancaman Jamie."Hah? Jangan! Jangan, Om. Mereka nggak salah. Jangan pecat mereka...."Dengan panik, Lyodra melepaskan pelukannya dan menyatukan kedua tangan di depan Jamie, memohon-mohon dengan mata memelas.Jamie, yang melihat tingkah menggemaskan sekretarisnya itu, hanya melipat tangan di dada. Suaranya dibuat setenang mungkin, namun ada nada menggoda di dalamnya."Mereka salah karena udah berani ngomongin aku di belakang. Udah gitu, nyebarin gosip nggak jelas lagi. Jadi, dipecat itu hukuman yang pas."Wajah Lyodra langsung pucat. Dengan cepat dia membela teman-temannya."Tapi, tapi bukan mereka semua, kok! Cuman satu orang! Terus... jangan pecat dia, nanti kalau aku dibilang cepu gimana?" keluhnya dengan suara lirih.Jamie hanya menghela napas."Hmmm."Takut Jamie benar-benar marah, Lyodra buru-buru merajuk, bibirnya mengerucut manja."Om, jangan marah, ya? Ish."Jamie menatap Lyodra, kemudian mengulurkan tangannya dan menyentil kening
Tubuh Jamie adalah satu-satunya tubuh pria yang pernah dia peluk dan akan selamanya menjadi satu-satunya orang yang dipeluk olehnya. Berada di pelukan pria tegap ini selalu nyaman, Lyodra juga merasa begitu tenang dengan aroma harum dari tubuh Jamie yang terus menemani dirinya sejak masa sulit sampai sekarang. Jadi, setelah berhasil memeluknya lagi, sungguh sangat disayangkan kalau langsung melepaskannya begitu saja, kan? "Terus?" Jamie bertanya lagi, kali ini sambil membenahi rambut Lyodra yang jatuh menutupi pipi gadis itu, lalu menyelipkan nya ke belakang telinga. Sikap yang sangat manis, membuat jantung Lyodra berdebar kencang. "Hati aku. Sakit banget," keluh Lyodra dengan bibir cemberut dan suara manja, masih memeluk Jamie meski sedikit melonggarkan pelukan sehingga bisa menatap wajah tampan Jamie. "Kenapa?" Jamie bertanya dengan suara lembut, yang membuat Lyodra menghela napas panjang dan mengeratkan pelukan. "Om, peluknya lamaan dikit, ya? Kan aku masih sak
"Ahhh, benarkah dia sudah punya pacar?" Lyodra llemas bukan main setelah mendengar gosip tentang Jamie yang dilontarkan Luna saat makan siang tadi. "Jamie sudah berciuman sama cewek bernama Shane itu, apa artinya mereka akan pacaran?" gumam Lyodra dengan wajah murung. Padahal dia baru saja bersuka cita karena perlakuan Jamie pagi ini, tapi sekarang... setelah diangkat tinggi-tinggi seperti itu, dia tiba-tiba seperti dihempaskan ke bumi begitu saja. Sakit. "Secantik apa sih cewek yang namanya nona Shane itu? Sampe bisa menggelayut manja di lengan Jamie?" gerutu Lyodra yang merasa cemburu hanya dengan mendengar ceritanya. Dia tak terima ada gadis yang dekat dengan Jamie, meski pada kenyataannya, dia sendiri bukan siapa-siapa Jamie. "Ahhh, aku nggak terima!" Lyodra yang diserang rasa cemburu yang menggila, mulai men stalking semua hal tentang Nathalie Shane, mulai dari tempat sekolah dan tempat kerjanya sekarang. "Haaaah?? Dia saingankuu??!" Setelah melihat semua ha