"mmmmh!" Luana tidak mengangguk tapi Kyle merasakan pahanya yang mengenang saat jemari pria itu membelai bagian dalam milik Luana. "Jangan takut. Aku janji nggak akan sakit kali ini. Kalo kamu tegang, kamu nggak akan bisa menikmatinya dan mungkin malam pertama kita akan gagal, kamu harus rileks untuk bisa menikmati ini, Sayang." Kyle memeluknya erat-erat dengan wajah penuh kasih. Di percobaan pertama dulu mungkin dia terlalu terburu-buru sehingga ketika belum masuk sepenuhnya, Luana menolak karena sakit. Kyle berjanji akan memperlakukan istrinya itu dengan sangat lembut, sehingga gadis itu bisa merasakanpengalaman yang indah tentang pernikahan dan malam pertama. Kyle tidak ingin memaksakan dirinya pada Luana merasa belum siap. Dia ingin menikmati malam yang penuh gairah bersama istri tercintanya tersebut. Kyle dengan lemah lembut memeluk pinggulnya dan mereka pun saling berpelukan. Tangannya dengan lembut meluncur turun ke punggungnya, tetapi dia tidak mencoba untuk meng
"Terima kasih banyak," ucap Kyle seraya mengecup kening istrinya yang sudah separuh tertidur. Begitu berhasil melakukan malam pertama dan melihat Luana menikmati aktivitas tersebut, Kyle tak bisa berhenti. Kyle lega saat tahu bahwa cairan kental miliknya ternyata kini sudah tidak membahayakan Luana, mungkin karena sekarang Luana adalah manusia setengah vampir sehingga tubuhnya mempunyai kekebalan dan bisa menerima dengan baik cairan kental milik Kyle di dalam tubuhnya. Dia seperti menggila karena menahan terlalu lama sehingga malam itu tidak cukup hanya sekali, tapi Kyle terus melakukannya berkali-kali, sampai Luana kelelahan dan jatuh tertidur. "Terima kasih banyak sudah melayaniku dengan baik. Maaf, kamu pasti kelelahan." Kyle terlihat menyesal menatap wajah Luana yang sudah terlelap, membenahi rambutnya sehingga rapi kembali. Dari dulu Luana ini seperti candu bagi Kyle, sekali dia masuk, dia tidak bisa berhenti, dan malam ini pria itu menggila. Namun, melihat
"Astaga, Rion. Aku baru pulang dari bulan madu dan kamu sudah datang ke sini? Tolong beri aku waktu semalam dan besok aku pastikan akan bekerja lagi." Kyle mendesah dengan ekspresi yang sengaja dilebih-lebihkan saat melihat sekretarisnya itu sudah mengunjungi rumahnya, saat dia baru beberapa jam pulang dari bulan madu. Kyle membuka lebar pintu rumahnya, rumah baru yang dia tinggali bersama Luana, dan mempersilakan Rion untuk masuk. "Tuan Muda, saya datang bukan untuk membicarakan pekerjaan, meski Anda memperpanjang bulan madu Anda tanpa mengonfirmasikan dulu kepada saya sehingga saya harus kerja lembur," jawab Rion dengan tenang. Sindirannya tersebut membuat Kyle nyengir lebar. Bulan madu Kyle memang dijadwalkan hanya selama satu minggu, tapi karena dia sedang tergila-gila kepada tubuh Luana seperti seorang remaja yang baru mengenal cinta, dengan kurang bertanggung jawabnya, Kyle menambah hari bulan madu menjadi dua minggu. Akibat tindakannya tersebut—yang juga sengaja
Melihat kehebohan istrinya yang sangat antusias dengan pernikahan Rion dan Leanna tersebut, membuat Kyle hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar dan menarik napas panjang. "Rion!" Dia menatap tajam ke arah Rion untuk menelisik apakah ada sandiwara di tatapan dan senyum yang dia hadiahkan untuk Leanna, tapi Kyle tak menemukan apa pun. Sepertinya, Rion memang serius untuk menikah dengan Leanna. "Apakah dia benar-benar serius?" gumam Kyle, sangsi. Kyle sangat tahu bahwa sekretaris sekaligus tangan kanannya tersebut, selalu serius dalam mengambil tindakan. "Ha, terserah dia." Kyle akhirnya menyerah dan menatap sang sekretaris dengan pasrah. "Baiklah, baiklah. Aku ucapkan selamat padamu kalau begitu. Jadi sekarang gantian, hm? Setelah aku datang dari bulan madu, kamu yang akan pergi? Apakah ini balas dendam jenis baru?" Kyle dengan nada curiga bertanya, sedikit mengolok dan menggoda sekretaris yang sudah seperti temannya sendiri tersebut karena memberi tahu bahwa
Kyle membalik tubuh Luana sehingga dada mereka saling bertabrakan. Dia tersenyum penuh arti dan tatapan menggoda, membuat Luana pura-pura terkejut seraya membelalakkan matanya. "Astaga! Kamu ini nggak ada puas-puasnya, ya! Satu jam lalu kita baru saja—" Ucapan istrinya tersebut dipotong Kyle dengan memberinya sebuah kecupan di bibir sehingga sang istri pun berhenti bicara. "Anggap saja ini penambah energi sebelum besok aku harus kerja lembur," jawabnya kalem. "Ya ampun, staminamu benar-benar luar biasa! Bisa-bisa aku sudah hamil saat datang di pernikahan Rion dan Leanna," protes Luana, meski dengan tersenyum simpul. Luana, memandang suaminya sambil geleng-geleng kepala, sedangkan Kyle hanya tertawa dan mengangkat tubuh mungil istrinya tersebut. "Hal itu kita pikirkan nanti saja, sekarang, ayo kita bersenang-senang di atas tempat tidur!" Pernikahan Leanna dan Rion berjalan sangat meriah karena Leanna merupakan seorang putri tunggal. Banyak yang bahagia sekal
"Luana, dari mana kamu, Sayang? Tumben aku pulang, kamu juga baru pulang?" Kyle menyapa istrinya yang baru saja datang dari luar dengan tatapan bertanya-tanya. Ini pertama kalinya bagi Luana berada di luar saat Kyle sudah pulang dari kantor. Biasanya Luana selalu anteng di dalam rumah dan setiap kali Kyle pulang bekerja, dia sudah cantik dan menunggu dengan setia. Ke mana dia pergi? Setelah menikah, Kyle memberi kebebasan kepada Luana untuk tidak bekerja, dan Luana setuju berada di rumah saja atau kadang-kadang keluar menemui teman-temannya yang tidak seberapa. Namun, baru kali ini Luana pergi sampai menjelang malam seperti ini. Apakah dia menemui pria lain sampai lupa waktu? Kyle memandang istrinya tersebut dengan penuh selidik. Nanti dia akan bertanya pada supir yang membawa Luana ke mana saja seharian ini. Luana berjalan mendekat dan mengambil tas kantor yang dibawa oleh Kyle, lalu sedikit menjinjit untuk melayangkan sebuah kecupan ringan di pipi — kebiasaan ketik
“Luana-ku Sayang, bukankah ini hari Minggu? Kamu mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?” Mood Kyle seketika memburuk saat suatu pagi di hari Minggu, Luana sudah berdandan sangat cantik dan rapi. Hari Minggu adalah hari yang sakral untuk mereka berdua karena ini satu-satunya hari libur Kyle. Dia selalu menanti hari ini agar bisa menghabiskan waktu hanya berdua dengan istrinya itu — setelah enam hari penuh mereka hanya bertemu di malam hari, itu pun terkadang Kyle sudah terlalu lelah. Lalu, ke manakah istrinya di hari sakral seperti ini? "Jangan bilang... untuk menjenguk Leanna lagi?" Astaga. Bayi Leanna benar-benar mulai terasa seperti “pengganggu” dalam hidup rumah tangga mereka. Kalau benar itu alasannya, Kyle merasa harus mengambil tindakan. Masih ada hari lain — Senin, Selasa, Rabu... kenapa harus Minggu? Luana yang sedang menyapukan makeup ke wajahnya menoleh dan tersenyum manis kepada Kyle, tanpa menyadari bahwa suaminya saat ini sedang ngambek tingkat tinggi.
Terjadi perdebatan kecil di antara mereka yang akhirnya membuat Kyle pergi dari ruangan itu, mengalah. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa istrinya seperti itu, dia tidak marah saat Luana lebih menghawatirkan keadaan Leanna daripada dirinya, tapi ini sudah sangat keterlaluan. Dan saat ini, dia bahkan tak bisa melakukan apa pun selain menunggu Luana puas berkunjung dan bermain-main dengan Leanna. Kyle menyugar rambutnya ke belakang, memijat keningnya yang terasa sakit. Beberapa saat kemudian, Rion mendatangi Kyle yang duduk di ruangan terpisah dalam rumahnya, sembari terus menatap Luana masih asyik berbicara dengan Leanna. Mereka tampak terlibat dalam pembicaraan seru sampai benar-benar mengabaikan Kyle. "Tuan Muda, bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar, Luana sepertinya belum puas berada di sini, mereka berdua janjian mau mendesain kamar bayi sampai saya pun terabaikan." Ucapan Rion tersebut dibalas Kyle dengan dengkusan. "Bukan hanya kamu, aku malah seperti diduakan
"Jamie, sini. Om Kyle datang, Sayang."Jia memanggil Jamie yang sampai saat Luana dan Kyle kembali dari ruangan Jia, anak kecil itu masih asyik di depan komputer. Kini jemari tangannya lincah menari di atas keyboard dengan kedua telinga tersumpal earphone besar.Jamie melepas earphone di telinganya dan turun dari kursi, lalu berjalan mendekat ke arah Kyle yang kini duduk berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya."Hai, Oom. Ke sini sama siapa?"Jamie kembali membuat Luana tercengang karena bicaranya yang sudah fasih dan tidak cadel di usia tiga tahun. Benar-benar seperti melihat langsung the amazing child. Kyle mengangkat telapak tangan dan melakukan tos dengan Jamie, mereka terlihat akrab satu sama lain. Sepertinya Kyle lebih sering ke sini melebihi dugaan Luana. Ia menyesal kenapa tak mengenal Jamie lebih dulu sebelumnya."Sama istriku, nih."Luana ikut duduk jongkok di samping Kyle dan mengangkat tangan untuk mengajak Jamie ber-tos ria. Namun, anak kecil itu mengabaikan Luan
Luana, yang kini berdiri di samping Kyle dengan tangan memeluk lengan sang suami, bertanya seraya menatap lurus kepada Jeremy, putra Lucas yang kabarnya masih berusia tiga tahun. "Ya, dia merayakan ulang tahun ketiganya beberapa bulan lalu," jawab Kyle santai, berbeda dengan Luana yang terus menerus memandang Jamie—panggilan Jeremy—dengan mata terbuka lebar. Pasalnya, apa yang dilihat oleh Luana ini benar-benar tak umum bagi anak laki-laki berusia tiga tahun seperti Jamie. Saat ini, yang berada di depan Luana bukanlah seorang anak kecil imut yang berlarian ke sana kemari dengan membawa mainan di tangan. Namun, seorang anak kecil yang tampak sibuk di depan sebuah layar komputer besar, bersama orang-orang dewasa di sekitarnya. Dia sungguh tidak seperti anak kecil, tapi seperti orang dewasa yang terjebak di tubuh anak kecil! Lihat saja ekspresi seriusnya tersebut ketika sedang berhadapan dengan komputer—benar-benar luar biasa. Dia bahkan tak menoleh sama sekali atas keda
"Hmmm, maafkan aku, ya, Luana. Maaf kalau aku masih menjadi suami yang buruk." Kyle mengatakan hal itu dengan serius, meski tak berani mengakui kebenaran, tapi dia tetap bersungguh-sungguh untuk meminta maaf. "Aku juga minta maaf karena belum bisa memberi dirimu anak." Luana segera menggeleng dan mengatakan itu bukan masalah besar baginya, jadi Kyle tak perlu memikirkannya terlalu berlebihan. Tiba-tiba Kyle ingat sesuatu. "Ah, bicara tentang anak... bagaimana kalau kamu mengadopsi anak, Luana? Di perusahaan keamanan milik Zeus yang dipimpin oleh Jia, kemarin ada salah satu anggotanya yang merupakan suami istri dan keduanya meninggal dalam misi. Mereka meninggalkan seorang anak laki-laki berusia tiga tahun. Saat ini dia tinggal di gedung organisasi dan dirawat bersama oleh para anggota karena sudah seperti anak mereka sendiri. Apakah kamu mau mengadopsinya?" Kyle tiba-tiba teringat putra Lucas, kakak angkatnya yang meninggal dalam misi beberapa waktu lalu. Kyle da
"Kyle, Kyle." Luana mengguncang pelan tubuh sang suami yang tidur miring di sebelahnya, sementara itu kedua netranya sudah basah oleh air mata. "Kyle, bangun." Kali ini dia mengguncang agak keras karena suaminya tersebut tidak segera membuka mata, sepertinya dia tidur terlalu lelap, sedang saat ini Luana benar-benar butuh dirinya. "Kyle!" Luana akhirnya berteriak. Kyle yang kaget karena ada yang memanggil dirinya dengan keras, langsung terbangun sampai terduduk. Dia menoleh ke samping dan mendapati istrinya sedang duduk dengan pipi basah oleh air mata. "Luana? Ada apa?" Wajah Kyle seketika panik, dia menyentuh pundak gadis itu dan menggoyangkannya. "Ada apa, Sayang? Kenapa kamu menangis?" tanyanya, lalu meraih Luana ke dalam pelukan. Kyle melirik jam di dinding, masih pukul tiga dini hari. Kenapa istrinya menangis di jam seperti ini? Luana yang berada di pelukan Kyle, menangis sampai bahunya naik turun. "Kyle...." "Iya, ada apa? Bilang padaku, Sayang. Ada ap
"Bagaimana menurutmu, Pak Tua?" Kyle yang akhirnya sadar bahwa dia tidak ada bedanya dengan sang ayah, yang memaksakan kehendak kepada orang lain demi kebahagiaan pribadinya, menemui Raphael untuk mengusahakan Luana agar bisa hamil. Dia sudah bertekad untuk melakukan apa pun agar istrinya tersebut bisa hamil. Kyle ingin melihat senyum bahagia di bibir perempuan yang sangat dicintainya tersebut, meski risiko yang harus dihadapi olehnya jika membiarkan Luana hamil adalah kematian sang istri. Kyle dengan sengaja tidak membagikan kerisauan yang terus mengganggu dirinya tersebut kepada Luana. Biarlah Luana hanya tahu kabar yang baik-baik saja. Dan, tujuannya untuk menemui Raphael kali ini adalah untuk meminta pendapat kepada vampir yang juga seorang dokter tersebut bagaimana cara agar Luana bisa hamil, tapi nyawanya tetap bisa selamat. Raphael menyanggupi permintaan Kyle dan datang ke dunia manusia untuk menemui Luana, setelah sekian puluh tahun vampir tua tersebut tak menginjakka
Terjadi perdebatan kecil di antara mereka yang akhirnya membuat Kyle pergi dari ruangan itu, mengalah. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa istrinya seperti itu, dia tidak marah saat Luana lebih menghawatirkan keadaan Leanna daripada dirinya, tapi ini sudah sangat keterlaluan. Dan saat ini, dia bahkan tak bisa melakukan apa pun selain menunggu Luana puas berkunjung dan bermain-main dengan Leanna. Kyle menyugar rambutnya ke belakang, memijat keningnya yang terasa sakit. Beberapa saat kemudian, Rion mendatangi Kyle yang duduk di ruangan terpisah dalam rumahnya, sembari terus menatap Luana masih asyik berbicara dengan Leanna. Mereka tampak terlibat dalam pembicaraan seru sampai benar-benar mengabaikan Kyle. "Tuan Muda, bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar, Luana sepertinya belum puas berada di sini, mereka berdua janjian mau mendesain kamar bayi sampai saya pun terabaikan." Ucapan Rion tersebut dibalas Kyle dengan dengkusan. "Bukan hanya kamu, aku malah seperti diduakan
“Luana-ku Sayang, bukankah ini hari Minggu? Kamu mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?” Mood Kyle seketika memburuk saat suatu pagi di hari Minggu, Luana sudah berdandan sangat cantik dan rapi. Hari Minggu adalah hari yang sakral untuk mereka berdua karena ini satu-satunya hari libur Kyle. Dia selalu menanti hari ini agar bisa menghabiskan waktu hanya berdua dengan istrinya itu — setelah enam hari penuh mereka hanya bertemu di malam hari, itu pun terkadang Kyle sudah terlalu lelah. Lalu, ke manakah istrinya di hari sakral seperti ini? "Jangan bilang... untuk menjenguk Leanna lagi?" Astaga. Bayi Leanna benar-benar mulai terasa seperti “pengganggu” dalam hidup rumah tangga mereka. Kalau benar itu alasannya, Kyle merasa harus mengambil tindakan. Masih ada hari lain — Senin, Selasa, Rabu... kenapa harus Minggu? Luana yang sedang menyapukan makeup ke wajahnya menoleh dan tersenyum manis kepada Kyle, tanpa menyadari bahwa suaminya saat ini sedang ngambek tingkat tinggi.
"Luana, dari mana kamu, Sayang? Tumben aku pulang, kamu juga baru pulang?" Kyle menyapa istrinya yang baru saja datang dari luar dengan tatapan bertanya-tanya. Ini pertama kalinya bagi Luana berada di luar saat Kyle sudah pulang dari kantor. Biasanya Luana selalu anteng di dalam rumah dan setiap kali Kyle pulang bekerja, dia sudah cantik dan menunggu dengan setia. Ke mana dia pergi? Setelah menikah, Kyle memberi kebebasan kepada Luana untuk tidak bekerja, dan Luana setuju berada di rumah saja atau kadang-kadang keluar menemui teman-temannya yang tidak seberapa. Namun, baru kali ini Luana pergi sampai menjelang malam seperti ini. Apakah dia menemui pria lain sampai lupa waktu? Kyle memandang istrinya tersebut dengan penuh selidik. Nanti dia akan bertanya pada supir yang membawa Luana ke mana saja seharian ini. Luana berjalan mendekat dan mengambil tas kantor yang dibawa oleh Kyle, lalu sedikit menjinjit untuk melayangkan sebuah kecupan ringan di pipi — kebiasaan ketik
Kyle membalik tubuh Luana sehingga dada mereka saling bertabrakan. Dia tersenyum penuh arti dan tatapan menggoda, membuat Luana pura-pura terkejut seraya membelalakkan matanya. "Astaga! Kamu ini nggak ada puas-puasnya, ya! Satu jam lalu kita baru saja—" Ucapan istrinya tersebut dipotong Kyle dengan memberinya sebuah kecupan di bibir sehingga sang istri pun berhenti bicara. "Anggap saja ini penambah energi sebelum besok aku harus kerja lembur," jawabnya kalem. "Ya ampun, staminamu benar-benar luar biasa! Bisa-bisa aku sudah hamil saat datang di pernikahan Rion dan Leanna," protes Luana, meski dengan tersenyum simpul. Luana, memandang suaminya sambil geleng-geleng kepala, sedangkan Kyle hanya tertawa dan mengangkat tubuh mungil istrinya tersebut. "Hal itu kita pikirkan nanti saja, sekarang, ayo kita bersenang-senang di atas tempat tidur!" Pernikahan Leanna dan Rion berjalan sangat meriah karena Leanna merupakan seorang putri tunggal. Banyak yang bahagia sekal