"Kyle... "Luana menghela napas dengan perasaan bersalah karena lagi-lagi melukai hati Kyle dan segera duduk di pinggir ranjang untuk melihat semua bukti yang sudah dirangkum oleh pria itu. Saat tahu semaunya, bahwaVenus benar-benar sangat terlibat dalam kasus human trafficking bersama Julia, yang hampir menghilangkan keperawanan Luana, serta rekaman telepon bagaimana Julia berbicara dengan Venus bahwa Venus ternyata mengincar Luana sejak lama untuk dijual, tubuh gadis itu seketika lemas selemas-lemasnya."Jadi sebenarnya selama ini aku... tertipu mentah-mentah?"Luana menggumamkan kata itu dengan ekspresi hancur, terlebih saat ingat, bahwa ia telah menyakiti Kyle, orang yang sangat tulus menolongku dengan prasangka yang begitu kejam, membuat Luana merasa sangat bersalah sampai tak tahu harus berbuat apa."Ky, dia... dia pasti kecewa banget sama aku. Apakah setelah ini, dia nggak bakal mau ketemu aku?"Memikirkan Kyle yang pergi meninggalkan dirinys, hati Luana terasa hampa dan koso
Luana mengingat wajah Kyle dengan ekspresi menyesal. Sangat yakin bahwa ia kena karma karena dulu telah sering mengabaikan chat dari Kyle, sehingga sekarang mengalaminya sendiri."Huft, mungkin dia sedang sibuk. Ayo kita tunggu sampai besok," ucap Luana, menyemangati diri sendiri dan yakin bahwa besok Kyle pasti akan menjawab chat darinya. Sialnya, bahkan sampai besok, chat Luana tetap tak dibalas oleh Kyle! "Kyle... kenapa sejahat ini sama aku, sihhh???"Di hari ketiga Kyle tak memedulikan semua chat dari Luana, Kyle berteriak frustasi.Bayangkan! Setiap hari Luana mengirim banyak chat pada Kyle, entah itu bertanya keadaan atau mengirim permintaan maaf, tapi apa? Semua chat Luana itu hanya dibaca olehnya!"Kenapa dia jadi dingin banget sama aku? Apa aku udah nggak ada kesempatan lagi buat dimaafin?" gumam Luana, putus asa.Rasanya sangat menyesakkan. Ini bahkan lebih sakit daripada patah hati."Please, kapan sih kamu mau ngebales chat aku??"Luana akhirnya hanya bisa mencak mencak
"Kyle."Luana memanggil pria itu dengan suara pelan. Ia mencoba bicara untuk memberi tahu bahwa dirinya merasa bersalah dan ingin memperbaiki hubungan mereka lebih awal pada remaja lelaki yang sedang memeluknya ini, tapi kata-katanya seakan tertahan di tenggorokan.Lidah Luana kelu. Rasa bersalah menghimpit dadanya dengan kuat."Lo terus ... aja bersikap kayak gini, lo tuh kayak nahan gue tau nggak, Lun. Lo nggak suka gue, tapi lo ngelarang gue pergi. Apa ini, Luana?"Pertanyaan pelan Kyle semakin menohok hati Luana. "Kalo gitu... aku, aku minta maaf, Kyle. Maaf kalo semua chat aku bikin kamu semakin tersiksa," ucap Luana, pelan.Akhirnya, hanya itu yang bisa ia ucapkan pada Kyle. Permintaan maaf.Luana tak tahu jika Kyle sangat menderita selama ini, luana mengirim banyak chat padanya karena ingin berbaikan, ia benar-benar tak tahu jika itu sangat mengganggu Kyle. "Lo tau nggak, lo tuh terus bikin gue berharap. Bikin gue yang awalnya mau nyerah, jadi terus pengin berusaha lagi dan
"Kyle... "Luana memanggil Kyle dengan putus asa. "Kata lo nggak usah dibahas lagi," tandas Kyle sedikit ketus."Baiklah, baiklah. Sekarang, kamu benar-benar mau tidur sini? Aku bakal temenin kamu. Atau... kamu mau masuk ke rumahku dan tidur di sana?" tawar Luana, mencoba mengambil hati Kyle. "Makasih. Nggak usah terlalu perhatian ama gue," sahutnya. Kali ini, lebih Ketus."Apa ada yang masih sakit, kamu terlihat lemas, Kyle."Luana tetap keras kepala mengajak Kyle bicara karena merasa sangat bersalah telah melukai hatinya."Nggak usah khawatirin gue."Kyle kembali menjawab dengan suara ketus."Ya udah kalo gitu. Apa di mobil ini ada selimut? Apa kamu perlu selimut? Bajumu tadi penuh darah, apa aku perlu masuk ke rumahku buat ngambilin kamu sesuatu? Aku punya hoodie milik kamu di rumah, kalo kamu mau ....""Nggak usah," potong Kyle. Menggeleng sambil masih tetap membenamkan wajahnya di kemudi dengan berbantalkan kedua lengan."Ky, maunya apa kalo gitu? Bilang sama aku," pinta Luana
Saat Luana masih tercengang dengan apa yang tengah terjadi, gadis itu mendengar suara pelan Kyle. "M-maaf."Dia mengatakan itu sambil mengusap wajahnya dengan kasar, sehingga Luana yang tadi hampir tantrum karena ditinggal saat enak-enaknya, ganti menjadi bingung."Maaf... kenapa?"Bibir Luana tentu saja dengan reflek menanyakan itu, sedangkan Kyle malah membuang muka ke jendela dan menarik napas panjang."Maaf udah nyium tanpa izin," jawabnya dengan suara lirih yang terdengar manis di telinga sang gadis, sehingga membuat Luana merasa sedikit terhibur kadang sepertinya dia tidak sedang balas dendam dengan meninggalkan dirinya di tengah-tengah ciuman mereka "Ehm, nggak papa," jawab Luana, pura-pura malu padahal senang luar biasa karena Kyle sepertinya masih, yah, memiliki perasaan padanya. Namun, suasana di antara mereka masih sangat canggung sehingga tak ada satupun yang berbicara."Ehm, Kyle. Kamu ... beneran nanti tidur di sini?"Luana akhirnya bertanya, mencoba mencairkan suasan
"Akhirnya kita bertemu lagi, Jeany Sayang."Dante Richardo ... pria yang aku hindari karena kesalahan di masa lalu kini menyapaku dingin. Senyum di bibirnya tak lagi membuatku terpana seperti dulu, melainkan merinding seketika. Senyumnya yang sekarang seperti seorang psikopat.Dia sangat berbeda dengan saat kami sama-sama kuliah di jurusan manajemen bisnis. Pria yang dulu terlihat polos itu kini tiba-tiba berubah menjadi seorang dokter muda dengan aura yang benar-benar berbeda.Aku pernah mendengar bahwa dia ganti jurusan kuliah setelah putus denganku, tapi aku tak menyangka, dia akan berubah se-drastis ini. Auranya yang sekarang luar biasa. Hanya melihatnya berdiri diam di depanku, sudah membuat saraf-sarafku tegang seketika. Sungguh. Bagaimana seseorang bisa berubah sebanyak ini? Senyum manis yang dulu selalu dia berikan padaku kini menghilang tanpa bekas. Aku seperti melihat sosok berbeda dari seorang Dante Richardo. Pria dingin di depanku ini, aku benar-benar tak mengenalnya.
"Budak?"Suara Richard terdengar sangat dingin, sehingga aku segera membuka mata, lalu segera dibuat sangat terkejut saat melihat bagaimana Richard yang tampak sangat jijik saat mendengar aku berkata bahwa bersedia menjadi budaknya untuk menebus dosa."K-kenapa...."Aku bertanya dengan kebingungan. Maksudku, bukankah hal seperti inilah yang terjadi di novel-novel saat kita berada di situasi seperti ini?Biasanya seorang pria akan senang mendengar kata-kata itu, kan?? Lalu kenapa dia terlihat sangat jijik saat aku mengatakan hal itu?Sungguh, aku tak mengerti lagi jalan pikirannya! "Jeany, sepertinya kamu salah paham dengan sesuatu. Menjadi budak? Melihatmu memohon seperti ini, membuatku tak tahan untuk segera mengulitimu. Apa kamu bersedia menjadi budak untuk memuaskan hasratku yang itu?"Dia mengatakan itu semua dengan suara lembut, tapi aku sangat menyadari betapa membunuhnya tatapan yang Richard arahkan padaku.Aku juga sangat yakin, dia tidak main-main dengan kata-katanya, sehin
Atas pertanyaanku itu, Richard hanya tertawa terbahak-bahak tanpa memberiku jawaban yang kuinginkan, penampilannya yang tampan terlihat menakutkan saat menertawakanku seperti itu. "Kamu... kamu bisa-bisanya menculikku saat aku sedang tidur! Ini tidak adil, Rich!" teriakku, putus asa. "Menculik? Sayang, aku tidak menculikmu, tapi aku MENANGKAPMU," ralat Richard dengan tersenyum sinis, mencengkeram pipiku sehingga aku meringis kesakitan. "M-menangkap?"Richard yang begitu menakutkan itu tertawa melihat pekatnya ekspresi ketakutan di wajahku. "Ya, Jeany. Kamu pasti telah berpikir sudah berhasil lepas dari genggamanku, kan? Sayang sekali, kamu salah. Dari awal pelarianmu sampai sini, aku tepat berada di belakangmu, Sayang," jawabnya, tertawa meremehkan dan mengambil sebuah tablet dan menunjukkan layarnya padaku. "Lihat ini. Kamu pasti langsung tahu, bahwa hidupmu sekarang ada di genggamanku, kan?"Richard berkata dengan suara penuh percaya diri, menunjukkan bagaimana seluruh kegiatan
Saat Luana masih tercengang dengan apa yang tengah terjadi, gadis itu mendengar suara pelan Kyle. "M-maaf."Dia mengatakan itu sambil mengusap wajahnya dengan kasar, sehingga Luana yang tadi hampir tantrum karena ditinggal saat enak-enaknya, ganti menjadi bingung."Maaf... kenapa?"Bibir Luana tentu saja dengan reflek menanyakan itu, sedangkan Kyle malah membuang muka ke jendela dan menarik napas panjang."Maaf udah nyium tanpa izin," jawabnya dengan suara lirih yang terdengar manis di telinga sang gadis, sehingga membuat Luana merasa sedikit terhibur kadang sepertinya dia tidak sedang balas dendam dengan meninggalkan dirinya di tengah-tengah ciuman mereka "Ehm, nggak papa," jawab Luana, pura-pura malu padahal senang luar biasa karena Kyle sepertinya masih, yah, memiliki perasaan padanya. Namun, suasana di antara mereka masih sangat canggung sehingga tak ada satupun yang berbicara."Ehm, Kyle. Kamu ... beneran nanti tidur di sini?"Luana akhirnya bertanya, mencoba mencairkan suasan
"Kyle... "Luana memanggil Kyle dengan putus asa. "Kata lo nggak usah dibahas lagi," tandas Kyle sedikit ketus."Baiklah, baiklah. Sekarang, kamu benar-benar mau tidur sini? Aku bakal temenin kamu. Atau... kamu mau masuk ke rumahku dan tidur di sana?" tawar Luana, mencoba mengambil hati Kyle. "Makasih. Nggak usah terlalu perhatian ama gue," sahutnya. Kali ini, lebih Ketus."Apa ada yang masih sakit, kamu terlihat lemas, Kyle."Luana tetap keras kepala mengajak Kyle bicara karena merasa sangat bersalah telah melukai hatinya."Nggak usah khawatirin gue."Kyle kembali menjawab dengan suara ketus."Ya udah kalo gitu. Apa di mobil ini ada selimut? Apa kamu perlu selimut? Bajumu tadi penuh darah, apa aku perlu masuk ke rumahku buat ngambilin kamu sesuatu? Aku punya hoodie milik kamu di rumah, kalo kamu mau ....""Nggak usah," potong Kyle. Menggeleng sambil masih tetap membenamkan wajahnya di kemudi dengan berbantalkan kedua lengan."Ky, maunya apa kalo gitu? Bilang sama aku," pinta Luana
"Kyle."Luana memanggil pria itu dengan suara pelan. Ia mencoba bicara untuk memberi tahu bahwa dirinya merasa bersalah dan ingin memperbaiki hubungan mereka lebih awal pada remaja lelaki yang sedang memeluknya ini, tapi kata-katanya seakan tertahan di tenggorokan.Lidah Luana kelu. Rasa bersalah menghimpit dadanya dengan kuat."Lo terus ... aja bersikap kayak gini, lo tuh kayak nahan gue tau nggak, Lun. Lo nggak suka gue, tapi lo ngelarang gue pergi. Apa ini, Luana?"Pertanyaan pelan Kyle semakin menohok hati Luana. "Kalo gitu... aku, aku minta maaf, Kyle. Maaf kalo semua chat aku bikin kamu semakin tersiksa," ucap Luana, pelan.Akhirnya, hanya itu yang bisa ia ucapkan pada Kyle. Permintaan maaf.Luana tak tahu jika Kyle sangat menderita selama ini, luana mengirim banyak chat padanya karena ingin berbaikan, ia benar-benar tak tahu jika itu sangat mengganggu Kyle. "Lo tau nggak, lo tuh terus bikin gue berharap. Bikin gue yang awalnya mau nyerah, jadi terus pengin berusaha lagi dan
Luana mengingat wajah Kyle dengan ekspresi menyesal. Sangat yakin bahwa ia kena karma karena dulu telah sering mengabaikan chat dari Kyle, sehingga sekarang mengalaminya sendiri."Huft, mungkin dia sedang sibuk. Ayo kita tunggu sampai besok," ucap Luana, menyemangati diri sendiri dan yakin bahwa besok Kyle pasti akan menjawab chat darinya. Sialnya, bahkan sampai besok, chat Luana tetap tak dibalas oleh Kyle! "Kyle... kenapa sejahat ini sama aku, sihhh???"Di hari ketiga Kyle tak memedulikan semua chat dari Luana, Kyle berteriak frustasi.Bayangkan! Setiap hari Luana mengirim banyak chat pada Kyle, entah itu bertanya keadaan atau mengirim permintaan maaf, tapi apa? Semua chat Luana itu hanya dibaca olehnya!"Kenapa dia jadi dingin banget sama aku? Apa aku udah nggak ada kesempatan lagi buat dimaafin?" gumam Luana, putus asa.Rasanya sangat menyesakkan. Ini bahkan lebih sakit daripada patah hati."Please, kapan sih kamu mau ngebales chat aku??"Luana akhirnya hanya bisa mencak mencak
"Kyle... "Luana menghela napas dengan perasaan bersalah karena lagi-lagi melukai hati Kyle dan segera duduk di pinggir ranjang untuk melihat semua bukti yang sudah dirangkum oleh pria itu. Saat tahu semaunya, bahwaVenus benar-benar sangat terlibat dalam kasus human trafficking bersama Julia, yang hampir menghilangkan keperawanan Luana, serta rekaman telepon bagaimana Julia berbicara dengan Venus bahwa Venus ternyata mengincar Luana sejak lama untuk dijual, tubuh gadis itu seketika lemas selemas-lemasnya."Jadi sebenarnya selama ini aku... tertipu mentah-mentah?"Luana menggumamkan kata itu dengan ekspresi hancur, terlebih saat ingat, bahwa ia telah menyakiti Kyle, orang yang sangat tulus menolongku dengan prasangka yang begitu kejam, membuat Luana merasa sangat bersalah sampai tak tahu harus berbuat apa."Ky, dia... dia pasti kecewa banget sama aku. Apakah setelah ini, dia nggak bakal mau ketemu aku?"Memikirkan Kyle yang pergi meninggalkan dirinys, hati Luana terasa hampa dan koso
Luana menghela napas dan memandang dirinya dengan putus asa lalu berkata."Yaudah gini aja, urusan kamu besok itu, ada hubungannya dengan masalahku tadi nggak?""Emm, ada," jawab Kyle sambil menganggukkan kepala dan mencium punggung tangan Luana yang kini digenggam olehnya.Sebenarnya hati Luana terus berdesir atas semua sentuhan Kyle, entah bagaimana ssentuhannya seperti sedang menggoda sehingga Luana merasa sedikit susah fokus."Tentang...?"Luana yang sedikit geli karena bibir Kyle yang kini mencium pergelangan tangan gadis itu, bertanya."Ya tadi, yang terjadi tadi. Gue bakal urus sampe tuntas dan cabut sampe akar. Gue nggak bakalan bisa tenang sebelum urusannya selesai," jawab Kyle, sambil menatap ke arah Luana dengan ekspresi serius."Ah, tapi kenapa.... ""Kenapa? Bukannya alasannya udah jelas? Mereka udah nyakitin lo jadi gue nggak bisa tinggal diem gitu aja," potong Kyle sambil mengendikkan bahu, seakan pertanyaan luana itu sudah jelas dan tak butuh jawaban."Maksudku, kenapa
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir