Luana menutup wajah dengan bantal untuk memusnahkan bayangan Kyle dengan gadis cantik di rumah sakit tadi, tapi bayangan itu tetap tidak mau pergi."Ahhh! Kenapa malah keinget teruusss???"Luana mengacak-acak rambut dengan kesal. Baru kali ini ia menyadari betapa kesalnya melihat sesuatu seperti itu.Kini Luana baru tahu jika rasanya seperti ini, rasanya kalau diingat lagi, maka wajar Kyle dulu sangat marah setiap Luana menyebutkan Venus."Haaa, bodoamat! Bodoamat! Aku nggak mau peduli lagi sama Kyle!!!"Baru saja ia berteriak seperti itu, ponsel Luana berbunyi. Dan itu adalah chat dari Kyle![Lun, kata pengawal gue, tadi lo ke sini mau njengukin gue, ya? Kok ga masuk?]Membaca chat darinya, bukannya senang, Luana malah kesal bukan main."Dih, ngapain sih masih perhatian??!" gerutu luana, memelototi layar ponsel seakan sedang memelototi Kyle. Lalu dengan bibir cemberut, Luana mengetik balasan.[Bodoamat. Ngapain kamu masih ngechat aku? Sana seneng-seneng aja sana sama cewek cantik
Julia mengangguk dan berkata kepada Luana dengan tergesa-gesa "Luana, ada yang harus ku beritahukan padamu," ucapnya dengan nada yang terdengar mendesak.Kening Luana berkerut saat mendengar ucapan Julia, tangannya sendiri terkepal erat dengan bibir terkatup."Berani-beraninya kamu ke sini setelah mau menjual tubuhku?! Pergi!!!" hardik Luana dengan marah, tapi Julia anehnya tidak mundur."Kubilang pergi sebelum aku melaporkan dirimu ke polisi! Kyle punya semua buktinya, aku bisa dengan mudah menjebloskan dirimu ke penjara!!!"Luana berseru lagi untuk mengusir dirinya, Luana sangat benci wanita ini, maupun Venus, untuk saat ini ia benar-benar menahan diri untuk tidak menjambak rambutnya.Bukannya takut dengan hardikakan Luana, Julia malah berjalan mendekat."Luana, tunggu. Jangan marah. Aku harus ngasih tahu kamu sesuatu, Luana. Ini sangat mendesak!" ucapnya sambil menahan lengan Luana, saat gadis itu hendak pergi meninggalkan dirinya.Ucapannya tersebut membuat Luana menoleh, tapi ta
"Nggak usah sok dekat," jawab Luana cepat dan menggeleng."Kamu bukan kakakku, jangan menganggap aku adik," pungkas Luana dengan suara tegas, membuat julia terdiam dengan ekspresi shock. Setelah mengatakan itu Luana segera berlari dan masuk ke dalam rumah, benar-benar tak menanggapi ocehan Julia.Meski begitu, setelah berada di dalam rumah, kaki Luana langsung lemas dan ia jatuh terduduk dengan tanpa daya.Sejujurnya, Luana benar-benar terkejut saat melihat video Kyle tadi.Padahal Luana sudah menaruh hati pada Kyle. Tapi ... Kyle ternyata ...Ah. Luana kacau.Kyle ... apakah benar seorang pembunuh?Venus memang tidak kelihatan akhir-akhir ini, tapi, apa benar dia telah dibunuh oleh Kyle?***Luana pikir tidak akan terbawa omongan Julia tentang Kyle, ternyata salah.Setiap ingat video itu, Luana terus merasa mual dan berakhir muntah-muntah.Luana benar-benar shock tiap kali mengingat bagaimana dengan santainya Kyle memukul dan melukai seseorang, dia ... tidak seperti Kyle yang luana
Luana benar-benar gemas dengan tingkah Kyle ini. "Dasar, besok pagi lihat saja kalau masuk sekolah, kuciumi sampai puas!" rutuk Luana menahan kesal.Namun, sebagaimana sifat Kyle yang tak pernah tahan untuk tidak membalas pesan Luana, pria itu pun mengetik balasan.[Kenapa nyuruh gue masuk sekolah?]Tersenyum, Luana segera membalas pesannya.[Aku akan memberimu surprise.]Luana menjawab chat Kyle tersebut sambil tersenyum sendiri."Lihat saja, aku akan memberimu surprise dengan bersedia menjadi pacarmu, Kyle," ucap Luana seraya memandang foto wajah Kyle dengan tersenyum lebar.Luana sekarang sudah tidak akan terpengaruh siapapun lagi dan mencoba percaya penuh kepada Kyle. Luana juga akan menerima cintanya.Malam itu, Luana tidur dengan sangat pulas.****"Udah cantik, kan, ya?"Luana memandang cermin dengan gelisah, merasa jika penampilannya saat ini masih kurang sempurna."Aku nggak sabar buat ketemu Kyle!" serunya. Tak sabar. Senyum-senyum sendiri, Luana segera pergi berangkat sek
(MASA SEKARANG) Lanjutan Cerita Bab 275 setelah Luana Jatuh ke jurang. Luana mengira dirinya akan meninggal begitu jatuh ke jurang, tapi anehnya... jurang itu ternyata dangkal. Dengan luka memar di beberapa bagian tubuh, Luana akhirnya bangkit dan berjalan. Kakinya terasa sakit, sepertinya ada yang terluka di sana. Gadis itu menatap ke atas, merasa ngeri saat mengingat sosok aneh dan menyeramkan yang tadi mengejar, sehingga meski tubuh nya terasa begitu sakit, Luana tetap memaksakan diri untuk berlari sejauh mungkin. "Ahhh!"Saat tengah berlari sambil memegangi lengannya yang sakit, Luana menjerit kecil saat kepalanya menabrak sesuatu."Luana?"Di tengah suasana yang mulai menggelap, Luana menatap seseorang yang ternyata tadi ditabrak olehnya."Raven?"Luana begitu lega karena bertemu orang yang dia kenal di tengah tempat asing menyeramkan ini. "Kenapa kamu lari-lari? Apakah ada yang mengejarmu, Luana?"Raven yang muncul entah dari mana, bertanya. Dia tampak begitu khawatir den
Tiba-tiba satu hal tak terduga terjadi, salah satu peserta yang tak tahu keberadaan makhluk tersebut, tiba-tiba lewat di dekatnya dengan santai.Matanya menunduk, fokus menatap layar dengan suara backsound game online memenuhi udara.Di dalam hutan ini memang masih bisa mengakses internet dengan baik karena ada tower pemancar yang dibangun dekat hutan sebab memang sebelumnya hutan ini direncanakan sebagai obyek wisata ketika pulaudibuka untuk umum.Luana hendak berteriak untuk memperingatkan pria itu, tapi makhluk bungkuk yang jalannya makin terhuyung-huyung itu, tiba-tiba melompat ke tubuh pria yang sedang sibuk main game tersebut.Luana spontan mengambil senter dan menyorot ke arah mereka.Ponsel di tangan pria itu jatuh ke tanah, kejadiannya hanya beberapa saat saja, wajah Luana langsung memucat saat melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana makhluk itu menghisap darah penjaga yang sedang bermain ponsel itu. Raven yang berdiri di sebelahnya juga tampak pucat saat melihat baga
"Ugh, huu.. huuu.... " Luana dengan berderai air mata, mulai berlari dan berlari dengan tujuan mencari bantuan untuk menolong Raven. Namun, Luana tak tahu sekarang menuju ke arah mana, kegelapan di dalam hutan membuat dia semakin panik dan kebingungan. Luana hanya berlari menurut insting dan hasilnya dia malah tersesat semakin jauh ke dalam hutan. Suasana begitu sepi, hanya suara binatang malam yang memenuhi hutan, Luana yang kini sendirian, melayangkan pandangan ke segala arah untuk mencari apakah makhluk bungkuk tersebut sudah bangun dan mengejar dia kembali. Kebingungan di tengah pepohonan dan kegelapan, luana dengan tangan gemetaran meraih ponsel, mengetik pesan kepada Kyle. [Kyle. Aku takut.] Tak sanggup mengetik karena sangat takut, panik serta shock, Luana pun akhirnya memutuskan mengirim pesan suara karena tahu Kyle tidak akan menjawab panggilan telepon di jam segini. 'Pria itu pasti sedang sibuk denganpekerjaannya,' batin Luana. Suaranya gemetaran saat mulai meng
"Hah, sial." Jasmine sebenarnya belum bisa benar-benar tenang. Itu karena ampir baru yang dia gunakan untuk membunuh Luana ternyata tidak becus, makhluk jelek itu malah sekarang tertidur karena telah menghisap darah manusia sampai kekenyangan, bukannya menyelesaikan perintah. Lihat saja, dia akan memberikan pelajaran pada vampir baru itu tanpa ampun, setelah dia terbangun dan didorong ke bawah jurang untuk melaksanakan perintah menghabisi Luana. Tunggu saja. Jasmine mengepalkan tangan erat-erat sebelum pergi dari bibir jurang dengan menahan kesal. *** Gio yang sedang berada di salon dan mengubah gaya dan warna rambutnya menjadi mirip persis seperti Kyle Ivander, tiba-tiba menghentikan gerakannya bermain game online di ponsel. Kening pria tampan itu berkerut dalam. "Ada apa, Tuan Muda?" Evan yang berdiri di sampingnya bertanya. "Vampir baru itu sudah menghisap darah salah satu manusia di pulau tempatnya berada sekarang, " jawab Gio dengan ekspresi kaku. "Menurut Anda,
Luana tak punya pilihan lain selain berjalan di belakang pria tersebut seraya menatap punggung lebar Venus dengan helaan napas panjang. Semoga Kyle tahu hal ini, bahwa Venus tak ada sama sekali keinginan merebut dirinya dari pria itu. Sementara itu, Raven yang melihat interaksi akrab antara Venus dan Luana, mengira bahwa tunangan Luana adalah Venus. Bahunya seketika lunglai saat tahu bahwa tunangan gadis yang sangat dicintainya tersebut adalah bukan orang biasa, melainkan bos mereka sendiri. "Ternyata jarak antara kita begitu jauh, Luana. Aku benar-benar menyerah untuk mendapatkan dirimu," desahnya dengan putus asa. "Bersaing dengan Tuan Venus adalah hal yang sangat tidak mungkin," bisiknya kehilangan harapan. Raven tidak tahu bahwa tunangan Luana bukanlah Venus, melainkan pria yang menjadi pewaris utama Zeus Grup. Kalau Raven tahu hal itu, mungkin dia akan pingsan seketika karena shock. Mereka akhirnya selesai mengumpulkan cerita-cerita pegawai hotel tentang munculnya ha
Setelah persiapan event selesai, Venus mengajak Luana, Raven dan Melinda untuk rapat mengenai perkembangan penyelidikan mereka. Kali ini karena cuaca sore yang hangat Venus mengajak mereka bertiga berkumpul di sebuah kafe yang nyaman dan enak digunakan untuk rapat. Luana menyembunyikan kelelahannya karena bertengkar dengan Kyle dan bersikap seperti biasa karena dia harus profesional membagi antara perasaan pribadi dan pekerjaan. Baru kali ini dia bekerja selelah ini, saat di kantor pusat, segalanya diurus Rion sehingga dia banyak santainya. Luana baru sadar bahwa pekerjaannya selama ini terlalu santai dan mudah, itu semua pasti karena campur tangan Kyle. Mengingat nama Kyle hanyanmembuat gadis itu menarik napas panjang. Dia tahu Kyle secemburuannitu sejak SMA, tapi saat ini jiwa dan raga Luana sedang sangat lelah dan terjadilah pertengkaran seperti siang tadi. Lalu sekarang, dia bahkan tidak punyanwaktu untuk berbicara dengan Kyle.karena langsung harus meeting dengan tim
"Kamu kok begitu, sih, Lun?" Kyle tahu-tahu menelepon Luana saat Gadis itu baru pulang dari keluar bersama Raven. "Apa maksudnya, Kyle?" Luana bertanya dengan sedikit tersinggung. Dia habis dimarahi oleh Pak Alex karena ada beberapa barang yang keliru sehingga saat ini terburu-buru keluar lagi membeli barang yang tepat. Namun, di tengah perjalanan menuju keluar hotel, Kyle malah terus menelepon dirinya. Luana sudah memberi tahu untuk menunggu nanti saja karena sedang benar-benar sibuk, meminta Kyle untuk menunda menelepon karena Luana tak ingin diomeli untuk yang kedua kalinya, tapi Kyle terus menerus menelepon Luana meski di reject oleh gadis itu. "Kok kamu sekarang kayak gini, sih, ke aku?" Pertanyaan sinis dari Kyle, membuat Luana mengerutkan keningnya. "Ha? Ada apa, Kyle? Kenapa tiba-tiba kamu kayak gini?" Luana bertanya sambil membuka pintu mobil taksi yang tadi dia pesan lalu duduk di kursi belakang. Gadis itu menempelkan ponsel di sebelah telinga saat mobil yang di
"Lepaskan aku." Kyle menggeram, menepis kasar tangan Leanna dan menatap tajam ke arah gadis itu agar tidak menghalangi jalannya. Pria itu masih menahan diri untuk tidak menyingkirkan tubuh Leanna karena masih ingat bahwa bagaimana pun juga dia adalah teman masa kecilnya. Leanna balas memegang erat lengan Kyle dan menggeleng tegas. "Aku nggak mau. Kamu harus diobati. Semarah apa pun kamu, kamu nggak boleh melukai diri sendiri seperti ini, Kyle." Gadis itu menatap Kyle dengan ekspresi serius, menyeret tubuh Kyle agar kembali masuk ke dalam ruangan. "Aku nggak peduli. Jangan halangi aku!" sergah Kyle dengan tatapan tajam. Leanna mengabaikan protes dari Kyle dan terus tak menyerah untuk menyeret pria itu ke dalam ruangan. "Tuan Muda, tenangkan diri Anda lebih dulu, Leanna benar, luka Anda harus diobati." Rion yang berjalan di samping Kyle ikut membujuk. "Lakukan nanti setelah aku membunuh pria tua berengsek itu!" seru Kyle dengan marah. Leanna segera mengencangkan pegangannya
Apakah pria itu membuntuti Luana dan sekarang... sekarang ketika gadis itu jauh darinya, dia sudah berhasil mengambil hati Luana dan mereka keluar berdua?! Ternyata mengikat Luana dengan cincin pasangan tidak berhasil membuat gadis itu anteng sedikit saja. Belum seminggu bekerja, dia sudah jalan dengan mantannya saat SMA?! "Berengsek!" Mata Kyle menatap nyalang ke segala arah untuk mencari pelampiasan atas sesak di dadanya ini. Namun, tiba-tiba Rion masuk dan sangat terkejut ketika melihat dinding yang berlubang dengan ponsel milik Kyle yang berserakan di bawahnya. "T-Tuan Muda, ada apa ini?! Apakah ada sesuatu yang terjadi?!" Rion seketika panik dan membuang kopi yang ia pegang, berlari mendekat ke arah Kyle yang kondisinya acak-acakan. "Tidak. Tidak ada." Kyle menggeleng-geleng dengan kedua tangan bertumpu di meja dan memegang kepalanya. Dia memberi isyarat kepada Rion bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan Rion duduk di kursi yang ada di depan meja Kyle dan terus
"Tapi, saya merasa ada yang janggal karena kami semua disuruh diam tentang ketidak tahuan kami di mana keberadaan tempat kerja baru kakak. Kenapa kami tidak boleh tahu? Itulah hal yang terus mengganggu pikiran saya di saat seperti itu, muncul rumor bahwa ada hantu di hotel." Setelah mengatakan hal itu, Melinda menatap mereka bertiga satu persatu. "'Saya dengar desas desus kalau kalian semua sedang menyelidiki hantu itu dan membawa-bawa kasus kakak saya sehingga memutuskan untuk bergabung dengan kalian, meski besok keluarga kami harus mengembalikan uang pesangon itu, saya siap." "Baiklah. Kamu diterima masuk ke dalam tim kami," ucap Venus dengan santai. "Mulai besok, kamu akan bergabung bersama kami mengusut hal ini, jika kontribusimu ini berhasil mengantarkan kami keluar dari krisis turunnya omzet hotel, kami akan memberimu imbalan yang pantas," lanjut Venus, mengabaikan tatapan protes dari dan Raven. "Terima kasih, Tuan. Saya tidak mengharap imbalan apa pun, hanya ingin
"Apa? Jadi ... pegawai perempuan itu tidak pindah, tapi hilang?" Pertanyaan dari Luana, dibalas anggukan oleh perempuan tua yang merupakan ibu dari office girl tersebut. Hening mengitari mereka semua, sibuk dengan pikiran masing-masing karena misteri yang semakin membingungkan ini. "Kenapa di keterangan tentang dirinya tertulis keluar karena pindah?" bisik Raven kepada dirinya sendiri. Awalnya, mereka bertiga mengira seperti apa yang dikatakan oleh Raven tadi pagi, bahwa hantu itu mungkin saja hantu jadi-jadian, ulah pegawai perempuan yang keluar dari pekerjaannya. Namun, memang dipikirkan kembal hal itu tidaklah masuk akal. Atas dasar apa office girl melakukan hal tak masuk akal seperti itu? Kecuali kalau dia punya dendam tertentu. Sialnya semua dugaan itu dimentahkan oleh keterangan dari ibu sang office Girl bahwa ternyata putrinya hilang semenjak dikabarkan pindah itu. Ketiga orang itu keluar dari rumah mantan pegawai hotel mereka tanpa mendapatkan apa pun kecuali k
Mata Raven berbinar cerah mendengar pertanyaan Luana. "Bagaimana Anda tahu? Wah, Anda benar-benar hebat! Seperti yang diharapkan dari keluarga besar Zeus!" seru Raven dengan ekspresi kagum, yang membuat Luana memandang pria itu dengan putus asa. "Bukan. Tapi, aku mau kasih tahu, kalau apa yangada di pikiran kamu itu semua salah, Raven. Aku bukan seperti yang kamu pikirkan, dan aku bukan adik perempuan Kyle yang sedang menyembunyikan status konglomeratnya! Bukan! Ngapain aku melakukan hal itu? Itu benar-benar konyol!"Luana berteriak-teriak karena benar-benar putus asa memberi penjelasan kepada pria polos di depannya ini. "Ah, Anda pasti membohongi saya karena ingin saya bersikap nyaman kepada Anda. benar, kan?""Astaga, berapa kali kubilang kalau apa yang ada di pikiran kamu itu salah, salah!"Luana akhirnya mencak-mencak karena taksanggup lagi memperbaiki kesalahpahaman di otak pria tersebut.Sementara itu, Raven menggeleng dengan percaya diri."Saya tetap nggak percaya Anda, No
Di hari kedua Luana bekerja, dia bertemu Raven saat dalam perjalanan menuju ruangannya, karena kemarin dia tidak sempat bertegur sapa dengan Raven, Luana pun berinisiatif untuk menyapa pria itu lebih dulu."Hai, Raven. Selamat pagi."Luana melambaikan tangan seraya tersenyum lebar, pasca kejadian di pulau itu, dia belum mengucapkan terima kasih yang benar kepada pria berkulit sawo matang sedikit cerah tersebut, karena saat itu Raven yang dirawat sebab luka-lukanya.Raven yang hendak berjalan menuju lift, saat melihat Luana, wajahnya berubah sumringah."Lua—maksudku, Nona Luana. Selamat pagi juga."Dia dengan sopan membungkukkan badan kepada gadis yang menatapnya penuh tanda tanya. "Hey, kamu sedang bercanda dengan aku atau apa ini, Raven?"Raven yang tadi membungkuk, kini berdiri seperti biasa yang tersenyum sopan, meski tidak menutupi binar di matanya."Bercanda? Tentu saja tidak. Maafkan saya yang dulu tidak tahu status Anda, Nona."Pria itu berkata dengan serius. Sehingga kening L