"Kamu ingin aku memberi tahu Jeany? Sama sekali jangan berharap," cibir Damien begitu Richard pergi. Damien sama sekali tidak berniat menyampaikan kata-kata peringatan Dante Richardo kepada Jeany. Bagaimana pun sekarang Jeany sudah kembali ke sini, dan Damien tidak akan membiarkannya pergi dari rumah ini lagi.Setelah Jeany pergi dari rumah ini selepas kematian ibunya, Damien tidak pernah melupakannya satu hari pun. Mungkin ini yang dinamakan cinta pertama, Damien tak tahu. Namun, saat pertama kali bertemu Jeany setelah memasuki gadis itu memasuki kediaman Freed bersama ibunya, Damien tiba-tiba saja sangat bertekad ung melindungi gadis cantik ini selama sisa hidupnya.Damien tak pernah ragu memberikan semua perhatian kepada Jeany, menumpahkan semua kasih sayang yang dia miliki. Namun, Jeany selalu berusaha menghindari dirinya dan tak menerima sedikit pun perasaan tulus Damien. Damien pikir, selamanya dia tidak akan memiliki Jeany di sisinya, meski begitu Damien tak pernah berhenti
Aku langsung teringat kepada Mayes, serta sopir yang dulu membawaku ke kediaman Damien.Siapa dari mereka yang dimasukkan Richard ke penjara? "Apa kamu tidak tahu, kabarnya akhir-akhir ini dokter keluar masuk ke rumah itu setiap hari."Pelayan itu bicara lagi, sehingga aku kembali menajamkan pendengaran. "Kudengar tuan Dante Richardo benar-benar menggila, dia bahkan mengadakan pertandingan gladiator di rumahnya dengan hadiah besar. Tapi apa kamu tahu, itu bukan pertandingan gladiator biasa, tapi seperti keinginan tuan Dante untuk mengakhiri hidupnya. Kabarnya, senjata yang dipakai untuk pertandingan juga senjata asli."Mendengar itu, wajahku langsung pucat. "Apa yang kamu bicarakan?"Tanpa sadar, aku keluar dan bertanya. Kedua pelayan itu tampaknya sangat kaget dengan kemunculan diriku. "A-aku minta maaf, Nyonya."Mereka langsung membungkuk untuk meminta maaf. Percakapan yang mengejutkan itu membuatku muncul di hadapan mereka tanpa menyadarinya. Dan begitu mereka melihatku, waj
Ucapan Damien membuat keningku berkerut dan segera berkata dengan ketus. "Kita adalah saudara laki-laki dan perempuan. Apakah menurutmu itu masuk akal sekarang?"Damien malah tertawa mendengar itu dan menjawab dengan santai. "Lagi pula, kita bukan saudara kandung. Jadi apa yang salah?"Setelah mengatakan hal itu, Damien berjalan mendekat ke arahku, dengan senyuman yang makin lebar. "Dulu, ayahku menolak hubungan kita. Dia menentang keras perasaanku padamu karena baginya kamu dan aku sama, sama-sama anaknya. Tapi aku sudah menyingkirkan ayahku yang mengganggu dan hanya tersisa kita berdua di sini mulai sekarang. Tidak ada siapa pun yang akan mengganggu lagi, jadi kenapa tidak tinggal di sini saja, Jeany?"Damien menyemburkan fakta yang sangat mengejutkan dari mulutnya, di mana dia dengan kesadaran sendiri mengatakan bahwa dialah yang telah membunuh ayah kandungnya, sehingga membuat langkahku mundur dengan ekspresi tegang. Pria ini, dia benar-benar gila. "Jangan mendekatiku," ucapk
Tidak peduli berapa kali aku memanggil, dia membuat jalan merah, meneteskan darah tanpa menjawab. Aku segera mengejarnya dan segera sampai di dalam rumah. "Rich...."Semua pelayan hanya menatap kami dari jauh. Tentu saja, tidak ada yang mau mendekat. Aku terus mengikuti Richard yang berjalan masuk ke kamar kami di lantai dua, mengabaikan tatapan dan suaraku yang memanggil dari belakang.Namun, dia tidak menutup pintu kamar sepenuhnya karena itu berarti aku harus masuk. Aku ragu-ragu sejenak dan masuk ke kamar. Aku sangat takut, tapi, tidak, ini belum terlambat. Namun aku bingung harus berkata apa padanya. Apa yang harus kukatakan pertama-tama? Maaf aku lari tanpa berkata apa-apa? Bukan karena aku membencimu, tapi karena aku takut? Sekarang, apakah itu ada gunanya? Aku merasa kepalaku akan meledak karena banyaknyapertanyaan.Meski begitu, aku nekat melangkah maju. "Rich, ada yang ingin kukatakan...!"Penyesalan tidak akan bisa diubah, tapi harus diperbaiki.Aku berdiri dengan p
Saat melihat wajahku dari dekat, Richard tiba-tiba tersenyum dan membelai pipiku. "Kamu tahu, Jeany? Sejujurnya, ini lebih lambat dari yang diharapkan. Apakah saudara tersayangmu itu menutup mata dan telingamu sehingga kamu sama sekali tidak mendengar tentang kegemparan yang kuciptakan?"Kegemparan? Apakah yang dia maksud adalah menjebloskan pelayan ke penjara dan melakukan pertunjukan gladiator di rumahnya dengan dalih pelatihan untuk perusahaan keamanan yang dia kelola? Apakah... dia melakukan semua itu untuk menarik perhatianku? Menyadari fakta itu, lagi-lagi aku tak bisa menjawab, ketika aku masih tidak menjawab, dia terus mengatakan apa yang dia katakan.Richard yang sedang membelai pipiku, tiba-tiba menghentikan gerakannya dan berkata dengan suara termenung. "Entah kenapa aku terus merasa jika tatapannya padamu sangat berbeda. Hm, apakah rasanya seperti sedang menatap lawan jenis, bukan keluarga?" Richard mengatakan itu dengan nada yang menakutkan. Ucapan Richard membuat
"TIDAK. K-kamu sedang terluka!" seruku. Panik. Aku menolak permintaannya dengan ketakutan. Bagaimana bisa, dia dengan tubuh luka seperti itu, malah mengajak seseorang bercinta, bukannya mengobati lukanya? "Kamu pikir aku tidak bisa memuaskanmu saat sedang terluka seperti ini?"Dia bertanya padaku dengan suara rendah. Itu memalukan. Aku merasa malu pada dirinya sendiri karena terlihat konyol."B-bukan begitu, Rich. Bukannya aku menolak, tapi aku benar-benar menghawatirkan keadaanmu saat ini. Please, ayo kita obati dulu lukamu, oke?"Aku menatapnya dengan mata memohon, merasa ngeri setiap kali melihat darah merembes dari kemejanya. Richard mungkin melihat kesungguhan di mataku, sehingga dia mengangguk. "Yah, jika maumu. Aku akan menahannya untuk saat ini, tapi tidak tahu besok," ucapnya. Mungkin karena aku membujuk dengan sangat baik, dia sudah merasa lebih baik. Untuk pertama kalinya aku melihat Richard tersenyum dengan lembut hari ini. "Tentu, tentu. Kamu boleh melakukan apa sa
"Nyonya, bagaimana bisa Anda kabur begitu saja dari rumah ini?!"Setelah akhirnya Richard tidur dengan tenang, aku baru bisa beristirahat. Aku sengaja memilih kamar berbeda agar tidak mengganggu dirinya yang sedang memulihkan diri dari luka-luka yang ia derita. Saat aku selesai mandi dan membersihkan diri, aku memanggil Mayes, dan seperti dugaanku, Mayes sudah siap menumpahkan segalanya padaku. Lihat saja, baru dia masuk, sudah mengomel seperti itu. "M-Mayes, aku bisa menjelaskan.... "Sebelum aku selesai bicara, Mayes menangis tersedu-sedu dan berbicara dengan susah payah. "Anda membuat kegemparan di mana-mana, Nyonya. Saya hampir tidak bisa bernapas dengan benar selama seminggu ini, sungguh, tuan Dante sangat menakutkan!""Aku... aku minta maaf, Mayes."Aku berkata dengan sedikit gagap, bisa merasakan sendiri bagaimana ketakutannya Mayes melihat majikannya yang berubah menjadi gila seperti mau bunuh diri. Mayes menyeka matanya dan menghela napas panjang. "Sudahlah, yang penti
Setelah mengetahui kebenaran tentang daging sate yang kumakan untuk sarapan pagi itu, aku jadi benar-benar tulus merawat Richard. Memang tak ada permintaan maaf secara khusus karena Richard sendiri juga tidak membahas masalah itu lagi, tapi setidaknya hubungan kami yang tegang akhir-akhir ini mulai mencair. "Tubuhmu sudah sangat membaik, apa benar besok kamu akan mulai bekerja lagi di rumah sakit?" tanyaku setelah membantu Richard mengambilkan pakaian casual untuk dia kenakan sehari-hari. "Hmm, ya. Aku sudah absen terlalu lama," jawab Richard yang selama masa pemulihan, dia mengerjakan pekerjaannya di rumah.Setiap hari orang-orang akan keluar masuk ke kamar tidur yang dia sulap sebagai ruang kerja sementara. Melihat betapa sibuknya Richard meski sedang sakit, aku mulai curiga jika Richard bukan hanya seorang dokter biasa, tapi juga pasti memiliki banyak bisnis di bidang lain. "Tubuhku sudah cukup sehat akhir-akhir ini. Kamu tidak lupa dengan janjimu, kan, Jeany?"Richard tiba-ti
Kyle tersenyum lebar sambil berbaring miring dengan satu tangan sebagai bantal sedang tangan yang lain membelai pipi Luana. "Terima kasih banyak, ya, Lun." Senyum pria itu begitu cerah dengan.mata berbinar-binar, wajahnya segar seperti orang yang baru saja mendapatkan jackpot. Luana balas menggenggam tangan Kyle yang berada di pipinya dan mengangguk sambil tersenyum manis. "Sama-sama." Memang seperti tidak masuk di akal,.tapi apa yang dikatakan oleh Kyle benar. Luana adalah obat yang amat sangat manjur untuk dirinya secara harfiah. Setelah Kyle seperti biasa meminta Luana untuk 'membantunya' dengan segala sentuhan dan keindahan tubuh sang gadis agar cairan kental milik Kyle bisa keluar, perlahan-lahan luka di tubuh Kyle pun membaik. Bahkan bibirnya yang tadi sedikit lebam kebiruan kini terlihat baik-baik saja. Hanya tersisa sedikit warna merah di ujung bibir pria tersebut. Luana mengulurkan tangan dan mengelus rambut Kyle dengan penuh kasih sayang. "Aku senang lihat kamu sem
"Jadi bagaimana? Apakah aku salah?" tanya Luana dengan gelisah. Kyle mengusap lembut pipi gadis itu untuk menghilangkan kekhawatiran di matanya sebelum kemudian menarik napas panjang. "Kamu nggak salah. Yang salah itu Jasmine," jawab Kyle. "Astaga, Jasmine benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya Jasmine mengarang hal seperti itu, dia benar-benar harus dienyahkan," geram Kyle dengan kesal. "Apa yang dia katakan benar-benar nggak masuk akal, bayi monster yang memakan daging manusia? Kenapa nggak sekalian memakan beruang atau serigala?" Pria itu menyugar rambutnya dan tertawa hambar dan berakhir dengan senyum pahit saat lagi-lagi tahu bahwa Jasmine yang tadi siang dia beri ampunan ternyata telah menyebar berita buruk seperti ini tentangnya. Gadis itu benar-benar sampah! Kyle harus mencari kesempatan untuk melenyapkan dirinya diam-diam, agar tidak terus mengganggu kehidupannya seperti sekarang. "J-jadi semua yang dikatakan Jasmine utu salah?" Ragu-ragu Luana memberanikan diri unt
"Kamu tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang, Kyle?" Luana justru balik bertanya sehingga Kyle byang tadi sudah pasrah menunggu apa pun jawaban gadis itu akhirnya menatap wajah sang gadis dengan raut penasaran. "Apakah kamu memaki-maki aku dalam hati karena merasa dibohongi, Luana?" Pria itu bertanya dengan was-was, sementara Luana malah menggeleng sambil tersenyum tipis. "Entah kenapa, aku merasa justru ini hal bagus untuk kita, Kyle. Aku pun... sebenarnya sejak siang tadi terus berpikir bahwa suatu hari kamu mungkin akan meninggalkan aku jika aku mengandung benihmu," ungkap Luana dengan jujur. Itulah yang terus menghantuinya sejakmsiang semenjak mendengar ucapan Jasmine di toilet tadi. Terbayang jelas di ingatan masa kecilnya, bagaimana sang ibu yang suka membenturkan kepala ke tembok saat stress melanda dirinya yang berujung memukuli Luana karena merasa bahwa Luana adalah sumber dari segala ketidak bahagiaan yang dialaminya. Luana tidak ingin menjadi wanita seperti sang ib
"Terserah!" Luana menggeleng-geleng sambil menutup telinga dengan kedua tangan dan tetap menolak untuk melihat Kyle. Kyle tidak berputus asa, dia menarik pelan tangan Luana dari telinganya, semakin mendekatkan tubuhnya sehingga tubuh dan dada mereka saling menempel untuk menciptakan kedekatan, lalu meraih tangan gadis mungil itu untuk mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang sekarang menerpa mereka hanya karena sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kyle tadi. "Aku tadi bilang belum siap, bukan karena aku nggak bakal bertanggung jawab atas semua tindakan aku ini, Luana." Kyle mulai berbicara saat dia yakin bahwa Luana sudah mulai mau mendengarkan ucapannya, meski tetap berbaring membelakangi dirinya. Pria itu menarik napas panjang dan bertekad untuk berbicara jujur kepada Luana tentang keanehan cairan kental miliknya tersebut. Dia mengecup pelan ujung rambut Luana dan berkata. "Aku minta maaf karena telah menyinggung perasaanmu, aku benar-benar nggak bermaksud seperti yang kamu kir
"Kita akan melakukan hal lain," bisik Kyle dengan tatapan menggoda.Dia membaringkan Luana di atas ranjangnya yang empuk sedang dia sendiri berada di atas Luana dengan kedua tangan sebagai tumpuan.Jarak antara wajah mereka hanya beberapa centimeter meter saja, Luana bisa merasakan embusan napas Kyle yang hangat, sehingga jantungnya berdebar kencang.Kyle mendekatkan wajahnya sehingga hidung mereka saling bersentuhan, lalu pria itu mengarahkan bibirnya ke dekat telinga Luana. "Apakah saat ini jantungmu berdebar sangat kencang, Lun?"Bisikan rendah di samping telinganya membuat Luana menggigit bibir bawah seraya mengangguk pelan.Ini benar-benar serangan yang sangat dahsyat untuk jantungnya, di mana seorang pria teramat tampan sedang berada di atas tubuhnya.Pria ini benar-benar membuat Luana gila! Bibirnya yang tipis tapi seksi itu menyeringai nakal sehingga semakin menguatkan aura hot dari dalam dirinya.Aroma musk dari tubuh Kyle membuat jantung Ahra semakin terpacu, selain dadan
"Membuat anak? Apa maksudmu, Luana?" Kening Kyle berkerut saat menanyakan hal itu, membuat Luana seketika tergagap karena tak mengira akan mendapat reaksi seperti itu dari Kyle. Bukankah dia memaksa Luana menginap karena pria itu tak sabar untuk...? Ah, apakah dia salah? "Eh, itu... itu ... bukankah kamu menyuruh aku menginap karena nggak sabar ingin membuat anak denganku, Kyle?" Kyle tampak terbengong-bengong mendengar pertanyaan dari Luana tersebut, mereka saling berpandangan dalam diam. Luana berdehem satu kali untukmenyembunyikan pipinya yang merona merah. "M-memangnya apalagi tujuan kamu.selain itu? Kamu ... bukannya ingin me-menghabiskan malam yang panas denganku karena itu menyuruh untuk menginap di sini?" Luana benar-benar malu saat menanyakan hal itu, sementara Kyle yang kini paham arah pembicaraannya, menepuk pelan keningnya. "Astaga, kamu ini wajahnya kayak polos tapi diam-diam suka berpikir kotor juga, ya, Luna? Aku bahkan nggak berpikir.ke arah situ, Lu
Luana tak sanggup menjawab, hanya bisa menelan ludah dan memandang makanan lezat di depannya. Tiba-tiba semua makanan yang tadi terlihat sangat menggugah selera, kini jadi terasa hambar. Dia sudah tidak berselera lagi melanjutkan makan, padahal biasanya porsi makan gadis mungil ini sangat banyak. Melihat keraguan di wajah Luana, Kyle.meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya seraya meremas lembut. "Ini demi masa depan hubungan kita, Lun. Aku nggak bisa menundanya lagi selain malam ini sebelum semuanya menjadi kacau," jelas Kyle dengan lembut. Apa yang dia maksud kacau adalah jika terus menunda untuk memberi tahu Luana bahwa beberapa hari lagi gadis itu sudah harus pindah kerja. Kyle tidak mau jika Luana mendengar berita kepindahannya dari orang kantor atau staff lain, yang pastinya hanya akan menimbulkan kesalahpahaman baru di antara mereka. Namun, sepertinya Luana memikirkan hal lain. "Aku benar-benar takut menghadapi masa depan, Kyle," ungkap Luana dengan jujur.
Mendapat tatapan keheranan dari Kyle, tiba-tiba Luana merasa sangat gugup."I-iya, daging mentah. Bukankah kamunmakan daging mentah biasanya?"Gadis itu bertanya dengan takut-takut."Sejak kapan aku makan daging mentah, Lun? Maksudmu sushi?"Pertanyaan Kyle segera dijawab dengan gelengan oleh Luana, dia ragu-ragu melanjutkan ucapannya."Bukan... bukan sushi. Tapi daging ... mmm, bukankah kamu makannya d-daging yang langsung d-darinsumbernya tanpa diolah?"Kyle semakin mengerutkan kening atas pertanyaan Luana yang terasa berputar-putar tersebut, dia berpikir keras akan maksud ucapan gadis mungil yang kini mengatupkan mulutnya karena takut salah itu."Apa maksudmu? Astaga! Kamu pikir aku ini binatang buas atau apa, ha?""Anda.. ehm, maksudnya makhluknseperti kamu, bukankah makan daging mentah seperti langsung 'happp' gitu?"Luana mempraktekkan bagaimana seseorang dengan taring memakan seonggok daging dengan bar-bar yang membuat Kyle begitu terkejut.Dia hanya menggeleng-geleng dan mena
"Tuan!"Pekikan kecil dari mulut Luana tidak membuat Kyle berhenti untuk kembali menempelkan bibirnya ke bibir ranum gadis itu. Kyle menyentuh tengkuk Luana dan kembali menghadiahi bibir gadis itu dengan kecupan ringan, kecupan itu kini beralih ke pipi dan lehernya."Inilah ekspresi jujur dari wajahku, Luana."Setelah mengatakan hal itu, Kyle sekali lagi melayangkan kecupan di bibir dan pipi Luana. "Ihhhh."Luana mendorong kepala Kyle menjauh, membuat pria tersebut sedikit mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kecewa."Kamu nggak suka aku ciumin kamu, Lun?" tanyanya kecewa dengan wajah sedih seperti seseorang yang ditolak cintanya.Luana yang merasa tidak enak dengan perubahan suasana hati Kyle segera meng-klarifikasi ucapannya."Bukan tidak suka.... "Dia menatap Kyle dengan malu-malu, sementara Kyle mengejarnya dengan tak sabar."Tapi?"Luana menutup mukanya dengan kedua tangan dan menggeleng."Maluuu."Tingkahnya tersebut membuat Kyle. makin gemas sehingga merengkuh gadis mungil