Pusaka Richard terus memukul pintu masuk Jeany lebih keras tanpa rag-ragu, tangannya menekan perut bagian bawah, memberi tekanan pada kandung kemih sang istri, saat ini Jeany benar-benar seperti sedang sekarat akan kenikmatan yang melingkupi dirinyaSemakin Jeany menahan erangannya, semakin kejam pula siksaan yang dia terima. Richard membengkokkan jari telunjuknya dan dengan lembut mengusap lubang uretra dengan ujung jarinya. Desakan yang tak tertahankan melonjak dalam perut Jeany seperti badai. Jeany merasa seperti akan buang air kecil kapan saja. Oleh karena itu, tanpa sadar, Jeany mengeluarkan suara rintihan."Haaah.""Bagaimana aku harus membuatmu kencing?"Richard bertanya dengan suara menggoda yang manis, sedangkan Jeany segera menggeleng. Malu. "Hm, jangan lakukan itu," tolaknya. "Haruskah aku membuatmu jongkok dan buang air kecil?" goda Richard lagi, dengan senyuman kejam seakan puas jika melihat Jeany yang sampai terkencing kencing di depannya karena berada di puncak keni
"Dasar pria berengsek."Claude mengeluarkan makian sambil berjalan cepat meninggalkan taman rumah Richard. Tadi siang dia kembali lagi ke sini untuk melihat kondisi Jeany yang sedang tampak tak baik-baik saja, memastikan klien sekaligus cinta pertama sahabatnya yang kini sudah meninggal itu tidak dalam bahaya karena menikah dengan pria jahat seperti Dante Richardo. Namun, pemandangan yang dia lihat adalah, bagaimana Jeany yang dimata Claude dipaksa Richard bercinta dengan dirinya di depan jendela. "Aku bersumpah melihat pria gila itu menyeringai puas padaku. Dasar pria berengsek!"Claude masih terus memaki-maki Richard lagi dalam perjalanan keluar rumah Richard. Semenjak dia mengurusi harta warisan Damien, dia memang dibebaskan keluar masuk rumah ini untuk menemui Jeany. "Sudah merebut wanita orang, sekarang memperlakukan wanita itu seenaknya, awas saja, demi Damien, aku tidak akan membiarkan kamu hidup bahagia, Dante Richardo!"Claude yang sangat marah setiap mengingat bagaimana
"Ibu, apa yang ibu katakan? Bukankah ini sebuah ancaman?"Jeany merespon sedikit terlambat perintah dari mertuanya, karena terlalu terkejut. Richard sudah menanti wanti Jeany untuk tidak pernah membukakan pintu untuk nyonya Rosalie selama Richard di luar negeri, Jeany benar-benar mematuhi itu. Richard juga memblokir nomor ibunya di ponsel Jeany, sehingga Jeany bisa tenang tanpa rongrongan wanita itu. Beberapa hari memang berlalu dengan sangat tenang, tapi siapa sangka ketenangan itu akan rusak, saat di hari ke empat Jeany pergi jalan-jalan ke mall dan tanpa sengaja bertemu mertuanya. Sepertinya itu bukan ketidak sengajaan murni, karena Jeany merasa, ibu mertuanya memang sengaja menemuinya di sini. Terlanjur bertatap muka, Jeany merasa tak enak hati untuk menghindar sehingga akhirnya duduk di sini, di salah satu kafe ekslusif mall, berhadapan dengan ibu mertuanya. Jeany berencana hanya duduk sejenak dan pamit, tapi dia benar-benar tak menyangka jika mertuanya langsung men skak Je
"Ayo kita bercerai."Richard, yang pulang dengan penerbangan tercepat demi bertemu istrinya, berhenti sejenak saat membuka bajunya, tapi hanya sesaat.Dia segera melanjutkan, membuka kancing sisa rompinya yang sebagian terbuka. Richard pasti mendengar ucapan Jeany tadi dengan jelas, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.Dengan punggung menghadap Jeany, ekspresinya tetap tersembunyi. Jeany dengan gugup menggigit bagian dalam bibirnya. Wanita itu bisa merasakan sedikit darah di dagingnya yang halus.Melontarkan kata 'cerai' dengan santai pada suami yang sudah lama tidak dia temui terasa tidak masuk akal bahkan bagi dirinya sendiri. Mempertimbangkan hal itu, Jeany seharusnya benar-benar bingung, tapi dia tidak bisa melihatperubahan apa pun.Richard, setelah dengan rapi menggantung pakaiannya yang sudah dibuang, berbalik. Jeany bergidik secara refleks saat sepasang mata hitam tajam menatap wajahnya."Apa yang tiba-tiba kamu katakan, Jeany?"Ekspresinya terlihat lelah. Jelas ini bukan sam
Saat Jeany tengah mengingat lagi percakapannya dengan nyonya Rosalie sehingga dia tadi meminta cerai pada Richard dengan mulutnya sendiri, Jeany mendengar langkahkaki di belakangnya. Sebelum dia bisa berbalik, seseorang tiba-tiba duduk disampingnya. Itu adalah Richard. Aroma samar alkohol tercium darinya. Jeany datang ke sini untuk melarikan diri dari suaminya, dan sekarang secara tak terduga bertemu dengan suaminya menyebabkan mata Jeany sedikit melebar."Apakah kamu belum tidur, Rich?"Susah payah, Jeany bertanya. "Apakah kamu menghindariku dengan datang ke sini?" Richard malah balas bertanya. Suaranya tajam, dengan sedikit sarkasme. Penampilan Richard saat ini tampak sedikit acak-acakan,seolah-olah dia terlalu banyak minum. Kancingnya lebih terbuka dari biasanya.Pupilnya melebar dengan lesu. Anehnya, sudut mulutnya cemberut.Pemandangan yang langka, bagi seorang pria yang selalu berpenampilan rapi dan berbicara sopan di depan semua orang. Pengendalian diri yang tajam dan komp
Setelah Richard memuaskan hasratnya pada bibir Jeany untuk beberapa saat, pria itu pun melepaskan bibir istrinya dan menatap tenang tengah mata Jeany.Meski begitu, matanya tajam, seperti pecahan kaca. Dada Jeany naik turun dan napasnya menjadi sesak. Richard masih terus menatapnya sampai napas Jeany stabil, lalu, setelah melihat sang istri sudah bernapas dengan stabil, Richard pun mulai berbicara."Apa yang salah, sampai-sampai begitu aku baru menginjakkan kaki di rumah, kamu langsung meminta cerai?"Richard bergumam dengan suara yang dalam dan pelan, tatapannya begitu dalam sedangkan pipinya sedikit cekung dan alisnya melengkung. Ada sedikit rasa genit di tengah ketidaksenangan."Ah, itu. Itu karena.... "Jeany tidak bisa melanjutkan ucapan. Itu karena Jeany tidak mengerti mengapa Richard membuat ekspresi seperti itu. Dia pikir mungkin Richard melakukan itu karena Jeany telah melukai harga dirinya.Mungkin sulit bagi Richard untuk menerima kenyataan bahwa wanita yang dia tangkap u
Richard mengatakan itu dengan santai, tak memedulikan istrinya yang panik. Tangan Richard yang tadi sempat mengelus perut bagian bawah Jeany kini dengan cepat membukakamisol tipisnya dan menyelinap ke dalam."Jangan Iakukan ini, Rich."Jeany dengan cepat mencoba untuk menutup kakinya, tetapi segera dihentikan olehsebuah tangan yang kuat, yang mencengkeram pahanya erat-erat dan membelah labia-nya dengan jari-jari yang tebal.Belaian Richard malam ini kasar, meluncur keatas dan ke bawah p*ssy Jeany, jelas ada sedikit kemarahan dalam sentuhannya.Itu memalukan, karena Jeany sebenarnya belum siap terlibat secara emosional dalam keintiman seksual dengan Richard malam ini. Namun tetap saja, tubuh Jeany mulai basah.Tubuhnya ini telah dilatih Richard selama hampir tahun, sehingga Richard tahu lebih baik dari siapa pun tentang titik sensitif istrinya. Akibat semua sentuhan Richard, wajah cantik Jeany kinimemerah seperti apel matang."Eh, tunggu, tunggu sebentar... "Jeany berkata deng
Organ yang besar dan mengancam itu menghantam vagina Jeany dengan satu dorongan cepat. Dia mengencangkan pinggulnya. Saat Richard masuk tanpa ampun, erangan menjerit keluar dari mulut Jeany saat Richard menembus jauh ke dalam. "Hmph, ha-ha."Pilar Richard sangat besar, hampir sebesar lengan Jeany. Rasanya seperti senjata.Jeany merasa kesulitan menerimanya, dan Richard tahu itu, jadi mereka selalu bercinta dengannya di tengah jalan. Tapi kali ini berbeda, Richard mendorong pusakanya masuksepenuhnya, dan seolah-olah itu bukan cukup, dia dengan kuat mendorong pinggulnya."Ah, hah! Hah!!"Mengabaikan erangan keras Jeany, Richard mencengkeram pantat istrinya, meremasnya erat-erat, dan berulang kali masuk dan keluar dari dirinya, lapisan v*gina Jeany mendorong masuk dan keluar seiring dengan gerakannya."Haang, ha, ha, hentikan...!"Jeany memohon sambil memutar tubuhnya. P*ssy-nya diregangkan begitu kencang hingga dia mengira akan robek. Tekanan di perut bagian bawahnya yang membengkak
"Siapa si bangsat yang berani ngelakuin ini?!"Mata Kyle tentu saja membelalak lebar saat melihat foto siapa yang saat ini sedang dipajang Julia untuk melakukan open BO.Itu adalah foto Luana.Luana nya! "Bajingan! Belum ada seminggu dia gak gue awasin, udah kayak gini aja?!"Marah, Kyle berdiri sambil menggebrak meja.Kemarahan Kyle terasa sampai ubun-ubun melihat foto Luana terpajang di aku media sosial Julia dan sedang melakukan open BO."Sial, siallll!"Kyle tentu saja ingin bertanya langsung pada Luana apakah dia benar-benar melakukan ini, atau hanya dijebak Julia atau Venus.Namun, Kyle tentu saja tak bisa menghubungi Luana secara langsung karena nomornya telah diblokir oleh gadis itu."Ahhh, kenapa di saat kayak gini, sih!!!" dengus Kyle, mengacak rambutnya. Setelah menenangkan diri beberapa saat, Kyle sangat yakin jika Luana tak mungkin melakukan hal itu, jadi hanya tersisa pilihan kedua, yaitu, Julia atau Venus telah menjebaknya."Sialaaaannn!!! "Kyle merasa sangat ingin p
Julia, yang dikenalkan Venus pada Luana sebagai teman kuliah, sekarang memang mulai tinggal di rumah Venus.Sejujurnya Luana sering merasa cemburu dengan kedekatan mereka, tapi ia tak berani bilang karena takut dijauhi Venus.Luana sendiri juga iri pada Julia yang sepertinya sudah menjadi wanita mandiri di usia muda, sehingga merasa ingin menyainginya.Luana tak tahu apa pekerjaan Julia, tapi dia sering keluar malam bersama Venus. Venus selalu menjawab bahwa dia mengantar Julia bekerja saat ditanya oleh Luana. "Lu, kamu pengen kerja? Kerja apa?" tanya k Venus, yang dijawab Luana dengan anggukan."Kerja sampingan apa aja terserah, kak Venus bisa nggak nyariin aku pekerjaan? Misalnya kerjaan yang sama dengan kak Venus dan Julia," jawab Luana, menyembunyikan niat aslinya, yang tak ingin kalah dengan Julia.Venus langsung mengangguk dengan wajah ceria. Luana sendiri merasa lega bukan main karena sepertinya Venus tak curiga dengan niat asli Luana. "Hmm, aku akan mengusahakan segalanya
"Anaknya mafia itu udah nggak pernah masuk sekolah lagi, ya?""Hah, mungkin di matanya sekolah kita cuman taman bermain jadi dia masuk dan bolos seenaknya.""Hush! Jangan keras-keras. Kalau kedengeran mata-matanya gimana?"Anak-anak di kelas Luana mulai menggosipkan Kyle yang suka sekali bolos sekolah setelah beberapa kali Kyle tak tampak pergi ke sekolah. Semenjak kejadian malam itu, Kyle memang sudah tak pernah masuk sekolah lagi. Wajar jika beberapa orang mulai membicarakannya.Hubungan Luana dengan Kyle juga benar-benar hancur, Luana dan Kyle tak pernah berciuman lagi, tapi bukan berarti Luana bisa berhenti begitu saja mengontrol efek kutukannya.Sekarang cara yang digunakan Kyle cukup ekstrem, di mana dia hanya akan datang pada Luana dengan sangat terpaksa dan Luana menusuk ujung jariku dengan jarum, lalu darah yang menetes dari sana akan dia minum.Prosesnya tidak menyakitkan, tapi yang paling menyakitkan adalah, Kyle kini sudah tak pernah berbicara apa pun padanya. Begitu bi
Tanpa menjawab dan alih-alih menangkup kedua gundukan yang sudah mengencang di depannya, Kyle hanya membelainya sekilas dengan pandangan rumit.Dia tercenung beberapa detik di depan dada Luana yang terbuka lebar sebelum kemudian jemarinya dengan lihai mengancingkan kembali kancing baju gadis itu dari bawah ke atas, setelah dengan lembut mengembalikan buah dada Luana ke dalam bra-nya.Gerakan Kyle masih lembut ketika mengangkat tubuh sang gadis dari pahanya dan mendudukkan di sampingnya, membuat kedua mata Luana melebar karena shock dengan perubahan besar ini, sampai mukanya pun memerah seperti kepiting rebus saking malunya.Ditambah lagi saat Kyle memilih tak menatap dirinya dan hanya membuang pandang ke jendela sambil menopang dagu."Gue udah kehilangan minat."Kyle mengatakan itu dengan suara pelan, beberapa detik kemudian. "Hah?"Ucapan pelannya itu tentu saja sukses membuat Luana benar-benar seperti terjatuh dari ketinggian, mukanya yang memerah pun semakin merah sehingga tak s
"Lun, lo tau nggak kira-kira kenapa ada sisa bau Venus di tubuh lo?" Sekali lagi Kyle mengulang pertanyaan kenapa ada aroma Venus di baju sehingga netra Luana bergetar sedikit karena tak mampu memberi jawaban yang memuaskannya. Luana benar-benar tidak sedang dalam kondisi bisa berbohong sambil tersenyum sekarang, tidak ketika seluruh tubuhnya memanas secara tak jelas begini. Seperti mengetahui kelemahan Luana, Kyle mengelus dengan lembut pinggang sang gadis yang terbalut kemeja tipis, lalu mendekatkan hidung mancungnya ke badan Luana, sambil memejamkan mata dia mengendus pelan. "Baunya jelas banget, kenapa ya? Bilang ke gue coba, ini cuma parfum yang sama, kan? Tolong jawab gitu," ucapnya. Meski nadanya sangat tenang, Luana tahu jika ada aura mengancam di dalamnya. Luana tidak menggeleng atau mengangguk, hanya menatap wajah tampan teesebut dalam diam. Nadanya menyakitkan, sehingga Luana takut, jika salah menjawab maka semua akan berubah fatal. Beberapa detik kemudian, karena
"Cara apa?" Bodohnya Luana malah bertanya. Tak sadar bahwa Kyle sedang menjebaknya. "Biar nggak kedinginan kita harus mengeluarkan keringat, kan? Nah, ada cara yang mudah dan efektif serta menyenangkan, mau coba?" Kyle mengatakan dengan ceria, tampak sedikit bersemangat. "Emang gimana?" Luana yang masih tak paham maksud Kyle, bertanya lagi. "Begini." Seperti sudah tak sabar, Kyle segera mencondongkan badan ke arah gadis itu, lalu tanpa ba-bi-bu menempelkan bibirnya ke bibir Luana. Untuk mencegah Luana melarikan diri, dia mengunci belakang kepala Luana dengan tangannya lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu. "K-Kyle...!" Mata Luana terbelalak lebar. Sensasi manis lollipop yang tadi dimakan Kyle, menyebar di seluruh mulut Luana, rasa hangat bibir Kyle dan rasa permen yang dia makan seakan melebur jadi satu di dalam mulut gadis itu. Kyle semakin mencondongkan badannya sehingga dada mereka saling menempel, melanjutkan sentuhan bibirnya ketika tak mendapat pen
Setelah menjawab seperti itu, Luana segera berlari dengan kecepatan penuh, mengambil peralatan mandi dan kemeja dan rok di tumpukan paling atas, lalu mandi, keramas dan ber-make up sederhana sebelum kembali berlari menuju perpustakaan. Untunglah, untung jarak antara asrama dan perpustakaan bisa ia potong lewat jalan pintas, kalau tidak, bisa celaka semuanya. Cemas, Luana melirik jam tangan, masih ada empat menit lagi. Huft. Semoga Luana bisa bertemu dengannya. Kembali Luana berlari menuju tempat biasa mereka bertemu, dan di sana... Tubuh gadis itu langsung merosot ke lantai ketika melihat Venus yang tampak tertidur nyenyak di meja biasa mereka bertemu saking leganya. Jackson tak ada di mana-mana, mungkin pulang setelah marah marah pada Luana tadi. Jantung gadis itu masih berdegup kencang ketika duduk di sebelah pria muda yang tengah tertidur, memandangi Venus yang tidur dengan memiringkan kepala, tampak tenang dan damai. Tangan Luana tiba-tiba tergelitik untuk merapikan ramb
Luana segera berbalik menghadap Kyle dan tersenyum semanis mungkin, menyembunyikan niatnya yang ingin menyelinap pergi untuk menemui Venus. "Kamu janji bakal ngeberesin kekacauan ini, kan, Kyle?" tanya Luana, masih tersenyum manis.Kyle tampak mengerucutkan bibir tipisnya dengan kening berkerut ketika menatap asrama Luana yang porak-poranda, lalu tersenyum lebar saat menatap wajah cemas gadis itu. Mengendikkan bahu, dengan santai dia pun menjawab."Mmm, Oke."Suaranya terdengar riang. Namun, Kata-katanya tak berhenti sampai situ. "Tapi... "Kyle seperti sengaja menggantung kalimatnya, sehingga Luana pun bertanya."Tapi apa, Kyle?""Tapi malem ini lo harus ikut sama gue pulang, ya?" jawabnya, dengan senyum lebar.Luana lagi-lagi tersenyum canggung. Luana tahu itu bukan permintaan meski Kyle berkata dengan nada ringan, tapi perintah yang harus ia taati.Jadi dengan pelan, Luana pun menganggukkan kepala.Senyum Kyle berubah semakin cerah melihat Luana yang menganggukkan kepala, dia p
Mati-matian Luana menahan tubuhnya supaya tidak ambruk ke lantai dan berusaha terlihat setenang mungkin."Yaaahhh, karena lo kayaknya suka gue yang kayak iblis begini, jadi rencananya gue mau bikin dia pisah sama jiwanya sebentar, lalu tubuhnya mau gue lempar dari atap gedung ini. Gimana? Seru, kan, pasti? Jadi gue nggak perlu sakit hati lagi."Kyle yang berada dalam tubuh Theo, mengucapkan semua rencana pembunuhan untuk Venus dengan sangat santai seakan Venus hanyalah seekor lalat saja.Luana tentu saja bergidik ngeri mendengar pengakuannya tersebut.'Jangan bunuh kak Venus, jangan!'Dia berteriak dengan putus asa. "Ky, Kyle... aku ... aku...."Tak sanggup rasanya luana meneruskan ucapan karena tenggorokan terasa kering, jadi ia menelan ludah dan membasahi bibir. Memandang Kyle dengan mata bergetar."Karena lo udah di sini, gimana cara lo ngehentiin gue, Luana? Gimana cara lo bikin gue nggak nyentuh si bajingan itu? Gue mau lihat."Kyle bertanya dengan suara manis, seakan memberi k