"R-Richard?"Aku berbalik dengan kaget saat mendapati suamiku sudah berdiri di belakang, sampai anggur yang baru saja masuk ke mulutku, meluncur jatuh. Richard yang sepertinya baru pulang kerja, memungut anggurku yang jatuh ke ranjang dan memasukkan anggur itu ke mulutnya dengan santai. "Hey, anggur itu.... "Aku ingin mengatakan bahwa anggur yang dia makan tadi sudah sempat masuk mulutku, tapi saat melihat Richard yang tampak santai mengunyah anggur itu, aku tak jadi bicara. Richard sedikit membungkuk untuk mengambil anggur lain di piringku, lalu pandangannya tertuju pada layar ponselku. "Oh, apa itu? Apakah kamu sedang asyik menonton pria lain dengan tatapan mesra sambil menghabiskan anggur yang dibeli dengan uangku, Jeany?"Richard mengambil ponselku dengan kening berkerut, menatap pria dalam drama China yang aku tonton. "Ahh, ini.... "Aku tak bisa menjawab. Haaa, apa maksudnya menonton pria lain dengan tatapan mesra? Aku hanya sedang melihat sebuah drama di ponsel! Wajahku
Merasa pusing karena aroma yang sangatkaya dari Richard, yang kurasakan untuk pertama kalinya, aku lupa bahwa saat ini hanya mengenakan rok dan memperlihatkan dadaku tanpa penghalang apa pun. Hanya saja, tatapan Richard yang menyapu tubuhku, menyebabkan semburan jus cinta mengalir dari bawah.Kepalaku menjadi panas dan erangan basah keluar dari mulutku. Richard mendekat ke arahku yang terengah-engah, menekan tubuhnya ke tubuhku. Tangannya yang besar dan meraih kedua pergelangan tanganku dan mendorongnya atas. Menguncinya di sana. "Kamu terlihat sangat cantik hari ini, Jeany."Richard mengatakan hal itu dengan suara bersemangat, lantas membungkukkan badannya dan menggigit dadaku. "Ah! Aduh! R-Rich, apa yang...!"Richard hanya tertawa dan menjilat dadaku, menimbulkan sensasi kesemutan yang membuat aku seperti melayang. "Apanya yang apa, Jeany?"Dia malah bertanya dengan suara main-main dan menggigit dadaku lagi. Sehingga aku seketika berteriak dan menjambak rambutnya. Bukannya ma
Richard baru pulang saat dini hari, terlalu terlambat untuk melanjutkan aktivitas yang sebelumnya mereka lakukan. Situasi di rumah sakit tidak sesederhana yang dia bayangkan dan Richard terjebak di ruang operasi selama berjam-jam. Begitu masuk kamar, dia melihat bagaimana istrinya yang dan sangat cantik, tengah tertidur dalam posisi duduk di sofa. Sepertinya Jeany berusaha menepati janji untuk tidak tidur, sehingga menunggu Richard di sofa. Tapi karena ini sudah terlalu lama, dia pasti tertidur sebab terlalu lelah menunggu. "Manis sekali," gumam Richard, tersenyum lebar dan berjalan cepat menuju ke arah Jeany. "Sayang, aku sudah pulang."Richard mengatakan hal itu sambil duduk bertumpu lutut di depan Jeany, dia mendongak dan mengelus lembut pipi Jeany, merasa sangat senang karena setelah bertahun-tahun hidup tersiksa dengan mimpi buruk saat ditolak dan diabaikan Jeany, kini wanita itu ada di depannya dan dengan setia menunggu dia pulang. "Sakit kalau lama-lama tidur seperti ini,"
"Ha, Jeany...."Dia duduk di antara.kedua kaki Jeany dan menyiksa tubuh bagian bawah wanita itu dengan gerakan yang lebih biadab dari sebelumnya.Richard.membuka area berdaging itu lebar-lebar dan tanpa ampun mencubit dan menggaruk klitoris yang tersembunyi di dalamnya, berulang kali memasukkan dan menarik jari tengahnya yang tebal ke dalam.lubang yang berdenyut itu. Berbeda dengan tangan kurus wanita, tangan pria berperawakan tebal mampu meremas dan meremukkan daging sensitif di dalamnya hanya dengan memasukkan satu jari di antara Iabia.Klitoris yang bergairah dan ereksi dihancurkan di sana-sini di bawah tangan Richard,.memberikan sensasi yang lebih erotis. Saat dia gemetar karena kenikmatan yang memusingkan, Richard tersenyum bahagia. "Aku merasa senyaman ini bahkan ketikakamu sedang tidur... seberapa baik perasaankujika kamu terjaga, Jeany?"Richard menggumamkam sesuatu dan tertawa pelan. Namun, tangan yang menggosok klitoris Jeany tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti."Istri
"Hmm, bagaimana, ya? Apakah kalian bertengkar semalam?"Mayes memandangku dan bertanya, sehingga dengan panik aku segera menggeleng, takut jika Mayes menemukan kejanggalan dalam hubungan pernikahan antara aku dan Richard. "Bertengkar? Itu tidak mungkin!" sanggahku, segera mengambil air di gelas dan ku minum sampai habis untuk menyingkirkan panik. Mayes sepertinya mengawasi seluruh tindak tandukku, tapi untungnya tidak bicara apa-apa. "Oh, lalu kenapa Anda bertanya kondisi tuan tadi malam pada saya, Nyonya?"Mayes memasang ekspresi polos, tapi aku benar-benar jadi ragu sebenarnya dia tidak lah se polos itu. Aku juga curiga kalau sebenarnya Mayes bukanlah di pihakku. Yah, dia anak buah siapa? Tentu saja Mayes akan selalu di pihak Richard. "Tidak, tidak ada apa-apa," jawabku sambil mengibaskan tangan, berusaha terlihat tak bermasalah sama sekali dan memasang wajah cuek. Entah kenapa saat ini aku takut menunjukkan kelemahan di depan Mayes. Apalagi mengingat fakta bahwa dia sangat be
"Tapi apa, Rich? Apa aku harus memakai masker atau bagaimana, agar tidak dilihat pria lain?"Suara jernih Jeany mengalir melewati earphone yang terpasang di telinga Richard, membuat pria yang sedang duduk di depan meja kerjanya itu secara reflek tersenyum. Suara istrinya sangat manis, sampai-sampai membuat Richard yang sedang pusing karena pekerjaan yang tak ada habisnya, merasa rileks sedikit. Richard sangat senang mendengar suara Jeany di pagi hari, tapi alih-alih menjawab pertanyaan istrinya dengan lembut, Richard malah berbicara dengan suara kaku untuk menutupi kegembiraannya. "Hm, tidak usah. Dandanlah secantik mungkin, aku sedang sangat capek karena pekerjaan jadi aku tidak mau melihat dirimu kucel saat ke sini.""B-baiklah! Aku akan dandan secantik mungkin!"Jeany menjawab dengan gugup, sedangkan Richard langsung menggeleng. "Tidak, tidak. Jangan terlalu cantik, yang biasa saja. Mengerti maksudku, kan?""M-mengerti, Rich," jawab Jeany, yang membuat Richard tertawa tanpa suar
"Huuh, kenapa dia sangat berhati dingin?!" sungutku saat membaca balasan pesan dari Richard, setelah aku mengirim gaya dandananku yang akan pergi ke rumah sakit tempat dia bekerja untuk mengantar makan siang.Bagaimana tidak? Bukannya menjawab bagus atau apa, Richard hanya menulis balasan satu kata: 'oke'. Ya! Hanya itu! "Rasanya kecantikanku yang paripurna ini benar-benar tak terlihat di mata pria dingin seperti Richard," dengusku sambil cemberut. Dia tadi mengatakan bahwa aku tidak boleh kucel karena dia sedang pusing dengan pekerjaan, menyuruh dandan yang cantik tapi tidak terlalu cantik, lalu, setelah usaha kerasku untuk berdandan agar stress nya mereda, dia tak memuji sama sekali dan hanya bilang oke. "Aaah, aku lupa. Aku kan menikah dengan manusia robot. Mana sadar dia dengan kecantikanku?"Aku mencoba menghibur diri dengan mengatakan hal itu dan mulai berangkat menuju rumah sakit, tapi setiap kali ingat bagaimana dia menjawab sangat singkat dan seperti tanpa jiwa, aku mere
Itu adalah ciuman yang manis.Terlebih lagi karena rasanya sudah lama sekali, padahal baru kemarin kami berciuman."Uhh."Erangan keluar secara spontan di sela-sela bibir yang remuk. Itu karena lidah kami bergesekan dengan kasar.Nafas yang kusut begitu manis. Bibir Richard begitu panas sehingga aku tidak tahan saat dia menekanku tanpa ragu-ragu."Tunggu, tunggu. Rich, sebenarnya apa.... "Aku belum selesai bicara atau bertanya tentang bagaimana situasinya jadi berubah seperti ini, tapi seperti sebelumnya, Richard kembali menyerang ku dengan ciuman yang dalam dan luar biasa. "Haa."Erangan teredam terdengar tepat di depanbibirku. Itu adalah Richard. Bukan hanya aku, tapi Richard sepertinya juga bersemangat dan bersemangat dalam ciuman ini. Aku ingin melihat bagaimana ekspresi dan wajah Richard saat ini. Karena itu aku sengaja memiringkan kepalaku ke belakang dan menjaga jarak darinya.Aku ingin tahu dia sedang marah atau apa karena tiba-tiba mengusir dokter cantik itu keluar dan m
"Cih, dasar Bajingan," umpat Kyle, memandang Gio dengan amarah yang rasanya sudah sampai di ubun-ubun. Dia sangat ingin Gio pergi sejauh-jauhnya dari kehidupannya termasuk berhenti merecoki Luana, tapi dengan vampir Berengsek itu dikirim ke sini, sama saja tidak menyelesaikan apa pun.Semua rasanya seperti kembali ke awal, seperti penyelidikan tentang siapa yang membawa vampir baru itu ke pulau yang saat ini menemukan jalan buntu.Baik Jia ataupun Lucas berkata bahwa mereka tak menemukan keanehan apa pun ketika sampai di pulau, juga tak ada yang bertindak berlebihan sehingga memancing kecurigaan.Ini artinya, pelaku tersebut pasti sangat lihai dan sudah merencanakan segalanya dengan sangat teliti.Pekerjaan mereka gagal, karena tak mengira jika Luana akan menghubungi dirinya dan datangnya Gio ke lokasi kejadian.Kepala Kyle terasa berputar-putar sekarang, memikirkan begitu banyak pekerjaan yang belum terselesaikan dengan baik.Apalagi, menatap vampir pemalas di depannya yang hanya bi
Sang raja vampir tersenyum sekilas atas ketertarikan putranya, sebelum kemudian berkata. "Aku akan mengirim dirimu sebagai bawahannya, bawahan Kyle Ivander. Semua ini agar kamu segera belajar banyak cara menjadi pemimpin yang kompeten untuk nmenggantikan posisiku. Aku sudah terlalu tua dan ingin istirahat."Seketika, vampir muda itu melotot atas titah ayahnya dan melayangkan protes keras."APA?!! Aku nggak mau jadi anjing si Berengsek itu, Ayah!""Keputusanku tidak bisa diganggu gugat," tutup ayahnya, berjalan pergi. "Ayah! Tidak, tarik kembali perintah itu, Ayah!" teriak Gio, tak terima. Namun, ketua klan vampir tak mempedulikan protes Gio dan menghilang dalam kegelapan."Ayah! Arrrggghhh! Kenapa aku harus menjadi anjing Kyle Ivander! Aku adalah raja vampir berikutnya, Ayah!!"Gio terus berteriak protes, tapi kata-katanya hanya memantul di dinding yang sepi. "Sialan, sialaaaaan!!"Gio menghentakkan kakinya dengan marah, benar-benar kesal karena apa yang dilakukan ayahnya benar-b
Akhirnya. Baik Luana dan Kyle duduk bersebelahan di jet pribadi, tanpa saling bicara.Lagi-lagi gagal melakukan sesuatu yang sudah mereka tunggu lama, membuat keduanya tiba-tiba kehilangan mood.Sementara Rion, pelaku yang lagi-lagi menggagalkan kesenangan mereka, diam diam hanya menelan ludah pahit.Pikiran Rion sangat rumit sekarang. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa hubungan keduanya sudah sejauh itu.Bagaimana mungkin ...Pikiran Rion tiba-tiba melayang ke buah dada Luana yang terekspos jelas ketika dia membuka pintu dan tak sengaja memergoki Tuannya bersama Luana tadi.Seketika wajahnya merah padam karena malu yang sangat dan merasa sangat lancang.Namun, tidak, Kyle tidak boleh sampai kelepasan dan berhubungan badan dengan Luana, sebelum mereka menemukan cara yang tepat untuk menyingkirkan racun dalam tubuh Kyle. Atau mengetahui sampai batas mana tubuh Luana bisa 'menerima' sentuhan sang tuan. Jika saling bertukar ludah saat ciuman bibir saja Luana bisa pingsan, bagaiman
Pagi hari.Semua diangkut naik kapal pesiar untuk kembali ke kota.Begitu juga Luana, tapi dia tidak naik kapal pesiar melainkan jet pribadi yang disiapkan untuk Kyle. "Tuan Muda, kenapa saya harus beda sendiri? Saya naik apa saja tidak masalah, Tuan Muda. Badan saya sudah sehat, Anda akan bisa melihat sendiri saya bahkan bisa menari balet sekarang!" protes Luana. Gadis itu menatap cemberut pada Kyle yang memasukkan barang bawaan Luana ke dalam tas, menari-nari di depannya untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sudah sehat."Luana."Kyle berjalan mendekat dan menangkap pinggang gadis mungil tersebut lalu menariknya dalam pelukan."Kamu pulang sama aku, ini perintah. Mengerti?" tegas Kyle dengan tegas. Bibir Luana maju saat Kyle mengatakan hal itu, mengerutkankening dengan ekspresi yang menurut. Kyle menggemaskan."Kenapa?"Keduanya sudah saling melepas pelukan sekarang karena Kyle sibuk memasukkan lagi barang bawaan Luana, sementara gadis itu duduk di samping Kyle dengan eks
Kyle memandang sekilas pada Raven yang belum juga sadar kemarahan bos-nya."Tapi?"Rion mengulang ucapan Kyle dengan was-was.Kyle menyugar rambutnya ke belakang dan menatap Rion dengan wajah tenang tanpa eskpresi."Dia akan kukirim ke cabang perusahaan yang paling jauh, paling ujung, paling tidak laku dan paling sepi. Kalau bisa dicabang yang ada di Afrika. Atau cabang yang hampir bangkrut," titah Kyle dengan suara dingin dan gemetar menahan marah. "B-baik, Tuan Muda."Rion, meski sedikit gugup, mengangguk patuh. Pria itu diam-diam melayangkan tatapan kasihan kepada Raven. Setelah mengatakan semua itu, Kyle berjalan cepat keluar ruangan dan sedikit membanting pintu.Suasana yang begitu dingin dan mencekik mengiringi kepergiannya. "Tuan Rion, apa maksud ucapan Bos Kyle?" tanya Raven bingung. Rion tidak segera menjawab, memandang kasihan kepada pria malang itu dan menepuk pundaknya sebagai bentuk simpati."Intinya, kamu mendapat rumah mewah secara gratis, detail lainnya akan aku ki
Rion yang melihat kemarahan berkobar dalam diri sang tuan, dengan bijak memilih mundur teratur. Ia berdiri jauh di sebelah pintu agar terhindar dari amukan Kyle, karena ada pria yang dengan begitu lugas mengaku suka dengan 'gadis'nya. "Apakah kamu sudah kenal Luana sebelum ini? Apakah kalian mantan pacar atau semacamnya?" tanya Kyle dengan bibir terkatup menahan amarah. Dia selama ini sudah lama diam-diam memperhatikan siapa saja yang berhubungan dengan Luana, mantan, orang yang mengejar dia diam-diam, atau siapa saja yang mencoba mendekati gadis mungil tersebut. Namun, Kyle tidak ingat ada wajah Raven dari semua foto orang-orang itu. Hanya ada sesuatu yang familiar di wajah Raven, yaitu kemiripannya dengan mantan terakhir Luana, si Berengsek Rexy. "Ttidak, Tuan Muda. Ehm, saya belum pernah kenal bahkan bertemu dengannya sebelum ini,' jawab Raven dengan terbata-bata karena melihat ekspresi dingin di wajah Kyle. "Lalu bagaimana kamu bisa bilang kalau menyukai gadis itu sejak l
"Hitam? Vampir darah murni tidak ada yang rambutnya berwarna hitam, Tuan. Biasanya rambut mereka berwarna perak seperti warna bulan." Rion menjawab dengan kebingungan. Mata Kyle seketika menyipit mendengar penjelasan dari Rion tersebut. Jika seperti itu, maka mungkin saja Gio yang sudah kenal Luana lebih dulu dari mana memang sengaja mewarnai rambutnya menjadi warna hitam karena ingin mengecoh Luana. Meski untuk saat ini Kyle tidak tahu apa tujuan vampir berengsek tersebut melakukan hal itu. "Dasar imitasi,"' umpat Kyle pelan, mengerutkan hidungnya dengan jijik. Ekspresi dingin menghiasi wajah tampannya saat menoleh ke arah Rion yang tidak tahu kenapa Kyle begitu marah saat tahu rambut asli Gio tidaklah berwana hitam. "Siapkan diri untuk menemui klan vampir begitu kita pulang dari sini besok, Rion. Pilih bawahan terbaik karena mungkin saja akan terjadi perang, kalau pihak sana menolak mendisiplinkan Gio," titah Kyle dengan penuh penekanan. Dia mengepalkan tangannya erat, be
"Sayangnya, Aku nggak menemukan apa pun." Jawaban dari Kyle itu sontak membuat Rion terdiam, sedangkan Kyle sendiri menatap telapak tangannya dengan ekspresi tak terbaca. Pria itu mendesah pelan, lantas berbicara dengan suara suram. "Sepertinya, kekuatanku memang hilang separuh karena sudah keluar sebelum red moon berakhir," ujar Kyle tanpa ekspresi. "Tuan Muda .... " Mendengar itu, Rion menatap sang tuan dengan simpati dan menyesal. "Jangan pikirkan hal itu dulu, sekarang kita fokus mengumpulkan bukti-bukti yang bisa digunakan untuk menemukan pelaku di balik semua ini lebih dulu." Kyle menyugar rambut hitamnya dan mulai mengamati kerangkeng tersebut dengan wajah serius. "Kalau dia bisa bawa vampir baru ke sini tanpa ketahuan siapa pun, ada dua kemungkinan, dia punya koneksi dengan yang berada di sini dan tahu kalo aku nggak mungkin bisa datang di acara ini, dan dia ... bukan manusia biasa, sama seperti kita." Rion mengangguk-angguk setuju atas tebakan bos-nya tersebut. "
Menahan kesal, Kyle segera turun dari atas tubuhLuana dan membenahi resleting celananya."Ada masalah apa, Tuan?"Luana ikut duduk dan merapikan kausnya, Kyle menghentikan gerakannya sebentar lalu menatap gadis itu dengan sorot penuh minta maaf."Rion telepon katanya menemukan bukti baru atas kasus ini, Lun. Aku haruspergi segera untuk menyelesaikan makalah ini sebelum kita kembali ke kota."Penjelasan dari Kyle membuat Luanamengangguk penuh pengertian."Pergilah, Tuan."Kyle menyugar rambutnya kebelakang dan mendekat pada Luana untuk mengecup sekilas pipi mulus gadis cantik itu. "Maafkan aku," bisiknya.Luana mengangguk dan tersenyum lebar."Tidak apa-apa. Aku tahu ini hal yang tidak bisa ditunda-tunda."Kyle masih saja menatap Luana dengan pandangan tak rela.Bagaimana pun juga diputus di tengah permainan panas seperti tadi rasanya benar-benar menyebalkan."Aku akan segera kembali, istirahatlah, Lun."Kyle mengulurkan tangan dan mengusap kepala Luana dengan penuh kasih sayang."A