Arkan terkekeh, tapi Galih makin kesal karena bisa mendengar ucapan Aziya. Enak saja Aziya mengejeknya dengan gangguan mental? Awas ya!
Setelah Aziya kembali, Aziya bisa melihat ketegangan Galih saat melihatnya."Sekarang kau bisa menjelaskan kepadaku perihal kesalahan yang kumiliki. Sebutkan saja, maka siapa tahu aku bisa menebus kesalahanku itu," tanya Aziya kemudian.Galih yang duduk di sebuah kursi tamu mendesah panjang. Kejadian itu sangat jelas di dalam ingatannya."Kau , apa yang kau lakukan di malam tahun baru tiga tahun yang lalu? Kau telah membuat kekacauan dengan menyalip mobil Guntur. Pada malam itu kecelakaan menimpa mereka sehingga mobil mereka terbalik. Seharusnya kamu mengingat bagaimana kejadian itu terjadi dengan sangat jelas. Aku melihatmu diinterogasi seorang polisi.""Aku? Malam tahun baru?""Ya, ingatlah tiga tahun yang lalu. Bukankah kau yang mengemudi kendaraan dengan ugal-ugalan? Malam itu mobil yang kau tumpCibiran Aziya sontak membuat Reza geram. Aziya samasekali tidak terprovokasi dengan kondisi Reza yang mengejeknya dan justru membalasnya dengan ucapan pedas."Setidaknya aku tidak sekere kamu, Ziya. Kau terlihat menyedihkan dengan baju yang kau pakai sejak menjadi istriku itu, apa kamu jadi babu sekarang dan tidak sanggup lagi beli baju yang layak?" Kini Aziya membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Reza, kali ini memberikan tatapan menakutkan."Diam mulutmu! Kamu sudah tidak punya hak menilai penampilanku!"Sesaat kemudian pintu lift terbuka, dan ternyata mereka memiliki tujuan yang sama yaitu ke ruangan Galih atasan mereka. Aziya membiarkan Reza lebih dulu keluar dan masuk ke pintu Galih, terutama karena ia harus memakai tongkat dan tertatih saat berjalan. Reza hanya menyorotkan kekesalannya saat melintas di hadapan Aziya sekaligus sorotan mengejek karena lambat berjalan.Setelah Reza masuk ke ruangan tersebut, Aziya kemudian juga masuk
Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi setelah mobil tersebut masuk jurang.Akan tetapi tentu saja Galih memiliki rekaman seluruhnya kejadian tersebut.Mobil itu terperosok ke dalam jurang setelah terbolak-balik beberapa kali. Beruntung mobil itu tidak meledak karena mesin sepertinya sudah mati. Kemudian video pengangkatan korban juga ditunjukkan dengan jelas di situ yang merupakan dua orang kesayangan Galih."Kau bisa melihatnya bukan? Bagaimana kejadian seperti ini bisa lolos dari kepolisian? Siapa kamu sebenarnya?""Apa maksudmu? Tak ada kejadian apapun yang menunjukkan aku terlibat di sini. Ini sangat bodoh!" umpat Aziya.Galih menekan tombol lain untuk memindahkan video."Bagaimana dengan ini?" katanya lalu menunjukkan siapa yang baru saja keluar dari mobil tersebut.Saat itu seorang pria keluar dari mobil dan Aziya sangat mengenalinya. Akan tetapi Reza bukanlah pengemudi mobil tersebut."Mas Reza?"
Bulu kuduk Aziya meremang, seolah mendapatkan sentuhan magnet berkekuatan super menyapu sisi tengkuk dan telinganya.Mengalirkan energi panas yang tak pernah ia alami bahkan saat menikah selama sepuluh tahun dengan Reza.Ia harus menelan ludah untuk menghilangkan kegugupan yang ia rasakan saat ini.Siapa yang perduli bagaimana kerasnya ia menekan harga diri dan juga akal sehatnya untuk tidak jatuh dalam pesona aneh pria ini. Ia mulai meragukan dirinya sendiri!"Aku tidak mau!" bantah Aziya dan meronta hendak dilepaskan namun sebenarnya ada yang mendorongnya untuk bertahan."Pikirkanlah... bahkan aku tak bisa tertolong saat ini..." desis Galih dengan seksi menggoda Aziya. Namun sayangnya Aziya pun mengakhiri godaan Galih dengan menginjak ujung sepatu Galih kuat-kuat menggunakan ujung tongkat berjalan miliknya.Sontak Galih melepaskan pelukannya dan berteriak."Akkhh!" Galih memekik kesakitan atas tindakan Aziya sementara Aziya terlempar ke lantai
Takdir memang selalu menjadi misteri hidup manusia. Akan tetapi apakah takdir Aziya bertemu Arkan adalah takdir yang sesungguhnya?Aziya merasa Arkan adalah pria yang baik, akan tetapi entah kenapa ia merasa tidak ada perasaan yang lebih dari sekedar teman lamanya."Aziya, aku sengaja membeli bunga ini karena aku tahu kamu dulu sangat menyukainya. Aku tahu kamu senang dengan aroma mawar dan warna merah yang cantik ini. Apa kamu suka?""Tentu saja Arkan. Aku masih menyukai warna merah dari bunga mawar dan juga aromanya. Aku suka tapi sebenarnya tidak perlu melakukannya...ini membuatku malu," kata Aziya."Kenapa harus malu, ini bukan apa-apa."Malam itu jalanan tidak terlalu ramai. Arkan sengaja tidak melaju terlalu cepat supaya bisa menikmati suasana malam hari. Mereka berbincang dengan bahagia mengenang masa sekolah dulu."Ziya, aku masih menyimpan buku matematika yang kau pinjamkan dan belum sempat aku kembalikan, apa kamu membu
"Pak, saya akan kembali pulang dengan Arkan, untuk apa menjemput sampai di sini?" gerutu Aziya begitu kesal karena Galih mengganggu kesenangannya bersama Arkan.Tapi pria itu malah balik memelototinya."Ini sudah malam, bagaimana bisa kau keluyuran dengan laki-laki? Apa kata anak perempuanmu kalau sampai tahu ibunya hanya melakukan pekerjaan konyol? Kau pikir aku pengasuhmu?"Galih kesal, sebab saat di rumah tadi Humaira sangat cerewet minta diajarin pelajaran yang tidak ia mengerti. Gadis itu berhasil membuatnya puyeng dan duduk mejelaskan seluruh pr miliknya. Dan apa yang dilakukan Aziya? Wanita itu malah asyik di restoran mewah bersama dengan seorang lelaki."Maaf Pak...apa maksud pak Galih sebenarnya? Saya kan cuma memenuhi undangan makan malam Arkan, saya bosan hanya berkutat di apartemen terpencil," bantahnya lagi."Diam kamu, aku akan ke sana dalam lima belas menit! Mengerti?"Sedetik kemudian Galih sudah memutuskan sambungan telepo
Aziya sedikit terseret oleh langkah Galih yang membawanya ke halaman parkir restoran tersebut. Beberapa pasang mata melihat mereka penuh tanya dengan kelakuan seorang lelaki yang menyeret wanitanya. Mereka pasti mengira pria ini diselingkuhi istrinya.Sementara Aziya terpaku pada perkataan Galih yang mengaku bahwa dia adalah calon suaminya dan itu membuatnya ingin marah."Kenapa kau melakukannya?!" teriak Aziya menepis genggaman Galih kepadanya. "Kenapa kau berusaha keras untuk mengacaukan hidupku?! Aku tidak pernah tahu kesalahan yang sesungguhnya tapi kau selalu menuduhku!!" pekiknya lagi.Galih yang dalam posisi membelakangi Aziya hanya diam dan memperhatikan sekeliling tempat parkir. Ia membiarkan Aziya marah dan puas meneriakinya."Kau pikir ini lelucon? Kau sangat menakutkan! Kau memanfaatkan orang lain dan berusaha menghancurkan apapun demi ambisimu!! Kau gila?!!" Aziya menangis sembari meneriaki Galih, ia sangat marah dengan perbuatan
Sesampainya di rumah, ia bisa melihat Humaira tertidur di depan televisi. Apakah Galih memang mengatakan hal yang sebenarnya bahwa Humaira sungguh menunggu dirinya, ia tak yakin.Namun saat melihat Humaira tertidur seperti itu, gadis itu memang sungguh menunggunya. Dulu saat masih bersama Reza, Humaira tidak akan mau tidur sebelum ia pulang ke rumah sehingga tertidur di sofa.Aziya hendak membangunkan Humaira, tapi Galih melarangnya."Jangan, sebaiknya tidak perlu diganggu, biarkan aku yang membawanya ke kamar," kata pria itu.Hati Aziya menghangat, faktanya Galih juga memiliki sisi baik kepada putrinya, bahkan lebih perduli dibandingkan Reza ayahnya sendiri. Ia tidak sepenuhnya kuatir kalau Humaira berada di keluarga ini, keluarga yang menyayanginya.Galih mulai membopong Humaira untuk masuk ke kamar dan membaringkannya di sana."Terimakasih, Pak. Saya juga minta maaf karena keberadaan Humaira di sini merepotkan keluarga ini," ujarnya saa
Alasan Galih tersebut ternyata memang masuk akal bagi kedua orang tuanya. Mereka tidak pernah terpikirkan hal demikian bisa terjadi dan pasti akan merusak reputasi putranya.Selesai sarapan, mereka mengadakan pembicaraan dadakan untuk membicarakan perihal ucapan Galih."Lalu bagaimana denganmu, Aziya?" tanya Gala pada wanita itu.Akan tetapi betapa terkejutnya Aziya saat telapak tangannya digenggam erat pria di sampingnya itu."Ayah... Aziya sangat pemalu, mana mungkin dia menjawab dengan terang seperti itu? Pertanyaan ayah terlalu vulgar. Bukankah begitu, sayang?" ujar Galih dengan menatap tajam mata Aziya yang menunjukkan bahwa Aziya harus menuruti kemauan atasannya ini."Hmm... baiklah akan te...," ucapannya segera terpotong dengan omongan Galih."Syukurlah sayang, aku tahu kamu sangat pemalu sehingga harus aku juga yang mempertegas nya" katanya lalu melihat ke arah kedua orang tuanya dan berkata, "Sekarang kami harus segera b