"Pak, saya akan kembali pulang dengan Arkan, untuk apa menjemput sampai di sini?" gerutu Aziya begitu kesal karena Galih mengganggu kesenangannya bersama Arkan.
Tapi pria itu malah balik memelototinya."Ini sudah malam, bagaimana bisa kau keluyuran dengan laki-laki? Apa kata anak perempuanmu kalau sampai tahu ibunya hanya melakukan pekerjaan konyol? Kau pikir aku pengasuhmu?"Galih kesal, sebab saat di rumah tadi Humaira sangat cerewet minta diajarin pelajaran yang tidak ia mengerti. Gadis itu berhasil membuatnya puyeng dan duduk mejelaskan seluruh pr miliknya. Dan apa yang dilakukan Aziya? Wanita itu malah asyik di restoran mewah bersama dengan seorang lelaki."Maaf Pak...apa maksud pak Galih sebenarnya? Saya kan cuma memenuhi undangan makan malam Arkan, saya bosan hanya berkutat di apartemen terpencil," bantahnya lagi."Diam kamu, aku akan ke sana dalam lima belas menit! Mengerti?"Sedetik kemudian Galih sudah memutuskan sambungan telepoAziya sedikit terseret oleh langkah Galih yang membawanya ke halaman parkir restoran tersebut. Beberapa pasang mata melihat mereka penuh tanya dengan kelakuan seorang lelaki yang menyeret wanitanya. Mereka pasti mengira pria ini diselingkuhi istrinya.Sementara Aziya terpaku pada perkataan Galih yang mengaku bahwa dia adalah calon suaminya dan itu membuatnya ingin marah."Kenapa kau melakukannya?!" teriak Aziya menepis genggaman Galih kepadanya. "Kenapa kau berusaha keras untuk mengacaukan hidupku?! Aku tidak pernah tahu kesalahan yang sesungguhnya tapi kau selalu menuduhku!!" pekiknya lagi.Galih yang dalam posisi membelakangi Aziya hanya diam dan memperhatikan sekeliling tempat parkir. Ia membiarkan Aziya marah dan puas meneriakinya."Kau pikir ini lelucon? Kau sangat menakutkan! Kau memanfaatkan orang lain dan berusaha menghancurkan apapun demi ambisimu!! Kau gila?!!" Aziya menangis sembari meneriaki Galih, ia sangat marah dengan perbuatan
Sesampainya di rumah, ia bisa melihat Humaira tertidur di depan televisi. Apakah Galih memang mengatakan hal yang sebenarnya bahwa Humaira sungguh menunggu dirinya, ia tak yakin.Namun saat melihat Humaira tertidur seperti itu, gadis itu memang sungguh menunggunya. Dulu saat masih bersama Reza, Humaira tidak akan mau tidur sebelum ia pulang ke rumah sehingga tertidur di sofa.Aziya hendak membangunkan Humaira, tapi Galih melarangnya."Jangan, sebaiknya tidak perlu diganggu, biarkan aku yang membawanya ke kamar," kata pria itu.Hati Aziya menghangat, faktanya Galih juga memiliki sisi baik kepada putrinya, bahkan lebih perduli dibandingkan Reza ayahnya sendiri. Ia tidak sepenuhnya kuatir kalau Humaira berada di keluarga ini, keluarga yang menyayanginya.Galih mulai membopong Humaira untuk masuk ke kamar dan membaringkannya di sana."Terimakasih, Pak. Saya juga minta maaf karena keberadaan Humaira di sini merepotkan keluarga ini," ujarnya saa
Alasan Galih tersebut ternyata memang masuk akal bagi kedua orang tuanya. Mereka tidak pernah terpikirkan hal demikian bisa terjadi dan pasti akan merusak reputasi putranya.Selesai sarapan, mereka mengadakan pembicaraan dadakan untuk membicarakan perihal ucapan Galih."Lalu bagaimana denganmu, Aziya?" tanya Gala pada wanita itu.Akan tetapi betapa terkejutnya Aziya saat telapak tangannya digenggam erat pria di sampingnya itu."Ayah... Aziya sangat pemalu, mana mungkin dia menjawab dengan terang seperti itu? Pertanyaan ayah terlalu vulgar. Bukankah begitu, sayang?" ujar Galih dengan menatap tajam mata Aziya yang menunjukkan bahwa Aziya harus menuruti kemauan atasannya ini."Hmm... baiklah akan te...," ucapannya segera terpotong dengan omongan Galih."Syukurlah sayang, aku tahu kamu sangat pemalu sehingga harus aku juga yang mempertegas nya" katanya lalu melihat ke arah kedua orang tuanya dan berkata, "Sekarang kami harus segera b
"Itu tidak akan mungkin. Aku sudah menelitinya dengan seksama dan tidak akan mungkin salah dalam hal ini. Ah sudahlah, ayo turun! Kau semakin banyak tingkah."Mereka akhirnya keluar dari mobil setelah bersitegang. Sampai-sampai Aziya lupa mengenakan tongkat bantu. Pikirannya sudah melayang pada Davina dan Reza yang sebenarnya adalah pelaku penyebab kecelakaan itu. Selagi berjalan, ada seorang wanita tua berpakaian compang-camping di pelataran perusahaan. Terlihat seorang satpam berusaha mengusirnya untuk pergi dari perusahaan. Apalagi setelah melihat Galih dari kejauhan, satpam itu berusaha keras menyeret pengemis tersebut sedikit kasar."Hentikan! Apa yang kalian lakukan pada wanita ini? Kenapa kamu menyeretnya?"Satpam itu terlihat gugup karena teriakan Galih. Iapun segera menunduk hormat pada pria itu."Eh, anu Pak, dia selalu saja duduk di lobi perusahaan untuk menunggu seseorang. Dia ini sepertinya penderita ODGJ Pak, bicaranya sedi
"Oh ya, aku juga akan memesan makanan untukmu, kau mau daging panggang? Kau suka yang pedas atau yang manis? Pake nasi?"Belum sempat Aziya menjawab,. sederet tawaran kembali dilontarkan."Minumnya apa? Jus jeruk atau air soda? Kau juga mau hidangan penutup?""P-pak...""Jangan malu-malu, kau bisa pesan apa saja yang kau mau, salad buah juga sangat enak di restoran ini, kau mau yang mana?"Aziya mengerjapkan matanya, ia bingung karena tiba-tiba saja Galih berubah sangat baik kepadanya. Sejak kapan dia begitu? Apa sejak keputusan menikahinya, meskipun pernikahan palsu?Bukankah ini sangat berbahaya? Bagaimana jika ia salah faham dan menganggap semua itu nyata?Oh bodohnya, ini adalah trik supaya ia setuju dengan rencana gilanya."Bagaimana? Apa yang kau pesan? Kalau begitu aku akan membeli semuanya saja, kau terlalu lamban dalam berpikir," pungkas Galih padahal Aziya baru saja mau membuka mulut.Sudah sifat b
Namun meskipun mereka bertengkar, makan siang berjalan cukup lancar. Aziya bahkan makan lebih banyak dari biasanya. Setelah selesai, bahkan Galih yang membereskan semuanya dan duduk kembali bersama Aziya.Pria itu kembali dengan sebuah kotak perhiasan."Ayo menikah dalam waktu dekat, aku sudah membeli cincin pernikahan kita, dan ini adalah selembar kontrak pernikahan yang harus kita tandatangani. Pikirkanlah, kau ditinggalkan suamimu dan menikahi sepupu kamu sendiri, bukannya bagus kalau kau menikah denganku?"Benar bukan? Seperti dugaan Aziya selalu saja ada hal tersembunyi dalam kebaikan Galih untuknya.Akan tetapi ia juga memikirkan betapa sakit hatinya jika harus menghadiri pernikahan sepupunya sendiri dengan mantan suaminya, seperti membuka luka lama di hatinya.Akan tetapi dengan menggandeng tangan pria berkuasa ini, mungkin saja akan menjadi lain."Apa yang kau pikirkan? Kau kira aku memberikan pilihan? Kau tahu, dari sebab kecelakaan itu, berapa banyak kerugian yang kualami d
"Benar, Aziya adalah calon istriku, kami akan menikah dalam waktu dekat."Guntur terlihat kaget dan kecewa, ada sedikit penolakan di hatinya. Entahlah mengapa ia merasa begitu dekat dengan Aziya meskipun hanya beberapa kali bertemu. Mungkin saja karena adalah orang yang merawatnya saat ia belum sadarkan diri."Ooh, begitu. Itu berarti dia adalah calon kakakku, tentu saja aku sangat senang," ujarnya tenang.Ayah Galih dan ibunya tidak ingin berkomentar apapun. Ia sungguh ingin mendengar langsung dari Aziya."Bagaimana denganmu Aziya, apakah Galih tidak sedang omong kosong?"Aziya sedikit gugup tapi ia segera mengangguk pelan. "Benar, Pak, kami memutuskan untuk menikah," jawab Aziya pelan."Sudah kubilang, Aziya sangat pemalu kalau soal pernikahan, Yah. Jadi sekarang sudah jelas buat semua ya, kalau kami akan menikah."Kedua orang tua Galih tersenyum meskipun sedikit dipaksakan. Bukan karena tidak suka, tapi karena mereka kuatir soal dendam putranya itu, apakah memang Galih sungguh suda
"Lalu, kenapa mereka tidak mencari ibunya alih-alih hanya menginginkan hartanya? Apakah mungkin ada yang seperti itu di dunia ini?"Wanita itu menatap Aziya tajam."Apa kau punya orang tua?""Tentu saja. Ibu bapakku masih hidup dan meskipun mereka miskin aku sangat mencintai kedua orang tuaku. Semua itu kewajiban seorang anak bukan?""Kau bukan kera seperti anakku, aku berharap anak sepertimu tapi ternyata aku juga yang salah mendidik mereka. Aku mendidik mereka dengan uang sehingga mereka terlalu mencintai uang. Jadi, bukan sepenuhnya salah Nurlela sehingga dia mencintai semua uangku, bukankah begitu?"Aziya jadi tersenyum karena berpikir soal keyakinan wanita itu yang sebenarnya sangat lebih masuk akal. Ia mengakui kesalahannya terhadap sesuatu, tidak seperti pria tampan di ujung sana yang selalu menyalahkan orang lain, batinnya.Akhirnya mereka selesai dan tibalah saatnya menghadiri acara pertunangan Reza di kediaman Davina.Saat melangkah, jantung Aziya berdegup kencang memikirkan