Fahita merasakan Aziya pada titik terendah dalam hidupnya. Sahabatnya itu seakan merasa letih dan menyerah, akan tetapi ia yakin kalau Aziya tidak selemah itu."Kamu tidak selemah itu, Aziya. Kamu yang terbaik diantara kami, jadi cepatlah bangkit dari mimpimu. Semua akan berlalu, semua akan mudah pada akhirnya, ayo!" kata Fahita menyemangati Aziya.Pada saat itulah Galih melihat wanita itu berjalan menuju kantin dalam keadaan Fahita merangkul Aziya, membantunya berjalan karena lemah."Apa yang dia lakukan? Apa terjadi sesuatu dengannya?" lirih Galih, namun pria itu berlalu begitu saja untuk kembali ke kantornya.Sedangkan Aziya kemudian termenung karena tersentuh dengan ucapan Fahita.Benar, mereka adalah kedua anaknya, bocah yang tak mengerti masalah pelik kedua orang tuanya. Mereka tidak tau arti perselingkuhan ataupun pengkhianatan yang ia alami.Jiwa murni mereka pasti berharap selalu mendapatkan kasih sayang, mana mungkin Aziya sanggup men
'Benar, itu terlalu singkat untuk membuat Aziya menderita. Seharusnya ia bisa berlama-lama membuat wanita ini dalam kesulitan. Dengan begitu ia merasa lebih puas lagi. Bagaimana bisa ia melepaskan mangsa yang telah lama ia incar? Ah, bodoh sekali kau Galih!' bisik Galih dalam hati. 'Kali ini seharusnya Aziya sudah terpuruk, dan ia akan membuat Aziya sedikit berharap lagi. Sungguh permainan yang mengasyikkan bukan?'"Uhmm, begini. Aku akan mengijinkan kamu untuk cuti hari ini saja. Akan tetapi aku tidak mau kamu banyak mengeluh lagi setelah hari ini."Aziya yang saat itu hampir mencapai pintu kembali mendekati Galih."Maksud Bapak?""Jaga Guntur dan Isabella sampai malam, maka aku akan memberikan kompensasi kepadamu."Memikirkan pekerjaan menjaga dua orang yang koma di sebuah apartemen besar, bagi Aziya bukanlah sesuatu yang ringan terlebih lagi jika harus menginap di sana.Aziya masih terdiam membeku sementara Galih menunggu
Aziya tidak tahu siapa yang dihubungi Galih. Iapun melanjutkan pekerjaannya tanpa perduli lagi dengan urusan Galih.Akan tetapi tentu saja Aziya bisa mendengar apa yang Galih katakan dengan sangat jelas.("Pergi ke lantai dua puluh, dan bawa laporan yang kamu kerjakan. Oh ya, ambil parfum yang baru aku pesan di ruang lobi, aku membutuhkannya sekarang juga.") kata Galih kemudian.("Baik, Pak.") jawab sebuah suara.Galih kembali ke meja kerjanya yang hampir selesai dirapikan Aziya. Pria itu duduk dengan aura dingin dan diam.Aziya mengambil sikap tak perduli juga, karena toh bukan urusannya untuk berbasa-basi dengan atasan.Tak lama kemudian seseorang masuk dengan penampilan menawan, berjalan menuju hadapan Galih dan sedikit melewatinya.Aziya sangat terkejut karena ternyata wanita itu adalah Davina sepupunya yang telah menyebabkan keretakan dalam rumah tangganya bahkan sekarang diambang perceraian.Sama terkejutnya dengan Davina yan
"Tapi Pak..." Aziya mau mengatakan bahwa biasanya ia harus menyiapkan pada jam begini, tapi tiba-tiba berubah?"Kau mau mengatur hidupku? Cobalah tahu diri sedikit saja. Kamu kan cuma pesuruhku, sebaiknya mengerjakan sesuatu sesuai yang kuperintahkan. Hmm?""Baik, Pak. Lalu... bagaimana dengan sereal yang saya buat ini, Pak?""Buang saja, buat yang baru."Aziya menelan ludah, bagaimana mungkin sereal yang baru dibuat harus dibuang? Andai saja perutnya tidak terasa penuh, ia akan menghabiskan makanan ini. "Pak...ini akan mubadzir," kata Aziya berusaha memberikan peringatan."Kalau aku mengatakan buang saja, ya buang saja! Buat apa mengaturku? Menjengkelkan!" Galih segera berdiri saking kesalnya karena Aziya berusaha melawan perintahnya.Akan tetapi seseorang tiba-tiba masuk menengahi mereka."Biar aku yang akan menghabiskan makanan itu, dan buat satu lagi untukmu, kau Aziya bukan?" kata seorang pria paruh baya y
Akan tetapi penolakan Aziya bukanlah sesuatu yang dikehendaki Gala Purnama. Pria itu mengkhawatirkan Aziya lebih dari segalanya. Untuk itu Pak Gala Purnama merencanakan perjodohan dengan putri tuan Feng tersebut menjadi lebih cepat dan mendesak Galih, supaya Galih bisa teralihkan dari dendamnya yang telah lama membara. Barangkali saja Galih menyukai gadis itu dan bersedia menikahinya, meskipun pak Gala sendiri tak yakin.Sementara itu dengan malas Galih menuju ruang tamu untuk menemui Celine Angela Feng, putri konglomerat yang konon memiliki paras sangat cantik dan memiliki kemiripan dengan Isabella.Galih sempat terpana dengan keberadaan Celine yang begitu mirip dengan Isabella di sudut ruangan. Gadis itu berdiri di samping rak buku sambil membaca. Mendengar langkah yang mendekat, Celine menoleh ke arah Galih dan tersenyum ramah."Maaf, aku menyentuh buku milikmu tanpa ijin.""Hmm, kau pasti bosan menunggu. Duduklah," ujar Galih mempersilahk
Wajah Aziya terlihat pucat saat kembali ke ruang dapur dikarenakan kejadian tadi. Ia segera menyambar segelas air putih untuk diteguknya dengan sekali tegukan.Ia tak melihat lagi kemana ayah Galih di sana sehingga iapun terduduk lemas di kursi. Setelah tenang ia segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu berganti pakaian dan berencana pergi ke apartemen dimana ia harus menjaga Isabella dan Guntur. Ia tidak perduli lagi dengan Galih yang sedang bercakap-cakap dengan Celine.Ia merasa mulai terbiasa dan menikmati pekerjaan menjaga mereka berdua.Di sisi lain Galih memasang kamera pengawas dan melihat bagaimana Aziya bekerja dan aktivitas apa saja yang dilakukan. Ia akan selalu melihat apa yang dilakukan Aziya di sana jika ada kesempatan.Pria itu mulai kagum melihat bagaimana Aziya bisa bekerja dengan baik.Keesokan harinya, seperti biasa Aziya datang ke perusahaan di siang hari. Iapun memanggil Aziya saat Aziya sedang membersihkan kamar
Davina yang mendapatkan ancaman dari Aziya tidak terima begitu saja."Hei, jangan menganggap aku tidak bisa melawanmu ya! Aku tidak takut dengan ancaman kamu, dan lihatlah dirimu sebelum berbicara," ujar Davina ikut mengejek Aziya. Pandangan Aziya menatap remeh penampilan Aziya saat ini. "Coba lihat dirimu sendiri, apa sebabnya suamimu tidak punya hati lagi sama kamu!" teriaknya tak kalah sengit."Kamu sangat cocok jadi tukang bersih-bersih, Aziya. Aku bisa melihat bagaimana terampilnya kamu membersihkan meja Pak Galih. Ah, cukup mengagumkan," cibirnya lagi.Aziya membanting berkas tepat di hadapan Reza. Ia menatap tajam pada pria yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu dan bahkan tetap menjadi darah daging kedua anaknya,"Kalian tau, bahkan jika aku memilih pekerjaan seperti ini, itu karena menurutku pekerjaan bersih-bersih lebih mulia daripada melihat wajah kalian di tempat ini, kalian sangat menjijikkan!"Lalu Aziya menunjuk pada berkas yang sudah di
Aziya mendorong tubuh Galih dan pergi dari hadapan pria itu dengan tenaga penuh. Jantungnya berpacu kencang karenanya. Ia tak mengerti, ada perasaan aneh saat melihat tatapan mata Galih terhadapnya tadi yang membuatnya tak tahan lalu iapun berontak."Huh, apa yang dilakukannya?" gerutu Aziya.Sementara Galih termangu dengan kesadarannya. Ia juga tak mengerti, kenapa ia menjadi lemah untuk bersikap marah pada wanita itu saat begitu dekatnya.Iapun melangkah keluar setelah sebelumnya mengunci kembali ruangan yang selalu dijaganya itu. Ia cukup kesal karena ketahuan memiliki ruang rahasia tersembunyi itu.Ia melihat Aziya termenung di sudut dapur dan wanita itu berpura-pura menyibukkan dirinya saat melihatnya keluar."Sejak kapan aku mengijinkan kamu ke ruangan itu? Jangan bertingkah semaumu karena kamu akan tahu konsekuensi apa yang akan kamu dapatkan," kata Galih dan menuangkan air putih tak jauh dari Aziya."Maaf, Pak. Saya sungguh ta