Aziya tidak tahu siapa yang dihubungi Galih. Iapun melanjutkan pekerjaannya tanpa perduli lagi dengan urusan Galih.
Akan tetapi tentu saja Aziya bisa mendengar apa yang Galih katakan dengan sangat jelas.("Pergi ke lantai dua puluh, dan bawa laporan yang kamu kerjakan. Oh ya, ambil parfum yang baru aku pesan di ruang lobi, aku membutuhkannya sekarang juga.") kata Galih kemudian.("Baik, Pak.") jawab sebuah suara.Galih kembali ke meja kerjanya yang hampir selesai dirapikan Aziya. Pria itu duduk dengan aura dingin dan diam.Aziya mengambil sikap tak perduli juga, karena toh bukan urusannya untuk berbasa-basi dengan atasan.Tak lama kemudian seseorang masuk dengan penampilan menawan, berjalan menuju hadapan Galih dan sedikit melewatinya.Aziya sangat terkejut karena ternyata wanita itu adalah Davina sepupunya yang telah menyebabkan keretakan dalam rumah tangganya bahkan sekarang diambang perceraian.Sama terkejutnya dengan Davina yan"Tapi Pak..." Aziya mau mengatakan bahwa biasanya ia harus menyiapkan pada jam begini, tapi tiba-tiba berubah?"Kau mau mengatur hidupku? Cobalah tahu diri sedikit saja. Kamu kan cuma pesuruhku, sebaiknya mengerjakan sesuatu sesuai yang kuperintahkan. Hmm?""Baik, Pak. Lalu... bagaimana dengan sereal yang saya buat ini, Pak?""Buang saja, buat yang baru."Aziya menelan ludah, bagaimana mungkin sereal yang baru dibuat harus dibuang? Andai saja perutnya tidak terasa penuh, ia akan menghabiskan makanan ini. "Pak...ini akan mubadzir," kata Aziya berusaha memberikan peringatan."Kalau aku mengatakan buang saja, ya buang saja! Buat apa mengaturku? Menjengkelkan!" Galih segera berdiri saking kesalnya karena Aziya berusaha melawan perintahnya.Akan tetapi seseorang tiba-tiba masuk menengahi mereka."Biar aku yang akan menghabiskan makanan itu, dan buat satu lagi untukmu, kau Aziya bukan?" kata seorang pria paruh baya y
Akan tetapi penolakan Aziya bukanlah sesuatu yang dikehendaki Gala Purnama. Pria itu mengkhawatirkan Aziya lebih dari segalanya. Untuk itu Pak Gala Purnama merencanakan perjodohan dengan putri tuan Feng tersebut menjadi lebih cepat dan mendesak Galih, supaya Galih bisa teralihkan dari dendamnya yang telah lama membara. Barangkali saja Galih menyukai gadis itu dan bersedia menikahinya, meskipun pak Gala sendiri tak yakin.Sementara itu dengan malas Galih menuju ruang tamu untuk menemui Celine Angela Feng, putri konglomerat yang konon memiliki paras sangat cantik dan memiliki kemiripan dengan Isabella.Galih sempat terpana dengan keberadaan Celine yang begitu mirip dengan Isabella di sudut ruangan. Gadis itu berdiri di samping rak buku sambil membaca. Mendengar langkah yang mendekat, Celine menoleh ke arah Galih dan tersenyum ramah."Maaf, aku menyentuh buku milikmu tanpa ijin.""Hmm, kau pasti bosan menunggu. Duduklah," ujar Galih mempersilahk
Wajah Aziya terlihat pucat saat kembali ke ruang dapur dikarenakan kejadian tadi. Ia segera menyambar segelas air putih untuk diteguknya dengan sekali tegukan.Ia tak melihat lagi kemana ayah Galih di sana sehingga iapun terduduk lemas di kursi. Setelah tenang ia segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu berganti pakaian dan berencana pergi ke apartemen dimana ia harus menjaga Isabella dan Guntur. Ia tidak perduli lagi dengan Galih yang sedang bercakap-cakap dengan Celine.Ia merasa mulai terbiasa dan menikmati pekerjaan menjaga mereka berdua.Di sisi lain Galih memasang kamera pengawas dan melihat bagaimana Aziya bekerja dan aktivitas apa saja yang dilakukan. Ia akan selalu melihat apa yang dilakukan Aziya di sana jika ada kesempatan.Pria itu mulai kagum melihat bagaimana Aziya bisa bekerja dengan baik.Keesokan harinya, seperti biasa Aziya datang ke perusahaan di siang hari. Iapun memanggil Aziya saat Aziya sedang membersihkan kamar
Davina yang mendapatkan ancaman dari Aziya tidak terima begitu saja."Hei, jangan menganggap aku tidak bisa melawanmu ya! Aku tidak takut dengan ancaman kamu, dan lihatlah dirimu sebelum berbicara," ujar Davina ikut mengejek Aziya. Pandangan Aziya menatap remeh penampilan Aziya saat ini. "Coba lihat dirimu sendiri, apa sebabnya suamimu tidak punya hati lagi sama kamu!" teriaknya tak kalah sengit."Kamu sangat cocok jadi tukang bersih-bersih, Aziya. Aku bisa melihat bagaimana terampilnya kamu membersihkan meja Pak Galih. Ah, cukup mengagumkan," cibirnya lagi.Aziya membanting berkas tepat di hadapan Reza. Ia menatap tajam pada pria yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu dan bahkan tetap menjadi darah daging kedua anaknya,"Kalian tau, bahkan jika aku memilih pekerjaan seperti ini, itu karena menurutku pekerjaan bersih-bersih lebih mulia daripada melihat wajah kalian di tempat ini, kalian sangat menjijikkan!"Lalu Aziya menunjuk pada berkas yang sudah di
Aziya mendorong tubuh Galih dan pergi dari hadapan pria itu dengan tenaga penuh. Jantungnya berpacu kencang karenanya. Ia tak mengerti, ada perasaan aneh saat melihat tatapan mata Galih terhadapnya tadi yang membuatnya tak tahan lalu iapun berontak."Huh, apa yang dilakukannya?" gerutu Aziya.Sementara Galih termangu dengan kesadarannya. Ia juga tak mengerti, kenapa ia menjadi lemah untuk bersikap marah pada wanita itu saat begitu dekatnya.Iapun melangkah keluar setelah sebelumnya mengunci kembali ruangan yang selalu dijaganya itu. Ia cukup kesal karena ketahuan memiliki ruang rahasia tersembunyi itu.Ia melihat Aziya termenung di sudut dapur dan wanita itu berpura-pura menyibukkan dirinya saat melihatnya keluar."Sejak kapan aku mengijinkan kamu ke ruangan itu? Jangan bertingkah semaumu karena kamu akan tahu konsekuensi apa yang akan kamu dapatkan," kata Galih dan menuangkan air putih tak jauh dari Aziya."Maaf, Pak. Saya sungguh ta
Suara keras itu adalah disebabkan Aziya yang kalap, ia rupanya menghantam ponsel Davina dengan alat pel yang ia pegang dan membuat ponsel Davina jatuh ke lantai. Ponsel tersebut sungguh pecah berantakan karenanya.Beberapa orang karyawan melihat ke arah mereka karena suara keributan itu, menjadi saksi bagaimana ponsel Davina pecah berserakan karena ulah Aziya.Galih yang sedang mengawasi Aziya bisa melihat kondisi itu, akan tetapi ia tak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Namun sudah jelas, Aziya pasti sangat marah saat bertemu Davina. Wanita itu sangat membenci Davina karena telah merebut hati suaminya.Pria itu justru menyeringai puas seperti melihat tontonan yang menyenangkan."Begitu rasanya sebuah kekecewaan, Aziya. Aku bahkan ingin kamu merasakan yang lebih dari itu. Aku sudah merasa bosan menunggu mereka yang tertidur sangat lama," gumamnya.Pertengkaran Davina dengan Aziya berlangsung singkat, Davina segera mengambil pons
"Apakah ini sebuah kebetulan?" gumam Aziya karena tak menyangka bakal dipergoki sedang berada di lantai sepuluh dan bukannya sedang membersihkan toilet. "Oh tidak, dia pasti akan mengomeliku habis-habisan jika tahu aku tertidur," gumam Aziya sedikit panik. Ia berjalan pelan, berharap pria itu cepat pergi menjauh dari hadapannya.Akan tetapi saat semakin dekat, meskipun dengan aura dingin, Aziya tahu pria itu pasti sedang menunggunya."Maaf, Pak," kata Aziya pelan dengan kepala menunduk.Aziya merasa kondisi ini sangat menyedihkan. Biasanya ia akan mengangkat kepalanya dengan balutan blazer dan span feminimnya, ia akan berjalan sangat anggun pada saat itu. Tapi sekarang, ia bahkan tidak berani menatap siapapun dengan pekerjaan ini.Galih melihatnya, lalu berkata, "Aku tidak makan siang, kau habiskan saja makanan di mejaku. Setelah itu cepat lanjutkan pekerjaan kamu. Oh ya, malam ini ganti semua bunga di kamar Isabella dengan bunga mawar dan peoni dan juga di
Galih penasaran, akan tetapi tidak jelas apa yang terjadi sebenarnya di sana. Iapun berdiri sedikit ragu dari duduknya, ia bimbang apakah harus memastikan apa yang terjadi di sana ataukah bersikap tak perduli saja?Pada akhirnya ia penasaran dan terdorong untuk melihatnya."Galih, kamu mau ke mana? Apa kau mau pergi? Bagaimana dengan kerjasama kita, apakah kamu setuju?" tanya Celine saat merasa ia diabaikan."Celine, aku minta maaf, aku sedikit terburu-buru sekarang, bagaimana kalau kita bicara lain waktu?" jawab Galih singkat meminta maaf dan berlalu dari hadapan Celine.Celine berdiri, mengikuti gesture tubuh Galih yang menjauh. Ia merenungi sikap Galih yang acuh padanya, rasanya sangat mustahil bagi Celine kalau Galih samasekali tidak tertarik dengannya.Isabella adalah wanita cantik, Galih memang terlihat sangat mencintai Isabella, begitu yang dikatakan Gala Purnama, ayah Galih, sekarang ia yakin pria itu tidak tergoyahkan.Ia han