Share

Benda Di dalam Uang

Penulis: Si Mendhut
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-10 10:26:19

Setelah lebih dari lima menit meninggalkan tempat tadi dengan penuh ketegangan, akhirnya Satria yang saat ini sedang membonceng Arumi pun mulai bersuara.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Satria sembari melirik kaca spion motor sportnya.

"Nanti aku ceritakan, yang penting sekarang kita ke warung kopi yang aku tunjukan dulu," jawab Arumi sembari berpegangan erat pada pinggang Satria karena Satria membawa motornya cukup kencang.

Setelah itu Arumi pun menunjukkan jalan ke tempat yang ia katakan. Dan entah kenapa, tanpa protes Satria mendengarkan setiap perkataan Arumi tanpa tahu dengan pasti ke mana ia dan Arumi akan pergi.

"Di depan berhenti," ucap Arumi setelah lebih dari sepuluh menit berada di boncengan Satria.

Satria pun mengikuti perkataan Arumi dan memarkirkan motornya di halaman sebuah warung kopi yang terlihat cukup ramai pelanggan itu.

"Ayo!" ajak Arumi sembari menarik tangan Satria seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Katakan dengan benar, apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa kamu terluka?" tanya Satria sembari menatap cara berjalan Arumi yang tertatih, sekaligus juga menatap baju tidur pendek yang digunakannya.

Setelah duduk di salah satu bangku, akhirnya Arumi pun menyahut, "Tidak apa-apa. Kamu tadi hanya menyenggol sedikit, jadi hanya jatuh biasa. Kalau kakiku ini karena tadi aku melompat dari tembok belakang rumah."

Satria langsung mengernyit mendengar hal itu. "Lalu, apa orang tadi mengejar kamu?"

"Tidak tahu juga, tapi yang pasti aku memang dalam masalah tadi," jawabnya sembari meletakkan tas yang dibawanya di atas meja.

"Ck!" decak Satria yang merasa cukup kesal karena ia harus terlibat sesuatu yang tidak jelas dan tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Lalu ....

"Mas, pesan apa?" tiba-tiba seorang pemuda menghampiri dirinya dan Arumi.

"Dua kopi ijo Mas, sama cilotnya dua," sahut Arumi dengan cepat tanpa membiarkan Satria memilih.

"Ada lagi?" tanya pemuda tersebut sembari menatap Arumi dan Satria bergantian.

"Nggak ada," jawab Arumi kembali.

Pada akhirnya Satria pun hanya mengangguk pada pemuda tersebut dan kemudian kembali menatap Arasy yang sedang berusaha membuka resleting tas yang dibawanya.

"Kenapa?" tanyanya ketika melihat Arumi yang sedang kesulitan.

"Ini," ucap Arumi sembari membalik posisi tas tersebut dan memperlihatkan gembok yang terpasang di resleting tas yang tak begitu besar itu.

"Di mana kuncinya?" tanya Satria sembari mengamati gembok tersebut.

"Nggak tahu."

Langsung saja Satria mendongakkan kepalanya mendengar jawaban mencengangkan itu. "Lalu ini milik siapa? Jangan-jangan kamu—"

"Hiss, sembarangan. Aku bukan maling," sela Arumi. "Itu tadi diberikan ibuku sebelum menyuruhku pergi. Katanya sih uang, tapi aku penasaran."

"Uang," gumam Satria sembari kembali menatap tas tersebut. Baginya cukup aneh kalau seorang ibu memberikan uang untuk anaknya dalam wadah yang digembok tapi tak memberikan kunci gembok tersebut.

Sesaat kemudian Arumi tanpa bicara apa pun tiba-tiba berdiri dan kemudian melangkah ke arah satu pelayan warung kopi.

"Mau apa dia," gumam Satria sembari memperhatikan Arumi dari kejauhan.

Dan setelah beberapa saat, akhirnya Arumi pun kembali sambil membawa gunting di tangannya.

"Kamu mau membuka paksa?" Satria.

"Yah, mau bagaimana lagi," jawab Arumi sembari menggenggam tas tersebut erat dan kemudian mulai menggunting sedikit demi sedikit, hingga terlihatlah benda yang ada di dalam tas tersebut.

'Benar uang,' pikir Arumi yang cukup terkejut melihat hal itu. Ia tak menyangka jika ibu yang selama ini dilihatnya sebagai wanita egois ternyata peduli padanya.

Langsung saja Arumi mengambil salah satu gulungang uang seratus ribuan itu dan dengan cepat membukanya. Namun, hal yang mengejutkan terjadi ketika ia melihat benda yang ada di tengah-tengah gulungan uang tersebut.

"Apa itu benar-benar Ibumu yang memberikan?" tanya Satria sembari ikut menatap benda serbuk yang saat ini sedang dipegang oleh gadis di depannya.

Kemudian sebuah senyum miris muncul di bibir Arumi. "Kalau bukan dia, terus siapa lagi," jawab Arumi sembari kembali membuka gulungan lain dan menemukan benda yang sama.

'Dia benar-benar ingin membuatku celaka,' batin Arumi sembari menggenggam erat dua buah klip yang berisi serbuk putih bernilai mahal tersebut.

"Aku tidak yakin jika dia ibumu," seloroh Satria sembari menatap tas yang terlihat masih banyak isinya.

"Sebenarnya aku juga tidak ingin percaya, tapi mau bagaimana lagi sejak kecil aku memang sudah hidup bersama dia," sahut Arumi sembari segera mengeluarkan semua benda haram tersebut dan kemudian segera mengantonginya.

Mereka pun terus mengobrol santai hingga akhirnya Arumi pun berpura-pura mencari udara segar dan segera membuang benda-benda tersebut ke sungai besar yang berada tak jauh dari warung kopi tersebut.

"Terserahlah, karena kamu yang nyuruh aku pergi bawa uangnya ... ya aku bakal pergi," ucap Arumi sembari menatap aliran air sungai yang cukup deras. Ingin rasanya ia hanyut saja di sungai yang ada di depannya itu, tapi ia sadar kalau bunuh diri tak akan menyelesaikan satu masalah pun dalam hidupnya.

"Aku tidak tahu apa pun tentang keluargamu dan aku tidak ingin ikut campur dengan urusan kamu. Tapi aku hanya ingin bilang, kalau kamu ingin hidup dengan baik maka keluar saja dari lingkunganmu," ujar Satria yang kini berdiri tepat di sebelah Arumi.

Satria mengatakan hal ini bukan tanpa alasan. Semua orang bisa saja maju walaupun tinggal ditempat yang buruk, tapi itu jika ditunjang dengan orang-orangnya di sekitar yang mendukung dirinya untuk memperoleh hal yang lebih baik. Namun berbeda dengan Arumi, terlihat jelas jika orang-orang di sekitarnya seolah menyeretnya untuk tetap terjebak bersama mereka.

"Kamu benar, aku akan pergi," sahut Arumi sembari sedikit terisak. Sesaat kemudian ia pun menoleh. "Apa kamu bisa menolongku sekali lagi dan setelah itu aku anggap kita impas?"

"Apa?"

"Setelah makan tolong antarkan aku ke rumah seseorang, bisa?"

"Ya."

**

Keesokan Harinya.

Setelah semalam tidur di rumah Nita dan bercerita panjang lebar, akhirnya kini mereka sudah waktunya membuka toko.

"Nanti biar aku saja yang mengambil HP-mu," ujar Nita sembari menggenggam gagang sapu dan mulai mengayunkannya.

"Jangan, nanti kam—"

Ciiit! Tiba-tiba sebuah motor matic berhenti di halaman toko.

"Kenapa lagi," gumam Arumi.

"Lama-lama dia jadi fans kamu Ar," sahut Nita sembari menatap ke arah orang yang baru datang tersebut, sama seperti sahabatnya.

Tiba-tiba ....

"Pelakor! Keluar!"

"Matamu buta! Aku di sini!" teriak Arumi sembari membawa kemoceng di tangannya.

"Hajar, Ar!" teriak Nita memberi semangat.

Arumi pun dengan santainya melangkah ke halaman toko, tempat orang yang meneriakinya itu berdiri. Khusus hari ini, ia pastikan tidak akan menolak jika ada orang yang ingin mengajaknya berkelahi.

"Apa?" sergah Arumi sembari menepuk-nepukkan kemoceng di tangannya, seolah benda tersebut adalah senjata pamungkasnya.

Plak!

Shht!

Bab terkait

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Aku Harus Pergi

    Shhht! Arumi menggunakan kemoceng andalannya untuk menepis tangan wanita yang saat ini hampir berhasil menamparnya."Akh!" pekik wanita tersebut sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang tentu saja terasa ngilu akibat terkena kemoceng Arumi."Rasakan!" teriak Nita yang saat ini sedang duduk menikmati adegan tersebut dari teras tokonya. "Ayo Ar, pukul sampek gosong. Jangan kasih ampun!" teriaknya memberi semangat.Langsung saja Arumi tersenyum menyeringai mendengar kalimat penyemangat tersebut.Namun, berbeda dengan Arumi yang termotivasi, wanita di depan Arumi justru terlihat kebingungan. Ia pun mundur beberapa langkah ketika Arumi masih dengan senyum menyeringainya berjalan maju selangkah demi selangkah ke arahnya.'Cara ini emang paling ampuh,' batin Arumi yang memang selalu menggunakan cara seperti itu untuk menakuti teman-temannya yang sering membully dirinya sejak SMP, hingga akhirnya hal itu membuat anak sebayanya tak ada yang berani melawannya dan membuatnya terkenal sebagai mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Ayahku

    "Ayo Mbak naik apa tidak? "Tanya kernet bus yang sudah menatap Arumi dengan tajam karena sudah terlalu lama menunggu."Iya-iya Pak, sebentar," ucap Arumi sembari meletakkan satu kakinya di pintu bis."Nit, aku pergi dulu, kamu tolong urusin anak buahnya Ibuk," ucap Arumi sembari menatap ke arah wanita yang saat ini sedang melambaikan tangan pada Arumi dan berlari ke arah mereka."Ya," sahut Nita sembari menganggukkan kepalanya dengan cepat.Ahirnya Arumi pun masuk ke dalam bis. Dan sesaat kemudian, bis tersebut pun langsung berangkat meninggalkan terminal itu."Ck," decak wanita yang kini sudah berada di dekat Nita dengan ekspresi kesal. "Ke mana dia pergi?" tanya wanita bercelana hot pants dan jaket berbulu tersebut pada Nita yang saat ini masih memandangi pintu masuk terminal."Nggak tahu, ke Malaysia mungkin," jawab Nita dengan ketus. Setelah itu Nita pun melangkah meninggalkan wanita dengan pakaian memalukan karena mempertontonkan lemak-lemak di tubuhnya itu."Hei, jawab yang ben

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Kos-kosan

    "Kamu siapa?" tanya laki-laki yang diperkirakan Arumi berusia sekitar 40 tahunan itu."Saya Arumi anak dari Susmi—" Seketika kalimat Arumi terhenti ketika tiba-tiba saja laki-laki di hadapannya itu menarik lengannya dan berjalan menjauh dari depan rumah tadi."Kamu anaknya Susmiati?" tanya laki-laki tersebut."Benar, jadi sampean ini benar ayah saya?" tanya Arumi yang sebenarnya sendikit ragu dengan pertanyaannya ini."Ibumu yang menyuruhmu ke sini?" tanya Arifin dengan gusar.Arumi tercenung mendapati hal ini. Terlihat jelas kalau Ayahnya itu tak senang dengan kedatangannya.Sesaat kemudian Arifin pun langsung merogoh saku celananya dan mengambil dompet kulit imitasinya. "Ini, ambil uang ini dan ini nomer Ayah. Kamu cari makan atau tempat tinggal dan nanti hubungi Ayah, mengerti?" ujarnya dengan cepat sembari memberikan beberapa uang berwarna merah dan biru ke tangan Arumi.Belum sempat Arumi mengucap sepatah kata, tapi laki-laki yang berstatus sebagai ayahnya itu sudah pergi meningg

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Aku Tak Diinginkan

    "Dia katanya ayahnya," jawab orang yang ada di luar kamar tersebut."Kamu punya ayah, Ar?" tanya Cheri tiba-tiba. "Eh, maksudku, ayahmu di dekat sini tinggalnya?"Arumi pun langsung berdiri dan menjawab, "Nanti aku ceritakan, apa kamu mau ikut aku menemui dia?"Dengan sifat Cheri yang suka penasaran, ia pun langsung berdiri dan menunjukkan dua jempolnya pada Arumi sembari tersenyum lebar.Alhasil, mereka berdua pun melangkah bersama untuk bertemu dengan laki-laki yang hampir memasuki usia paruh baya tersebut. Beberapa menit berlalu, kini Arumi dan Cheri sampai di teras bangunan paling luar kos-kosan tersebut. "Ar, apa itu ayahmu?" bisik Cheri karena merasa aneh melihat laki-laki yang terlihat cukup muda untuk memiliki anak seusia Arumi."Tentu saja dia ayahku, siapa lagi," sahut Arumi dengan suara yang cukup keras. Ia memang sengaja melakukan hal itu agar Arifin, ayahnya, menoleh pada dirinya.Mata Cheri langsung terbelalak mendengar hal itu. Langkahnya sempat terhent

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Masak Bersama

    Setengah jam berlalu, Arumi yang baru saja bangun dari pingsannyaa pun langsung memijat-mijat keningnya karena pusing."Ar," panggil Cheri yang saat ini ada di sampingnya dengan lembut."Ini di kamar?" tanya Arumi sembari bangun sembari memijat-mijat pelipisnya."Iya, kita di kamar. Tadi kamu pingsan," terang Cheri sembari mengambilkan air minum untuk Arumi."Apa tadi dia menolongku?"Gerakan tangan Cheri terhenti sejenak ketika menyadari kalau Arumi sedang menanyakan tentang Arifin."Dia siapa? Kamu itu jang—""Ayahku. Apa dia tadi menolongku saat aku pingsan?" tanya Arumi sekali lagi.Masih teringat jelas saat Arumi baru saja pingsan, Arifin hanya menoleh dan berkata 'Dasar anak yang menyusahkan, memang harusnya dia itu mati sebelum lahir'. "Dia tidak menolongku 'kan?" desak Arumi karena Cheri tak segera menjawab pertanyaanya.'Dia pasti kecewa karena hal ini, tapi setidaknya dia tidak akan sakit hati karena tidak perlu mendengar mulut busuk ayahnya,' batin Cheri semb

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Brosur Yang Aneh

    Cheri dan Arumi sama-sama meringis ketika melihat pemuda yang memberika mereka brosur saat ini terjatuh dari motor yang baru saja menjemputnya."Mas, tidak apa-apa?" teriak Arumi sembari ingin melangkah ke arah pemuda yang saat ini sedang berusaha bangun dari tempat terjatuhnya tadi."Tidak apa-apa," jawab Pemuda tersebut sembari melambaikan tangannya, tanda menolak bantuan.Tak lama kemudian pemuda tersebut dengan cepat bangun dan terlihat tergesa-gesa naik ke motor yang menjemputnya tadi."Apa dia mabuk," komentar Cheri saat melihat tingkah aneh pemuda tersebut."Tidak mungkin," tukas Arumi. "Kamu lihat sendiri dia tadi baik-baik saja. Aku pikir dia itu takut pada kita," lanjutnya."Hah?" Cheri menoleh ke arah Arumi. "Kamu pikir kita ini setan?"Pertanyaan konyol tersebut langsung membuat Arumi mengerutkan dahinya."Tidak mirip sih," kelakar Arumi sembari menundukkan kepalanya sembari mengamati kakinya yang menapat tanah.Langsung saja Cheri terkekeh mendengar candaan Arum

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Acara Budaya

    Saat ini, di kost tempat Arumi dan Cheri tinggal, terlihat dua gadis tersebut sedang sibuk dengan makanan yang ada di hadapan mereka."Kamu nanti berangkat jam berapa?" tanya Arumi sembari melirik ke arah Cheri yang baru saja menyendok makanan masuk ke dalam mulutnya."Aku berangkat sebentar lagi. Sebelum masuk kelas, aku ingin ke perpustakaan dulu," jawab Cheri dengan santai setelah lahap mengunyah makanannya.Arumi pun manggut-manggut mendengar jawaban Cheri yang diucapkan tanpa melirik ke arahnya. Teman sekamaranya itu terlihat tak bisa teralihkan dari menu masakan buatannya."Kalau kamu, nanti jam berapa kamu mulai bekerja, Ar?" tanya Cheri tanpa melirik sedikit pun ke arah Arumi."Nanti paling jam sembilan. Nanti sebelum berangkat, aku akan cuci baju dan membuang sampah dulu," terang Arumi sembari mengisi gelas kosong miliknya dengan air galon yang mereka beli patungan.Tiba-tiba saja Cherry menghentikan gerakannya, hingga membuat suara dentingan yang cukup mengage

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-09
  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Tercekik Tangan Satria

    Arumi pun menatap tajam laki-laki yang ia tahu dengan jelas adalah salah satu anak buah Satria yang waktu itu sempat berkelahi dengannya saat pertama kali bertemu dengan Satria, si suami netizen itu."Nona, saya mendapat perintah dar—" Kalimat laki-laki tersebut langsung terhenti ketika tiba-tiba saja Arumi menarik tangan laki-laki tersebut dan membawanya keluar dari area itu.'Aku tidak tahu apakah dia sudah mendapat izin dari ibu kos atau belum. Tapi aku lebih baik tidak memilih resiko,' pikir Vivian karena sudah jelas kalau kos tersebut tidak boleh dimasuki oleh laki-laki.Setelah menarik tangan laki-laki tersebut selama beberapa menit, akhirnya Arumi dan anak buah Satria itu pun sampai di tempat paling luar kos-kosan tersebut. "Sekarang katakan, apa?" tanya Arumi sembari melepaskan tangan laki-laki tersebut."Maaf Nona, Tuan Satria ingin Anda mengangkat panggilannya. Jika tidak, Anda harus menanggung konsekuensinya," ujar laki-laki di depan Arumi itu dengan nada dingin.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10

Bab terbaru

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Dasar Pahit

    Sesaat kemudian pintu yang baru saja diketuk oleh Arumi tersebut pun terbuka. Ia menatap seorang laki-laki yang keluar dari sana."Loh, bukannya kamu sedang keluar negeri?" tanya Arumi sambil menatap kekasihnya tersebut menggunakan kaos oblong dan celana pendek biasa."Sejak kapan kamu menjadi dekat dengan Aris?" tanya Satria yang terdengar seperti sedang mengintrogasi.Arumi langsung memutar bola matanya. Ia sudah sangat terbiasa dengan kecemburuan Satria yang agak berlebihan."Istrinya tidak senang saat mendengar kamu mengajaknya liburan, kamu mengerti?" Satria berdalih agar Arumi tak marah karena dia cemburu lagi.Mata Arumi membola. "Dia punya istri?"Sesaat kemudian terlihat Aris keluar lewat pintu lain."Ris, kamu punya istri?" tanya Arumi langsung.Aris pun tersenyum canggung. Dia tadi mendengar dengan jelas kebohongan apa yang Satria katatakan. "Iya Nyonya," jawabnya."Lah, harusnya kamu ajak juga istri kamu, jadi kita bisa liburan bersama," ucap Arumi sembari t

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Liburan Yuk

    Tiga bulan berlalu. Perlahan perasaan Arumi mulai membaik, walaupun terkadang ia masih suka melamun dan tiba-tiba menangis sendiri ketika teringat dengan putri kecilnya."Hayo … ngelamun lagi," ucap Nita yang baru saja datang ke taman kecil samping cafe. Ia kemudian dengan santai duduk di samping Arumi yang sedari tadi terus menghadap bunga."Apa ada pesanan lagi?" tanya Arumi sembari mengusap air matanya."Tidak ada, semuanya sudah beres," jawab Nita. "Kamu ingat dengan Syahila lagi?" tanyanya.Arumi menghela napas panjang. "Ya … mau bagaimana lagi. Tadi malam aku mimpi gendong dia," jawabnya."Ar, kamu pasti tahu aku mau ngomong apa. Jadi aku nggak akan ngomong itu lagi, soalnya kata-kata mutiaraku udah habis buat menghibur kamu." Nita berseloroh.Arumi pun menoleh sembari tersenyum kecil. "Iya … aku nggak akan sedih lagi. Ini sudah tiga bulan lebih 'kan?" Ia menirukan ucapan Nita ketika terakhir kali menghiburnya."Nah, gitu baru bener," sahut Nita sembari mencubit ge

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Bidadari Surga

    Beberapa menit berlalu, saat ini Satria, Abi dan Arumi pun sampai di lantai paling atas tempat di mana Rena berada."Syahila," panggil Arumi karena mendengar putri kecilnya itu sedang menangis kencang."Ren, berikan bayinya," ucap Abi sembari mencoba melangkah ke arah Rena, tetapi langsung berhenti ketika Rena mengangkat tangannya, memberi tanda agar dia berhenti."Aku berubah pikiran," ucap Rena."Berubah pikiran apa, kami sudah membawa Abi ke sini," sahut Satria dengan tangan yang mengepal kuat.Rena pun mengganti pandangannya pada Satria. "Sat, kamu seharusnya tidak ikut campur dalam urusan rumah tanggaku ini. Aku beri kamu kesempatan untuk pergi dari sini, aku hitung sampai tiga. Satu … dua ti—""Aku tidak akan ke mana pun. Serahkan bayinya dan kamu bisa pergi dengan Abi ke mana pun yang kamu mau," tukas Satria."Kenapa kamu selalu bertingkah dominan? Di sini aku bosnya, bukan kamu!" teriak Rena.Sesaat kemudian tangisan Syahila terdengar makin kencang."Mbak, tolong beri

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Hampir

    Setelah beberapa menit, akhirnya Arumi pun selesai menyusui Syahila. Tangannya mengepal kuat memikirkan apa alasan yang bisa ia gunakan untuk mengulur waktu."Sudah selesai, Nyonya?" tanya baby sitter yang baru saja masuk ke dalam kamar itu.Arumi pun langsung menoleh. "Sudah," jawabnya.Kemudian baby sitter itu pun mendekat ke arah Arumi. "Saya ditugaskan oleh Tuan Abi untuk membantu Anda berkemas," ujarnya.Sesaat kemudian Arumi pun mengangguk. "Tapi aku ingin ke kamar mandi dulu, tidak apa-apa kan? Soalnya perutku seperti melilit ini," ujarnya sembari berakting meringis menahan sakit."Iya Nyonya, tidak apa-apa. Saya akan mengatakan ini pada Tuan," jawab baby sitter sembari mengambil alih Syahila.'Sayang, kita bertahan dulu ya,' batin Arumi sembari menatap ke arah bayi mungilnya yang sedang tertidur lelap.Dan kemudian ia pun segera melangkah mencari kamar mandi di kamar itu. Sepuluh menit berlalu, saat ini Arumi terus berada di dalam kamar mandi dan duduk

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Demi Syahila

    Kemudian Arumi beralih menatap orang tersebut. "Apa maksudnya ini? Kenapa kamu mencelakai dia?" tanyanya."Semua ini atas perintah Tuan," jawab orang tersebut dengan ekspresi dingin.Sementara itu Rasyid pun kembali terbatuk-batuk."Lalu?" Arumi bertanya kembali sembari menatap orang yang ada di depannya itu dengan tak kalah tajam.Sesaat kemudian, orang di depan Arumi yang memiliki paras cantik seperti perempuan tetapi bersuara gahar khas lelaki itu pun mengeluarkan sebuah botol dari dalam jasnya dan kemudian memberikannya pada Rasyid.Secepat kilat Rasyid menyambar botol tersebut dan langsung menenggak isinya. 'Apa-apaan ini?' batin Arumi yang makin terkejut melihat apa yang terjadi."Aku pikir kamu sudah berpindah haluan," seloroh orang tersebut sembari menengadahkan tangannya.Beberapa esaat kemudian, Rasyid yang tadi membungkukkan tubuhnya saat menahan sakit kini kembali berdiri tegap. "Belum waktunya kamu bicara seperti itu," pungkasnya sembari memberikan kembali botol obat pe

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Dia Di sini?

    Satu jam lebih berlalu. Saat ini Arumi sedang berdiri di dekat sebuah perempatan yang ramai dengan kendaraan berlalu lalang."Di mana …," gumam Arumi sembari menatap ke arah jam tangan yang diberikan oleh Satria. Kakinya menghentak-hentak kecil karena tidak sabar menunggu."Bagaimana kalau Syahila lapar," gumam Arumi lagi yang merasakan payudaranya penuh dan itu tandanya kalau buah hatinya itu sedang lapar. Masih teringat dengan jelas bagaimana tangisan bayi kecil itu di telepon tadi.Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil berwarna hitam mendekat ke arahnya. Dan setelah mengamati selama beberapa saat, terlihat seorang laki-laki turun dari mobil tersebut."Kenapa kamu lama sekali," gerutu Arumi karena melihat itu adalah Rasyid yang menjemputnya.Setelah itu Arumi pun segera masuk ke dalam mobil tersebut tanpa basa-basi. "Ayo cepat kita pergi," ucapnya ketika Rasyid juga sudah masuk ke dalam mobil tersebut."Apa Anda benar-benar sendirian?" tanya Rasyid sembari menekan pedal g

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Pilihan Dari Abi

    Satu jam berlalu. Saat ini Satria, Arumi dan Rena sudah berada di halaman rumah sakit. Terlihat para anak buah Satria sudah berjaga di berbagai sudut rumah sakit. Dan ketika baru saja turun dari mobil, Arumi pun memaksa dirinya untuk berjalan dengan cepat ke arah pintu masuk rumah sakit."Syahila, di mana kamu," ucap Arumi sembari terus melangkah. Kalau bisa, ia ingin berlari dan mengobrak-abrik seluruh gedung tersebut untuk mencari buah hatinya. Namun, ia sangat sadar dengan kemampuannya yang hanya wanita biasa dan baru melahirkan."Aris, bawa dia ke ruangan Arumi!" titah Satria sembari mendorong Rena ke arah Aris.Aris pun dengan sigap menangkap Rena dan membawanya mengikuti Satria."Lepas! Aku bisa berjalan sendiri!" sergahnya yang kemudian melangkah dengan tenang mengikuti Satria dan Arumi. Setelah sampai di lantai tempat Sahila biasanya diletakkan, Arumi pun segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia mengecek sendiri tempat di mana Sahila biasanya tidur. a

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Tidak Mungkin

    Langsung saja para wartawan menyorot ke arah orang tersebut. Setelah itu ia dengan tenang membuka topi dan maskernya.Melihat hal itu mata Arumi pun membulat. "Mas, itu Rena. Bagaimana?" bisik Arumi sembari mencubit paha Satria."Kamu tenang saja. Katakan saja semua yang kamu inginkan," jawab Satria dengan suara yang tak kalah lirih.Langsung saja Arumi menoleh dan mengernyitkan dahinya. 'Apa maksudnya?' pikir Arumi sembari melihat Satria yang saat ini sedang menatap Rena dengan santai. Sesaat kemudian Satria pun ikut menoleh dan mengusap kepala Arumi dengan lembut. "Kamu tenang saja," ujarnya dengan suara normal, hingga menarik perhatian beberapa wartawan dan mereka pun langsung mengabadikan momen itu.Arumi yang menyadari hal itu pun langsung melirik ke arah para wartawan yang menyorot mereka saat ini. 'Jangan-jangan dari tadi dia sudah tahu kalau itu Rena,' batinnya."Sudah aku katakan tenang saja. Aku ada di sini, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," ujar Satria lagi.Langsung

  • Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)   Cincin Kedua

    Dua jam kemudian di dalam ruangan Satria. Saat ini terlihat Satria yang tengah duduk di kursi kerjanya."Apa wanita itu memang sulit ditangani, Pak? atau hanya dia saja?" tanya Satria pada Pak Taufik, setelah ia selesai mematikan panggilan dari Aris yang mengatakan kalau dirinya dan Arumi sudah berada di lantai dasar perusahaan itu.Pak Taufik pun tersenyum kecil mendengar hal itu. "Nona Arumi ingin membantu Anda, Tuan. Dan saya pikir ini juga tidak ada salahnya," jawabnya dengan bijak."Aku sengaja tidak ingin melibatkan dia karena tidak mau dia mendengar pertanyaan-pertanyaan wartawan itu," ucapnya dengan nada mengeluh."Saya yakin Nona Arumi bisa menghadapinya, dia wanita yang kuat," sahut Pak Taufik masih dengan nada bicaranya tadi.Setelah itu yang terdengar hanyalah helaan napas panjang dari bibir Satria. Setelah 15 menit merapikan penampilan dan merencanakan semuanya, akhirnya Arumi dan Satria pun berjalan dengan tenang ke arah ruang konferensi pers yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status