Share

Bab 6 Pria Licik

Penulis: Nanayaku
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-01 10:32:34

Tidak ada keinginan membalas pesan dari Delia. Aku langsung menekan ikon memanggil lalu menempelkan benda pipih itu pada telinga. Sejenak aku diam menunggu Delia menerima panggilan tersebut.

"Delia," panggilku saat mendengar suara Delia.

"Andrea! Kau di mana? Tuan Benigno menanyakanmu," ucap Delia antusias.

Aku menunduk sembari tersenyum masam. Benakku membayangkan seolah sedang bicara dengan Delia di depanku.

"Andrea, kenapa ponselmu sulit dihubungi dua Minggu terakhir ini?"

"Bagaimana keadaanmu di sana?" tanyaku tanpa menjawab satupun pertanyaan Delia.

"Aku merindukanmu. Kau dimana dan kapan kau akan pulang?"

Aku bangkit dari kursi. Berjalan pelan mendekat ke arah kolam. Tatapanku tertuju pada bayangan bulan yang terlihat di atas permukaan kolam.

"Aku juga merindukanmu."

"Sial! Kau tidak menjawab satupun pertanyaan dariku, Andrea," gerutu Delia diiringi desahan napas kasar.

Tawaku pecah karena Delia mulai menggerutu. "Maaf, Delia. Aku belum bisa mengunjungi villa. Nanti ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 7 Sebuah Harapan

    Kedua mataku terbuka lebar, tidak percaya mendengar jawabannya. Aku tidak menyangka pria yang saat ini sudah menyandang sebagai suamiku adalah sosok rentenir yang sangat kejam. "Kau sangat menjijikkan," desisku seraya menyipitkan mata padanya. "Aku tidak bertanya pendapatmu tentang diriku," jawab Luca sembari tersenyum seolah ucapanku sama sekali tidak membuatnya tersinggung. "Kau aneh sekali. Kau sangat senang dipuji dengan kalimat seperti itu." Aku mencemooh padanya. Kedua tanganku terlipat di bawah dada sembari memalingkan muka. Aroma tubuhnya memang menjadi candu. Tetapi aku tidak bisa menunjukkan sisi lain dari kepalaku saat sikapnya sangat menyebalkan seperti saat ini. "Jadi, apa keputusanmu? Membiarkan dirimu benar-benar dijual oleh ayahmu atau berbulan madu?" "Pilihanmu tidak ada dalam keputusanku." Sorot mataku berubah tajam. Aku menegakkan dagu seolah hendak menantangnya. "Aku akan membayar hutang ayahku." Namun Luca justru tertawa. Aku tidak terkejut mendengar tawany

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 8 Melarikan diri

    Tanganku menurunkan ponsel dari telinga saat panggilan telepon sudah terputus. Mataku menoleh ke samping. Menatap tajam seolah ada Luca berdiri di ujung lorong. Keinginan untuk membalas perbuatan Luca telah mendorong kakiku. Lagipula Luca pernah memberikan nasehat untuk berhenti menjadi orang lemah. Sehingga balas dendam adalah langkah awal membuatku menjadi sosok wanita yang kuat. Tiba-tiba langkahku terhenti saat sudah sampai di dalam mansion hendak menaiki lift. Keningku mengernyit ketika melihat Luca dan Berto tampak terburu-buru pergi ke suatu tempat. Tiba-tuba saja aku merasa penasaran hingga mengikuti langkah mereka jauh di belakang. Saat aku berhasil melewati pintu, sebuah mobil yang ditumpangi Berto dan Luca sudah menjauh. Langkahku pun hanya sampai di teras lalu menatap kepergian mereka. 'Kemanakah mereka akan pergi di waktu malam seperti ini?' benakku bertanya sembari terus menatap sisa-sisa kepergian mereka. Aku mematung saat memutar tubuhku hendak kembali masuk ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 9 Tertangkap Lagi

    Sebuah mobil yang aku naiki bersama Delia tengah menyusuri jalanan kota yang tampak ramai. Aku sengaja mengajak Delia pergi jalan-jalan karena kebetulan vila sedang sepi. Sepanjang jalan kami tidak berhenti berbincang-bincang mengenai kejadian yang aku alami sekarang. "Kenapa kau tidak menjual barang-barang yang diberikan Luca padamu? Kau bisa mendapatkan uang dengan cara itu agar bisa melunasi hutang-hutang ayahmu," ucap Delia di perbincangan kami. "Astaga, Delia. Itu artinya aku hanya membuang waktu. Aku tidak bisa membayar hutang ayahku menggunakan uang dari hasil penjualan barang-barang yang diberikan Luca. Luca itu pria licik. Dia sangat pandai berargumen, dia pasti akan menertawai ku nantinya," timpalku sembari sesekali menoleh ke arahnya di saat sedang fokus mengendarai mobil. "Oh iya, kau benar juga," gumam Delia. "Aku tidak suka dengan caranya memperlakukanku. Dia senang mempermainkan dan mempermalukan aku, itu sebabnya aku ingin berhenti menjadi istrinya." "Dan kau baru

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 10 Pesta?

    Mobil hitam itu berhenti di depan mansion. Aku langsung membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menunggu Luca. Kakiku mengambil langkah lebar seraya menghentak-hentakkan lantai saat memasuki mansion. Aku terus berjalan menuju lift. Rasa kesal yang menyelimuti membuatku enggan untuk menunggu Luca sehingga aku langsung menutup pintu lift. Sesampainya di kamar, lagi-lagi aku berjalan cepat menuju ruangan walk in closet. Kulepas sepatu lalu menggantinya dengan sandal. Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan tidak lupa menguncinya. Aku ingin berendam di dalam bath tub untuk sekedar meredakan emosi. Mungkin aroma wewangian dari sabun dapat merilekskan pikiran. Lagipula aku belum mandi malam ini. Setelah mengisi air dan mencampurkannya dengan sabun, aku segera melepas pakaian lalu masuk ke dalam bath tub. Aku berbaring seraya menengadah ke atas. Mataku terpejam merasakan kenyamanan yang perlahan mulai membalut hati dan pikiran. Belum ada lima menit, ketenanganku diganggu oleh suara

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 11 Jawaban Yang Tidak Berubah

    Luca meletakkan gelas yang sebelumnya diperebutkan Andrea. Ia menggendong Andrea lalu melenggang pergi meninggalkan pesta. Sedangkan Berto mengikuti dari belakang. Dengan cekatan Berto membuka pintu mobil. Luca segera memasukkan Andrea ke dalam mobil. Tidak lupa ia menginstruksikan Berto untuk segera mengantar mereka pulang. Luca duduk di samping Andrea sedangkan Berto mulai mengendarai mobil. Pandangan Luca tertuju ke arah wajah Andrea yang memerah. Wanita itu langsung tertidur lelap tepat saat dirinya menggendong tubuhnya. Sebelah tangan Luca merangkul pundak Andrea. Ia menarik tubuh Andrea mendekat lalu memeluknya agar wanita itu tidak merasa kedinginan. Benak Luca memikirkan saat kejadian beberapa jam yang lalu ketika Andrea ketahuan kabur dari mansion. Awalnya ia pulang dari pertemuan penting bersama keluarga mafia yang lain. Tetapi saat sampai di mansion, Luca justru tidak mendapati Andrea di mansion. Sontak Luca langsung menyuruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Andre

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 12 Terbangun Di Tempat Lain

    Aku terbangun saat merasakan sesuatu menusuk ke dalam mata. Sebelah tanganku mencengkram kepala ketika bangkit duduk. Kubuka mata perlahan karena suara deru ombak mengganggu gendang telinga. Mataku membelalak. Kesadaranku seketika terkumpul saat melihat ke arah jendela ruangan kamar. Aku berlari hendak memastikan keberadaanku saat ini. "Aah," pekikku saat tersandung. Aku terjatuh dan langsung mengusap-usap lutut yang sedikit membekas merah. Namun tubuhku langsung bangkit seolah masih ingin memastikan sesuatu. Kali ini mataku terbuka lebar begitupun dengan mulutku. Aku tidak menyangka tiba-tiba berada di tengah laut yang luas. 'Aku ada di laut mana? Apakah aku sedang diculik?' batinku bertanya-tanya. "Kau sudah bangun?" Lamunanku buyar dalam sekejap saat mendengar suara seseorang dari belakang. Aku langsung berbalik badan dan melihat Luca berdiri di belakangku. Penampilan pria itu terlihat begitu santai dengan setelan kemeja dan celana pendek. Pria itu membiarkan dua kancing ata

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 13 Bulan Madu Bag.1

    Rasa penasaran mendorongku untuk mengikuti Luca. Aku menuruni tangga perlahan hingga berada di kabin kapal bagian belakang. Mataku memperhatikan Luca yang tampak sibuk melepas kancing kemeja dengan posisi membelakangi. Perlahan kemeja putih polos itu mulai tersingkap dari badan Luca. Mataku tertarik untuk melihatnya. Tiba-tiba jantungku berdebar sangat kencang saat menyaksikan punggung kokoh penuh otot milik pria itu. Seolah terhipnotis oleh pemandangan ciptaan Tuhan yang tampak begitu sempurna, aku tidak berkutik sama sekali. Justru pikiran-pikiran liar semakin gencar muncul di dalam kepala hanya karena melihat pemandangan yang disuguhkan oleh pria yang kini menyandang gelar sebagai suamiku sendiri. Punggung pria itu tidak terlihat polos. Terdapat tato dengan gambar naga yang hampir menutupi seluruh bagian punggungnya. Aku tidak bisa menahan pandangan saat Luca kini melepas celana pendeknya. Kini hanya ada kain berwarna hitam yang menutupi bagian vital pria itu, sebuah celana box

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 14 Bulan Madu Bag.2

    Langkah kami berhenti. Alih-alih mendengarkan Luca yang sedang bicara dengan salah satu pria yang sejak tadi menunggu kami, aku justru memperhatikan sepasang kuda tersebut. Apakah Luca berniat mengajakku menaiki kuda? Keningku mengernyit. Aku tidak pernah naik kuda sebelumnya. Tiba-tiba saja aku ragu saat Luca memintaku untuk segera naik ke atas kuda. "Kita akan pergi ke penginapan. Naiklah ke atas kuda," ucap Luca. Aku menolaknya. "Aku tidak mau." Mataku masih memperhatikan punggung kuda yang setinggi dadaku. Aku mendengar Luca mendesah kasar. Tetapi aku tidak peduli. "Penginapannya cukup jauh, Andrea. Jalannya juga menanjak." "Siapa yang memintamu mengajakku ke sini? Apa aku pernah menyuruhmu? Lagipula bukan tempat ini yang ingin aku kunjungi," gerutuku. Ya, aku kesal karena Luca memutuskan tentang hal ini tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu. "Aku tidak sedang mengajakmu berdebat," balas Luca lalu kedua tangannya mencengkeram pinggangku. Tiba-tiba Luca mengangkat tubuhku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15

Bab terbaru

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 14 Bulan Madu Bag.2

    Langkah kami berhenti. Alih-alih mendengarkan Luca yang sedang bicara dengan salah satu pria yang sejak tadi menunggu kami, aku justru memperhatikan sepasang kuda tersebut. Apakah Luca berniat mengajakku menaiki kuda? Keningku mengernyit. Aku tidak pernah naik kuda sebelumnya. Tiba-tiba saja aku ragu saat Luca memintaku untuk segera naik ke atas kuda. "Kita akan pergi ke penginapan. Naiklah ke atas kuda," ucap Luca. Aku menolaknya. "Aku tidak mau." Mataku masih memperhatikan punggung kuda yang setinggi dadaku. Aku mendengar Luca mendesah kasar. Tetapi aku tidak peduli. "Penginapannya cukup jauh, Andrea. Jalannya juga menanjak." "Siapa yang memintamu mengajakku ke sini? Apa aku pernah menyuruhmu? Lagipula bukan tempat ini yang ingin aku kunjungi," gerutuku. Ya, aku kesal karena Luca memutuskan tentang hal ini tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu. "Aku tidak sedang mengajakmu berdebat," balas Luca lalu kedua tangannya mencengkeram pinggangku. Tiba-tiba Luca mengangkat tubuhku

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 13 Bulan Madu Bag.1

    Rasa penasaran mendorongku untuk mengikuti Luca. Aku menuruni tangga perlahan hingga berada di kabin kapal bagian belakang. Mataku memperhatikan Luca yang tampak sibuk melepas kancing kemeja dengan posisi membelakangi. Perlahan kemeja putih polos itu mulai tersingkap dari badan Luca. Mataku tertarik untuk melihatnya. Tiba-tiba jantungku berdebar sangat kencang saat menyaksikan punggung kokoh penuh otot milik pria itu. Seolah terhipnotis oleh pemandangan ciptaan Tuhan yang tampak begitu sempurna, aku tidak berkutik sama sekali. Justru pikiran-pikiran liar semakin gencar muncul di dalam kepala hanya karena melihat pemandangan yang disuguhkan oleh pria yang kini menyandang gelar sebagai suamiku sendiri. Punggung pria itu tidak terlihat polos. Terdapat tato dengan gambar naga yang hampir menutupi seluruh bagian punggungnya. Aku tidak bisa menahan pandangan saat Luca kini melepas celana pendeknya. Kini hanya ada kain berwarna hitam yang menutupi bagian vital pria itu, sebuah celana box

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 12 Terbangun Di Tempat Lain

    Aku terbangun saat merasakan sesuatu menusuk ke dalam mata. Sebelah tanganku mencengkram kepala ketika bangkit duduk. Kubuka mata perlahan karena suara deru ombak mengganggu gendang telinga. Mataku membelalak. Kesadaranku seketika terkumpul saat melihat ke arah jendela ruangan kamar. Aku berlari hendak memastikan keberadaanku saat ini. "Aah," pekikku saat tersandung. Aku terjatuh dan langsung mengusap-usap lutut yang sedikit membekas merah. Namun tubuhku langsung bangkit seolah masih ingin memastikan sesuatu. Kali ini mataku terbuka lebar begitupun dengan mulutku. Aku tidak menyangka tiba-tiba berada di tengah laut yang luas. 'Aku ada di laut mana? Apakah aku sedang diculik?' batinku bertanya-tanya. "Kau sudah bangun?" Lamunanku buyar dalam sekejap saat mendengar suara seseorang dari belakang. Aku langsung berbalik badan dan melihat Luca berdiri di belakangku. Penampilan pria itu terlihat begitu santai dengan setelan kemeja dan celana pendek. Pria itu membiarkan dua kancing ata

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 11 Jawaban Yang Tidak Berubah

    Luca meletakkan gelas yang sebelumnya diperebutkan Andrea. Ia menggendong Andrea lalu melenggang pergi meninggalkan pesta. Sedangkan Berto mengikuti dari belakang. Dengan cekatan Berto membuka pintu mobil. Luca segera memasukkan Andrea ke dalam mobil. Tidak lupa ia menginstruksikan Berto untuk segera mengantar mereka pulang. Luca duduk di samping Andrea sedangkan Berto mulai mengendarai mobil. Pandangan Luca tertuju ke arah wajah Andrea yang memerah. Wanita itu langsung tertidur lelap tepat saat dirinya menggendong tubuhnya. Sebelah tangan Luca merangkul pundak Andrea. Ia menarik tubuh Andrea mendekat lalu memeluknya agar wanita itu tidak merasa kedinginan. Benak Luca memikirkan saat kejadian beberapa jam yang lalu ketika Andrea ketahuan kabur dari mansion. Awalnya ia pulang dari pertemuan penting bersama keluarga mafia yang lain. Tetapi saat sampai di mansion, Luca justru tidak mendapati Andrea di mansion. Sontak Luca langsung menyuruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Andre

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 10 Pesta?

    Mobil hitam itu berhenti di depan mansion. Aku langsung membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menunggu Luca. Kakiku mengambil langkah lebar seraya menghentak-hentakkan lantai saat memasuki mansion. Aku terus berjalan menuju lift. Rasa kesal yang menyelimuti membuatku enggan untuk menunggu Luca sehingga aku langsung menutup pintu lift. Sesampainya di kamar, lagi-lagi aku berjalan cepat menuju ruangan walk in closet. Kulepas sepatu lalu menggantinya dengan sandal. Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan tidak lupa menguncinya. Aku ingin berendam di dalam bath tub untuk sekedar meredakan emosi. Mungkin aroma wewangian dari sabun dapat merilekskan pikiran. Lagipula aku belum mandi malam ini. Setelah mengisi air dan mencampurkannya dengan sabun, aku segera melepas pakaian lalu masuk ke dalam bath tub. Aku berbaring seraya menengadah ke atas. Mataku terpejam merasakan kenyamanan yang perlahan mulai membalut hati dan pikiran. Belum ada lima menit, ketenanganku diganggu oleh suara

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 9 Tertangkap Lagi

    Sebuah mobil yang aku naiki bersama Delia tengah menyusuri jalanan kota yang tampak ramai. Aku sengaja mengajak Delia pergi jalan-jalan karena kebetulan vila sedang sepi. Sepanjang jalan kami tidak berhenti berbincang-bincang mengenai kejadian yang aku alami sekarang. "Kenapa kau tidak menjual barang-barang yang diberikan Luca padamu? Kau bisa mendapatkan uang dengan cara itu agar bisa melunasi hutang-hutang ayahmu," ucap Delia di perbincangan kami. "Astaga, Delia. Itu artinya aku hanya membuang waktu. Aku tidak bisa membayar hutang ayahku menggunakan uang dari hasil penjualan barang-barang yang diberikan Luca. Luca itu pria licik. Dia sangat pandai berargumen, dia pasti akan menertawai ku nantinya," timpalku sembari sesekali menoleh ke arahnya di saat sedang fokus mengendarai mobil. "Oh iya, kau benar juga," gumam Delia. "Aku tidak suka dengan caranya memperlakukanku. Dia senang mempermainkan dan mempermalukan aku, itu sebabnya aku ingin berhenti menjadi istrinya." "Dan kau baru

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 8 Melarikan diri

    Tanganku menurunkan ponsel dari telinga saat panggilan telepon sudah terputus. Mataku menoleh ke samping. Menatap tajam seolah ada Luca berdiri di ujung lorong. Keinginan untuk membalas perbuatan Luca telah mendorong kakiku. Lagipula Luca pernah memberikan nasehat untuk berhenti menjadi orang lemah. Sehingga balas dendam adalah langkah awal membuatku menjadi sosok wanita yang kuat. Tiba-tiba langkahku terhenti saat sudah sampai di dalam mansion hendak menaiki lift. Keningku mengernyit ketika melihat Luca dan Berto tampak terburu-buru pergi ke suatu tempat. Tiba-tuba saja aku merasa penasaran hingga mengikuti langkah mereka jauh di belakang. Saat aku berhasil melewati pintu, sebuah mobil yang ditumpangi Berto dan Luca sudah menjauh. Langkahku pun hanya sampai di teras lalu menatap kepergian mereka. 'Kemanakah mereka akan pergi di waktu malam seperti ini?' benakku bertanya sembari terus menatap sisa-sisa kepergian mereka. Aku mematung saat memutar tubuhku hendak kembali masuk ke dal

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 7 Sebuah Harapan

    Kedua mataku terbuka lebar, tidak percaya mendengar jawabannya. Aku tidak menyangka pria yang saat ini sudah menyandang sebagai suamiku adalah sosok rentenir yang sangat kejam. "Kau sangat menjijikkan," desisku seraya menyipitkan mata padanya. "Aku tidak bertanya pendapatmu tentang diriku," jawab Luca sembari tersenyum seolah ucapanku sama sekali tidak membuatnya tersinggung. "Kau aneh sekali. Kau sangat senang dipuji dengan kalimat seperti itu." Aku mencemooh padanya. Kedua tanganku terlipat di bawah dada sembari memalingkan muka. Aroma tubuhnya memang menjadi candu. Tetapi aku tidak bisa menunjukkan sisi lain dari kepalaku saat sikapnya sangat menyebalkan seperti saat ini. "Jadi, apa keputusanmu? Membiarkan dirimu benar-benar dijual oleh ayahmu atau berbulan madu?" "Pilihanmu tidak ada dalam keputusanku." Sorot mataku berubah tajam. Aku menegakkan dagu seolah hendak menantangnya. "Aku akan membayar hutang ayahku." Namun Luca justru tertawa. Aku tidak terkejut mendengar tawany

  • Terpenjara Sangkar Emas Tuan Muda   Bab 6 Pria Licik

    Tidak ada keinginan membalas pesan dari Delia. Aku langsung menekan ikon memanggil lalu menempelkan benda pipih itu pada telinga. Sejenak aku diam menunggu Delia menerima panggilan tersebut. "Delia," panggilku saat mendengar suara Delia. "Andrea! Kau di mana? Tuan Benigno menanyakanmu," ucap Delia antusias. Aku menunduk sembari tersenyum masam. Benakku membayangkan seolah sedang bicara dengan Delia di depanku. "Andrea, kenapa ponselmu sulit dihubungi dua Minggu terakhir ini?" "Bagaimana keadaanmu di sana?" tanyaku tanpa menjawab satupun pertanyaan Delia. "Aku merindukanmu. Kau dimana dan kapan kau akan pulang?" Aku bangkit dari kursi. Berjalan pelan mendekat ke arah kolam. Tatapanku tertuju pada bayangan bulan yang terlihat di atas permukaan kolam. "Aku juga merindukanmu." "Sial! Kau tidak menjawab satupun pertanyaan dariku, Andrea," gerutu Delia diiringi desahan napas kasar. Tawaku pecah karena Delia mulai menggerutu. "Maaf, Delia. Aku belum bisa mengunjungi villa. Nanti ka

DMCA.com Protection Status