Salma menggeram dengan kesal saat telepon diputuskan secara sepihak oleh Felix. "Benar-benar keterlaluan! Rupanya dugaanku benar jika dia sedang bermain dengan wanita lain. Berani sekali dia berselingkuh di belakangku. Lihat saja Felix! Aku tidak akan melepaskanmu dan aku tidak akan membiarkanmu menduakan diriku!" Tangannya terkepal dengan sorot mata yang memancarkan dendam.
Dia memang terlalu sibuk dengan dunia keartisannya, tetapi Salma juga tidak ingin jika Felix berpaling darinya, karena dia ingin menggenggam pria itu agar tidak bisa lepas dari hidupnya. Sebab Felix benar-benar berharga di dalam karirnya."Papa ... Papa ..." Putri terus saja mengigau memanggil nama Felix, membuat Salma seketika mendengkus dengan kasar, karena putrinya terus saja memanggil nama pria itu yang saat ini tengah bersenang-senang bersama dengan Bella."Dasar anak sialan! Kenapa kau tidak mati saja sekalian, hah!" gerutu Salma dengan kesal.Biasanya seorang ibu akan tiba dan penuh kasih sayang, walaupun dia begitu membenci darah dagingnya. Tetapi berbeda dengan Salma, kebencian di dalam hatinya sudah mendarah daging sehingga saat Putri sedang sakit pun keibuannya tidak terkeluar sama sekali. Bahkan ia seakan tidak perduli mau Putri tiada sekalipun."Bibi!" teriaknya memanggil pelayan."Iya Nyonya," jawab bi Sumbi."Jaga anak sialan ini! Aku tidak ingin mengurusnya. Jika dia semakin parah bawa saja ke rumah sakit, atau biarkan saja di sini biar dia tiada sekalian," ucapnya dengan enteng dan tak perduli, kemudian melenggang pergi meninggalkan kamar Putri.Bi Sumbi menggelengkan kepalanya sambil mengurut dada. "Ya Allah, baru kali ini aku melihat seorang ibu yang tega mengatakan hal itu pada putrinya sendiri. Bahkan tega mendoakan hal yang buruk. Semoga Nyonya Salma bisa cepat sadar, kasihan non Putri yang tidak pernah dianggap olehnya," lirih bi Sumbi dengan tatapan iba, kemudian dia mengompres tubuh Putri agar panasnya turun..Sementara di tempat lain, Bella baru saja selesai berpakaian dan dia sedang bersantai di balkon. "Tuan, rasanya aku sangat bosan jika terus-terusan di apartemen dan tidak bekerja.""Memangnya kenapa?" Felix memeluk tubuh Bella dari belakang. "Bukankah aku sudah membayarmu? Kau hanya perlu mengangkat kedua pahamu dan melayaniku dengan baik."Bella berdecih, hatinya kembali tersayat saat mendengar kata-kata vulgar yang terlontar dari mulut pria tampan itu. Walaupun kenyataannya memang benar dia adalah wanita murahan yang sudah dibeli harga dirinya."Mau sampai kapan Tuan seperti ini? Apakah Tuan tidak kasihan dengan istri dan juga anak, Tuan," ucapnya dengan nada yang begitu datar.Felix yang mendengar ucapan Bela segera melepaskan pelukannya. Seketika raut wajah hangatnya mendadak menjadi dingin, tatapannya lurus ke arah depan dengan helaan nafas yang begitu kasar."Tidak usah ikut campur dalam kehidupanku! Kau hanya perlu mengikuti semua perintahku tanpa kau harus tahu rumah tanggaku. Mau aku bermain dengan wanita manapun, itu adalah kehendakku," jawabnya dengan nada tak suka, "jangan pernah merusak suasana saat aku berada di dekatmu! Jangan pernah membahas keluargaku, karena aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."Bella mengangkat satu alisnya, dia melihat dari sudut ekor matanya pada pria tampan yang saat ini sedang berada di sampingnya. Kemudian Felix masuk ke dalam sementara wanita itu masih betah berada di balkon.'Dasar pria aneh. Masa bertanya seperti itu saja dia marah? Tapi apa yang dikatakan benar, aku tidak peduli mau bagaimana rumah tangga dia bersama dengan istri dan juga anaknya, itu bukanlah urusanku. Aku berharap pekerjaan ini akan segera selesai dan aku bisa hidup dengan bebas.' batin Bella sambil menerawang jauh."Kau tinggallah di sini, lakukan apa yang kau mau! Tapi kau harus mempersiapkan diri di saat aku butuh kapanpun itu, kau paham? Aku akan kembali ke kantor." Felix mencium Bella kemudian dia pergi meninggalkan apartemen tersebut.Saat sampai di lantai bawah dia sudah dijemput oleh asistennya. "Kita ke kantor sekarang!" titahnya."Baik Tuan," jawab Iqbal.Felix yang teringat dengan putrinya, dia segera menelpon rumah dan yang mengangkatnya adalah bi Sumbi lalu dia pun menanyakan keadaan Putri, namun seketika rahangnya mengeras dengan sorot mata yang begitu tajam.'Dia benar-benar keterlaluan. Putri adalah darah dagingnya, tapi dia sama sekali tidak peduli. Seorang Ibu macam apa Salma? Dia bahkan lebih mementingkan karirnya ketimbang kesehatan putrinya sendiri. Kak Bayu, Kak Bayu ... kenapa bisa kau memilih wanita jahanam sepertinya?' Felix memijit kening saat mengingat bagaimana sifat Salma."Iqbal, kita tidak jadi ke kantor, pulang ke rumah!" titahnya dan langsung dibalas anggukan oleh.Sesampainya di sana Felix langsung menuju kamar Putri dan menggendongnya masuk ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit."Papa tidak akan membiarkan kamu sakit, Nak. Maaf jika Papa tadi tidak menghiraukanmu. Papa hanya ingin melihat bagaimana ibumu merawatmu saat kamu sedang sakit keras, tapi ternyata dia lebih mementingkan karirnya ketimbang dirimu."Iqbal menatap sedih ke arah Felix dari pantulan cermin. Dia sudah menjadi asisten Felix selama 10 tahun lamanya.'Kasihan tuan Felix, dia harus mengurus anak dari almarhum kakaknya dan mendapatkan istri yang tidak pernah bisa bersyukur seperti Nyonya Salma.'Sesampainya di rumah sakit Putri langsung dibawa ke ruang UGD, setelah itu dipindahkan ke ruang rawat inap. "Papa jangan tinggalkan Putri! Putri tidak ingin jauh-jauh dari Papa," pintanya saat gadis itu tersadar."Papa tidak akan jauh-jauh dari kamu Nak," jawab Felix.Jam menunjukkan pukul 20.00 malam, sudah setengah hari dia menemani Putri di rumah sakit dan dirinya ingin pulang untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Dia pun menelpon bi Sumbi untuk menggantikan posisinya menjaga Putri.Sesampainya di rumah benar saja Salma sudah ada di sana dan sedang membaca majalah. Tetapi Felix melenggang masuk begitu saja tidak peduli dengan kehadiran wanita itu yang sudah mencampakan putrinya sendiri."Wow! Ternyata kamu masih ingat rumah ya, setelah bermalam dengan wanita murahan itu?" Sindir Salma sambil melipat tangannya di depan dada."Aku tidak ingin berdebat." Felix berkata dengan nada dinginnya sambil melenggang menaiki tangga, namun Salma mengikuti pria itu."Kau bahkan tidak memperdulikan putrimu. karena kau sedang enak digenjot oleh wanita simpananmu itu bukan? Tapi Felix, aku yakin kok kau tidak akan betah lama-lama dengan wanita yang murah harga dirinya. Apa kau tidak sadar, jika kau ini sudah menikah bahkan mempunyai anak? Mereka hanya ingin hartamu saja Felix. Kenapa kau begitu bodoh?"Seketika pria itu membalikkan tubuhnya menatap tajam ke arah wanita yang selama ini sudah menemaninya. "Lalu apa bedanya denganmu?" tanyanya dengan tatapan yang begitu datar. "Kau pun tidak jauh berbeda dengan mereka. Bukankah kau juga hanya ingin hartaku?""Jaga ucapanmu ya Felix!" tunjuk Salma dengan sorot mata yang tajam."Kauyang harus menjaga ucapanmu Salma! Apa selama ini kau memenuhi kebutuhanku? Apa selama ini kau mengabdi kepadaku? Apakah selama ini kau bisa menjadi istri dan ibu yang baik untukku dan juga Putri? tidak bukan? Kau hanya mementingkan karirmu sendiri, bahkan anakmu sedang sakit pun kalau tidak perduli, dan lebih parahnya adalah ... kau ingin dia tiada. Apakah itu naluri seorang ibu? Apakah itu dinamakan seorang wanita yang mempunyai hati? Tidak. Kau tidak lebih baik dari seekor binatang. Bahkan binatang saja akan merasa sedih saat melihat anaknya sakit dan terluka, tapi kau ... bahkan hatimu melebihi iblis!" sentak Felix yang sudah jengah dengan sikap Salma yang selalu menyalahkan dirinya tanpa ingin disalahkan.BERSAMBUNG.....Tidak terasa sudah satu minggu Bella menjadi sugar baby dari Felix. Wanita itu pun merasa jenuh jika berada di apartemen terus-menerus, dia berencana untuk keluar."Sepertinya jika aku belanja bisa menghilangkan rasa jenuhku," ucap Bella sambil mematut dirinya di depan cermin.Setelah semua siap, Bella pun berangkat ke salah satu mall terbesar di kota itu. Dia berbelanja beberapa baju dan setelah selesai wanita itu pun masuk ke dalam salah satu Cafe.( Kau di mana? ) Terlihat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dari Felix.( Aku sedang berada di salah satu Mall, menghilangkan rasa jenuh. Aku juga habis berbelanja, ) balas Bella, dia pun mengirimkan foto dirinya dan juga beberapa belanjaannya.( Jangan pulang malam-malam. Aku sedang merindukanmu ).Bella yang membaca itu pun hanya tersenyum sinis. "Ck. Semua pria sama saja, hanya selangkangan yang ada di otak mereka dan kepuasan tersendiri. Aku akui memang dia sangat loyal, tapi sampai kapan aku akan terus begini? Aku juga ingin hidu
Bella terkejut saat tiba-tiba saja ada yang menjambak rambutnya, dan saat kepalanya menengadah dia merasa heran karena tidak mengenal wanita itu."Awwh! Apa yang Anda lakukan, Mba? Sakit. Anda ini sudah gila ya! tiba-tiba datang dan menjambak rambut saya!" gertak Bella dengan kesal karena dia tidak mengetahui siapa Salma.Salma melepaskan jambakannya kemudian dia menampar Bella dengan begitu keras, sehingga membuat wanita itu lagi-lagi meringis kesakitan karena tidak bersiap-siap dengan serangan brutal dari wanita yang tak ia kenal sedikitpun, namun wajahnya begitu tak asing."Dasar kau wanita jalang pelakor! Wanita biad4b! Kau berani-beraninya menjadi simpanan suamiku, hah!" bentak Salma dengan nada yang tinggi sehingga membuat semua pengunjung yang ada di cafe itu seketika menoleh ke arahnya"Maaf Mbak, apa yang Anda katakan? Saya tidak paham?"PLAK!Salma lagi-lagi menampar wajah Bella. "Kau bilang tidak paham? Jangan pura-pura bego kau ... dasar wanita kotor. Wanita tak punya harg
Bela masuk ke apartemennya dengan perasaan kesal. Dia membanting semua belanjaannya di atas sofa kemudian berjalan ke arah dapur dan mendekat air dingin sepuasnya."Benar-benar wanita stress. Dia ingin melabrakku di hadapan umum, tapi dia sendiri yang malu..Apa dia tidak berpikir bahwa itu semua bisa menjatuhkan karirnya?" marah Bella sambil terduduk di kursi meja makan dan membuang nafasnya dengan kasar.Malam ini sesuai dengan permintaan Felix, dia sedang menonton TV di ruang tamu dengan dress yang mini hingga membuatnya terpampang begitu jelas amun saat Bella sedang menonton TV tiba-tiba ada berita yang menayangkan tentang keributan di cafe beberapa jam yang lalu. Dia merasa kesal kemudian berdecak sambil membanting remote di atas meja."Huh! sudah pasti terjadi. Aku sudah menduganya. Kenapa sih wanita itu tidak berpikir dulu sebelum bertindak!" kesalnya dengan wajah cemberut."Kau tenang saja," ucap seorang pria yang baru saja masuk ke dalam apartemen itu, yang tak lain adalah Fe
Salma menyeringaimendengar pertanyaan putrinya, kemudian dia mendekat ke arah Putri. "Iya, papamu itu telah selingkuh. Dia sudah menyakiti mama. Dia sudah bermain dengan wanita di luaran sana."Putri menatap ke arah sang papa dengan tatapan sendu, sementara Felix hanya diam sambil melipat tangannya di depan dada."Kamu jangan menghasut anakmu," ucap Felix dengan datar."Siapa juga yang menghasut? Apa yang aku katakan itu benar kan, kamu dan wanita jalang itu sudah berselingkuh. Jadi apa yang perlu disembunyikan?" Salma tersenyum sinis sambil mengangkat kedua bahunya.Dia yakin pasti Putri akan membenci Felix, tetapi seketika keyakinannya itu runtuh saat Putri mengatakan bahwa ia tidak peduli."Jika Papa memang selingkuh dan itu membuat papa bahagia, aku mendukung." Seketika Felix dan juga Salma menatap tak percaya ke arah Putri mereka."Apa yang kamu katakan Putri?!" sentak Salma dengan marah."Jangan membentak putriku seperti itu!" tukas Felix dengan tatapan tajamnya."Karena apa yan
Salma mengangguk-nganggukan kepalanya, dia mengerti dengan saran dari Irfan. Wanita itu tersenyum licik. "Okelah kalau begitu aku pulang dulu. Thanks ya untuk idenya. Kamu ?emang yang terbaik," ucap Salma kemudian mengecup bibir Irfan sekilas."Hai sayang, ingat besok malam di hotel." Pria itu mengedipkan sebelah matanya membuat Salma tersenyum genit."Baik. Kau tenang saja, aku akan memberikan kamu servisan yang begitu oke, hingga kamu pasti akan ketagihan." Salma melenggang meninggalkan bar tersebut untuk pulang menuju rumah...Pagi ini Felix sudah bersiap untuk ke kantor. Dia menuju meja makan untuk meminum kopinya, tetapi tiba-tiba saja melihat Salma yang sedang menyiapkan sarapan membuat pria itu menyipitkan mata.Dia tak pernah melihat Salma selama ini berkutat di dapur, dia bahkan baru pertama melihat Salma menyediakan sarapan untuknya."Sayang, ini aku udah buatin kopi kesukaan kamu. Terus ini aku buatin kamu roti bakar coklat, kamu pasti suka." Salma berkata sambil duduk de
"Aku mau kamu tinggalin selingkuhan kamu itu! Dan kamu fokus kepadaku dan Putri. Aku janji akan berubah!" Salma mencoba untuk meyakinkan Felix.Namun sayang, Felix tidak semudah itu untuk percaya. Dia tersenyum miring seolah mengejek apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya"Apa kau bilang? Kau meminta ku untuk meninggalkan Bella? Begitu?" Pria itu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Dia menatap sinis ke arah Salma. "Jangan pernah bermimpi! Dia lebih bisa memuaskan diriku dan dia lebih bisa membuatku nyaman, ketimbang dirimu. Lagian kita impas, kan? Kau selingkuh, aku pun sama."Hantung Salma seketika bergemuruh mendengar jika suaminya sudah nyaman dengan Bella. Dia mengepalkan tangannya mencoba untuk meredam emosi agar tidak meledak di hadapan Felix.'Sialan. Lihat saja kau wanita jalang! Kau akan mendapatkan akibatnya. Tapi untuk sekarang aku harus lebih meyakinkan Felix agar dia percaya kepada aku.' batin Salma."Dia hanya ingin harta kamu. Jika kamu memang perlu kepuasan di
Felix baru saja selesai meeting dengan asistennya yang bernama Bertrand, saat dia sedang duduk di ruangan dan mengecek data-data perusahaan kembali, tiba-tiba saja Veteran masuk dengan wajah yang sedikit panik."Gawat Tuan! Gawat!" ucap panik Betrand."Gawat? Gawat kenapa?" Lalu Bertrand pun memberitahu apa yang terjadi. Mendengar hal itu Felix pun mendadak menjadi panik. "Kalau begitu antarkan aku ke apartemen!"Mereka pun menaiki mobil untuk menuju apartemen di mana saat ini Bella berada. Dan saat sampai di sana, Felix melihat Bella sedang menangis di sofa.Dia segera berlari dan memeluk tubuh Bella. "Sabarlah. Kedua adikmu pasti baik-baik saja," ucap Felix sambil mengusap rambut wanita itu."Bagaimana aku bisa sabar, Tuan? Kedua adikku kecelakaan dan busnya masuk ke dalam jurang. Xi berita juga mengatakan bahwa tidak ada korban yang selamat, itu artinya ..." Bella menggantungan ucapannya dengan mata yang sudah memerah karena sedari tadi dia terus-terusan menangis. "Aku mau ke sana
Tengah malam Felix terbangun. Dia menuju kamar Putri untuk mengecek keadaan puttri tercintanya tersebut. Setelah dirasa cukup Felix pun keluar, tapi langkahnya terhenti di kamar Salma.Dia membuka pintu itu, namun tidak mendapati Salma di sana. "Ck! Ke mana wanita ini? Dia bahkan tidak pulang, apalagi anaknya sedang sakit." Kemudian Felix menuju kamar untuk mengambil ponsel.Felix menghubungi Manager dari Salma dan menanyakan di mana keberadaan istrinya, karena Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari."Apakah Salma ada di sana? Cepat suruh dia pulang! Putrinya sedang sakit, kenapa dia masih kelayapan!" titah Felix dengan suara dingin pada seseorang di seberang telepon."Maaf Tuan, tapi Ibu Salma tidak ada pekerjaan. Pskerjaannya hanya besok untuk photoshoot saja, itupun jam 03.00 sore."Felix langsung mematikan sambungan telepon, dia memijit keningnya yang terasa pening. Entah kenapa pernikahannya dengan Salma harus berjalan seperti itu, bahkan wanita tersebut tidak pulang sama se
Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu
Sudah dua hari Felix tinggal di rumah, dan selama dua hari itu orang tuanya belum pulang dan tidak bisa dihubungi. Felix merasa cemas dan khawatir tentang keberadaan orang tuanya. Namun, pada saat yang sama, Betrand, asisten Felix, menelepon dan memberitahu bahwa mereka akan ada meeting dalam satu jam."Iya, aku akan segera turun ke bawah," jawab Felix dengan datar pada Betrand di seberang telepon.Dengan perasaan terpaksa, Felix turun ke lantai bawah di mana Betrand sedang menunggunya. Saat melangkah ke bawah tangga, Felix melihat semua pelayan sedang sibuk menghias sebuah kamar di lantai satu. Felix merasa bingung dan penasaran tentang apa yang sedang terjadi. Tanpa pikir panjang, Felix mendekati salah satu pelayan dan bertanya, "Maaf, apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa semua pelayan sedang sibuk menghias kamar ini?"Pelayan itu menoleh ke arah Felix dan menjawab dengan sopan, "Tuan Felix, ada tamu spesial yang akan menginap dan tinggal di rumah ini atas perintah dari Tuan J
"Namanya adalah, Galang Perdana Harrison," jawab Bella sambil mengusap pipi bayinya dengan lembut.Mama Sally tersenyum lebar, matanya berbinar-binar melihat cucu pertamanya yang baru saja diberi nama. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh kelembutan, mengelus pipi Galang dengan lembut. "Galang Perdana Harrison, nama yang begitu indah. Aku yakin kamu akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan penuh keberanian, seperti namamu."Tuan Johnson mengangguk setuju, senyumnya tak bisa disembunyikan. Dia merasa bangga melihat Bella mengambil keputusan yang tepat untuk memberi nama kepada bayi mereka. "Galang, nama yang kuat dan memiliki makna yang mendalam. Kamu akan menjadi anak yang berani dan selalu berusaha mencapai tujuanmu, seperti namamu yang mengandung arti 'berani'."Bella melihat kedua orang yang begitu ia cintai dengan tatapan penuh kebahagiaan. Dia merasa lega karena mereka menerima nama yang dia pilih untuk bayi mereka. "Terima kasih, Mama Sally, Papa Johnson. Saya senang bahwa kali
Bella terdiam sejenak. "Aku tidak tahu Mah, apakah aku harus kembali kepada Max Felix atau tidak," jawab Bella dengan lirih.Mama Sally mendekati Bella dengan penuh kelembutan. "Sayangku, mama mengerti betapa sulitnya situasi yang kamu hadapi. Kamu sudah melalui banyak penderitaan dan trauma, dan mama tidak bisa membayangkan betapa beratnya bagi kamu untuk kembali kepada Felix. Tapi apapun keputusanmu, kami di sini untuk mendukungmu."Bella menangis, membiarkan air mata mengalir bebas di pipinya. "Mama Sally, aku takut. Aku takut Felix akan marah dan mengancam keselamatanku dan bayi ini. Aku takut dia akan mengambil bayiku dariku. Terlebih, aku takut pada mba Salma."Mama Sally menggenggam tangan Bella dengan erat. "Bella, kamu tidak sendiri dalam menghadapi semua ini. Kami akan melindungi kamu dan bayi ini. Jika kamu memilih untuk pergi kembali kepada Felix, kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamananmu. Tapi jika kamu memutuskan untuk tidak kembali, kami akan mendu