Tengah malam Felix terbangun. Dia menuju kamar Putri untuk mengecek keadaan puttri tercintanya tersebut. Setelah dirasa cukup Felix pun keluar, tapi langkahnya terhenti di kamar Salma.Dia membuka pintu itu, namun tidak mendapati Salma di sana. "Ck! Ke mana wanita ini? Dia bahkan tidak pulang, apalagi anaknya sedang sakit." Kemudian Felix menuju kamar untuk mengambil ponsel.Felix menghubungi Manager dari Salma dan menanyakan di mana keberadaan istrinya, karena Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari."Apakah Salma ada di sana? Cepat suruh dia pulang! Putrinya sedang sakit, kenapa dia masih kelayapan!" titah Felix dengan suara dingin pada seseorang di seberang telepon."Maaf Tuan, tapi Ibu Salma tidak ada pekerjaan. Pskerjaannya hanya besok untuk photoshoot saja, itupun jam 03.00 sore."Felix langsung mematikan sambungan telepon, dia memijit keningnya yang terasa pening. Entah kenapa pernikahannya dengan Salma harus berjalan seperti itu, bahkan wanita tersebut tidak pulang sama se
"Aku mau ke mana, itu bukan urusanmu," jawab Felix sambil memutar bola matanya. "Mau ngapain kamu ke sini?" Terdengar suaranya begitu dingin seolah tidak suka dengan kedatangan wanita yang tak lain adalah Salma, istrinya.'Sabar Salma ... kau harus bisa mengontrol situasi.' batin wanita itu.Kemudian dia berjalan dengan gemulainya ke arah Felix dan bergelayut manja di lengan pria tampan tersebut, dan dengan angkuhnya Salma mengalungkan tangannya di leher kekar suaminya."Sayang, nanti malam aku ada undangan pertemuan dan diharuskan membawa pasangan, jadi kamu datang ya!" pintanya dengan nada sedikit manja.Alex mendorong tubuh Salma hingga membuat pelukan itu pun terlepas. "Maaf aku tidak bisa. wWaktuku terlalu sibuk dan terlalu penting untuk hal seperti itu."Gentu saja Salma merasa kesal, tapi lagi-lagi dia tidak bisa marah karena Felix harus tahu bahwa dirinya sudah berubah, walaupun itu hanya pura-pura."Ayolah! Apa kau akan membiarkan aku jelek? Kalau sampai namaku jelek di hada
Bella tiba di sebuah hotel bintang 5,dia memutar bola matanya dengan malas lalu menghela nafas. 'Sudah kuduga, pasti tidak jauh-jauh dari ranjang. Tapi walau bagaimanapun Ini adalah pekerjaanku, jika aku menolak maka aku harus mengganti rugi.'Bella pun masuk ke dalam dengan wajah yang terlihat pasrah dan lesu. Hidupnya sudah tidak bersemangat lagi, seperti tidak ada tujuan, karena selama ini Bella bekerja bukan hanya untuk melunasi hutang kedua orang tuanya saja, tetapi juga untuk menghidupi kedua adiknya.Tetapi sekarang kedua adiknya Bella sudah tiada, dan untuk apa Bella bersemangat lagi? Karena tidak ada yang menjadi tujuan hidup bagi dirinya."Silakan nona," ucap salah satu pelayan mempersilahkan Bela untuk masuk ke dalam.Wanita itu mengangguk dia pun masuk ke dalam hotel tersebut. Bella dapat menaksir biaya Hotel itu pasti sangat mahal, karena kamarnya yang luas ditambah dekorasinya yang begitu mewah. Namun yang menjadi perhatiannya adalah, ada meja yang sudah ditata dengan li
Bella duduk di atas kursi di balkon apartemennya, menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menyinari wajahnya. Udara segar dan sejuk membuatnya merasa rileks dan tenang. Dia merasakan angin lembut yang mengelus pipinya, memberinya sensasi menyenangkan.Sambil menyeruput secangkir kopi hangat, Bella memperhatikan pemandangan di sekitarnya. Bangunan-bangunan tinggi di sekitar apartemen memberikan pemandangan perkotaan yang menakjubkan. Di kejauhan, dia bisa melihat cahaya kota yang mulai menyala saat pagi hari berganti malam.Tiba-tiba, Bella merasa sepasang tangan yang hangat memeluknya dari belakang. Dia tersenyum saat menyadari bahwa Felix, sang sugar daddy, telah datang. Felix mencium lembut rambut Bella dan berkata dengan penuh kelembutan, ''Hai, sayang. Ayo bersiap-siap, kita akan pergi ke suatu tempat.''Bella merasa berdebar-debar dengan kejutan yang Felix berikan. Dia merasa penasaran dan tak sabar untuk mengetahui rencana Felix kali ini. Dengan senyuman lebar, Bella menjaw
Bella tidak pernah menduga bahwa saat ini dia berada di kota Bali, kota yang selalu menjadi impian dan keinginannya untuk dikunjungi. Saat dia menyadari keberadaan mereka di Bali, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan dan kekaguman. Sejenak ia bisa melupakan rasa sedihnya.Mata Bella memandang sekeliling dengan takjub saat dia merasakan aura eksotis dan keindahan kota ini. Dia melihat pemandangan yang memukau, mulai dari pantai yang berpasir putih hingga sawah yang hijau dan indah. Suasana yang hangat dan ramah dari penduduk setempat membuat Bella merasa seperti di rumah.Dalam kegembiraan dan kekagumannya, Bella memandang Felix dengan senyuman lebar. Dia merasa bersyukur memiliki Felix yang telah mengabulkan impian dan membawanya ke tempat yang selalu dia idamkan. "Apa kau suka?" tanya Felix sambil merangkul punfak Bella."Aku suka. Kota ini adalah impianku sejak kecil," jawab Bella dengan senang...Sore hari yang indah, Bella menikmati semilir angin laut yang lembut yang menerpa wa
Bela baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambutnya. Tapi dia melihat ada paper bag di atas ranjang. "Apa ini?"Bela membuka paper bag dan menemukan sebuah surat dari Felix di dalamnya. Dia membaca surat tersebut dengan antusias.( Sayang, aku berharap kamu suka dengan kejutan ini. Aku memilihkan gaun ini untukmu karena malam ini kita akan menghadiri acara yang penting. Aku ingin kamu tampil cantik dan mempesona di sampingku. Tolong kenakan gaun ini dan siapkan dirimu untuk malam yang istimewa nanti. Aku sangat berharap kamu bisa menjadi pendampingku. )Bela tersenyum senang saat membaca surat tersebut. Dia merasa dihargai dan istimewa karena Felix telah mempersiapkan semuanya dengan begitu baik. Dia berpikir sejenak tentang malam yang akan datang dan merasa bersemangat untuk menghadiri acara tersebut bersama Felix."Felix benar-benar tahu bagaimana membuatku merasa istimewa. Aku akan mengenakan gaun ini dengan senang hati. Malam ini akan menjadi momen yang tak terlupakan," gumam
Di sebuah kamar hotel yang nyaman, Felix duduk santai di depan televisi. Ia menikmati momen kesendirian setelah semalaman penuh dengan aktivitas yang melelahkan. Namun, tiba-tiba suasana hatinya berubah drastis ketika tayangan di televisi menarik perhatiannya.Dalam sekejap, Felix terperangah melihat adegan yang ditayangkan di layar. Itu adalah pertemuan semalam antara dirinya, Salma, istrinya, Bella. Menjadi topik utama."Sudah ku duga," lirih Felix dengan dingin.Felix memang sudah menduganya, bahwa kejadian semalam pasti akan masuk media televisi. Dan ia sangat yakin jika Salma sengaja mempermalukannya dengan Bella semalam.Tayangan itu memperlihatkan Salma dengan marah melabrak Felix dan Bella. Wajahnya penuh dengan kekecewaan dan rasa sakit. Felix bisa melihat akting Salma begitu apik. Semua itu ditayangkan dengan begitu terang-terangan, seolah-olah ingin menghancurkan hidup Felix.Perasaan marah memenuhi hati Felix. Ia merasa direndahkan. Semua rasa empati dan kepercayaan yang i
"Betrand, ada sesuatu yang ingin aku ada perintah untukmu. Hapus siaran penayangan perselingkuhanku dengan Bella semalam!""Tentu, Tuan. Saya mengerti bahwa ini adalah hal yang penting bagi bisnis Anda. Saya akan segera mengurusnya." jawab Betrand.Bella menatap pantai yang luas dari balkon kamar hotelnya, hatinya dipenuhi dengan perasaan sedih dan cemas. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, namun tidak mampu mengusir kegelisahan yang menghantui pikirannya.Dalam keheningan malam, Bella merenung tentang hubungannya bersama Felix. Ia merasa terjebak di tengah-tengah perasaan yang tak terurai antara cintanya untuk Felix dan rasa bersalah yang membebani hatinya.Dalam keheningan yang menggema, Bella merasakan kekosongan dalam dirinya. Ia merasa seperti pecahan yang terlepas dari gambaran kehidupan yang sempurna. Setiap langkah yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, semuanya terasa seperti memasuki labirin yang tak berujung.Dalam kegelapan malam, air mata mengalir di pipi Bella. Ia
Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu
Sudah dua hari Felix tinggal di rumah, dan selama dua hari itu orang tuanya belum pulang dan tidak bisa dihubungi. Felix merasa cemas dan khawatir tentang keberadaan orang tuanya. Namun, pada saat yang sama, Betrand, asisten Felix, menelepon dan memberitahu bahwa mereka akan ada meeting dalam satu jam."Iya, aku akan segera turun ke bawah," jawab Felix dengan datar pada Betrand di seberang telepon.Dengan perasaan terpaksa, Felix turun ke lantai bawah di mana Betrand sedang menunggunya. Saat melangkah ke bawah tangga, Felix melihat semua pelayan sedang sibuk menghias sebuah kamar di lantai satu. Felix merasa bingung dan penasaran tentang apa yang sedang terjadi. Tanpa pikir panjang, Felix mendekati salah satu pelayan dan bertanya, "Maaf, apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa semua pelayan sedang sibuk menghias kamar ini?"Pelayan itu menoleh ke arah Felix dan menjawab dengan sopan, "Tuan Felix, ada tamu spesial yang akan menginap dan tinggal di rumah ini atas perintah dari Tuan J
"Namanya adalah, Galang Perdana Harrison," jawab Bella sambil mengusap pipi bayinya dengan lembut.Mama Sally tersenyum lebar, matanya berbinar-binar melihat cucu pertamanya yang baru saja diberi nama. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh kelembutan, mengelus pipi Galang dengan lembut. "Galang Perdana Harrison, nama yang begitu indah. Aku yakin kamu akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan penuh keberanian, seperti namamu."Tuan Johnson mengangguk setuju, senyumnya tak bisa disembunyikan. Dia merasa bangga melihat Bella mengambil keputusan yang tepat untuk memberi nama kepada bayi mereka. "Galang, nama yang kuat dan memiliki makna yang mendalam. Kamu akan menjadi anak yang berani dan selalu berusaha mencapai tujuanmu, seperti namamu yang mengandung arti 'berani'."Bella melihat kedua orang yang begitu ia cintai dengan tatapan penuh kebahagiaan. Dia merasa lega karena mereka menerima nama yang dia pilih untuk bayi mereka. "Terima kasih, Mama Sally, Papa Johnson. Saya senang bahwa kali
Bella terdiam sejenak. "Aku tidak tahu Mah, apakah aku harus kembali kepada Max Felix atau tidak," jawab Bella dengan lirih.Mama Sally mendekati Bella dengan penuh kelembutan. "Sayangku, mama mengerti betapa sulitnya situasi yang kamu hadapi. Kamu sudah melalui banyak penderitaan dan trauma, dan mama tidak bisa membayangkan betapa beratnya bagi kamu untuk kembali kepada Felix. Tapi apapun keputusanmu, kami di sini untuk mendukungmu."Bella menangis, membiarkan air mata mengalir bebas di pipinya. "Mama Sally, aku takut. Aku takut Felix akan marah dan mengancam keselamatanku dan bayi ini. Aku takut dia akan mengambil bayiku dariku. Terlebih, aku takut pada mba Salma."Mama Sally menggenggam tangan Bella dengan erat. "Bella, kamu tidak sendiri dalam menghadapi semua ini. Kami akan melindungi kamu dan bayi ini. Jika kamu memilih untuk pergi kembali kepada Felix, kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamananmu. Tapi jika kamu memutuskan untuk tidak kembali, kami akan mendu