“Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Christian, apakah sudah ada kemajuan?” tanya Nyonya Casia ketika mereka berada di dalam ruangan baca yang ada di lantai 2. Sepulang Aileen bekerja, Nyonya Caisa langsung mengajaknya bicara di atas. Kemarin Aikeen belum sempat menemui Nyonya Caisa karena harus mengerjakan mengurus Christian dan pekerjannya. Jadi, baru sekarang mereka bisa bicara.“Sedikit. Sepertinya, dia sudah bisa menerima keberadaanku.” Nyonya Caisa mengangguk dengan ekspresi datar. “Kau harus bertindak cepat. Lakukan cara apa pun agar dia mau mengalihkan semua harta miliknya. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”Raut wajah Aileen seketika berubah, seperti nampak kesal. “Nyonya, semua tidak semudah yang kau pikir. Walaupun Christian sudah bisa menerimaku, tapi dia masih mencurigaiku. Dia akan semakin mencurigaiku jika aku terburu-buru melakukan itu.”Christian Li memiliki kepekaan yang luar biasa. Dia seperti bisa membaca pikiran dan setiap gerak-geriknya. Jadi, Ailee
“Tunggu Kaira, kau mau membawaku ke mana?” tanya Aileen ketika tangannya ditarik dengan cepat oleh rekan kerjanya saat dia akan memasuki ruangan.“Ikut aku sebentar.”Tiba di toilet khusus wanita, Kaira segera menutup rapat pintunya, lalu berbalik menghadap Aileen di depan wastafel. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Aileen ketika mendapatkan tatapan menelisik dari Kaira.“Kau menjalin hubungan lagi dengan Filbert?”Aileen menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Kaira. Filbert adalah mantan kekasih Aileen yang dia putuskan dua hari sebelum dia menikah dengan Christian Li. “Apa kau sedang berkencan dengan seseorang saat ini?”“Tidak.”Dia mana berani berkencan dengan seseorang disaat dia sudah menjadi istri Christian Li.“Jangan berbohong padaku.”“Aku tidak berbohong padamu. Sungguh.” Melihat mata Kaira memicing, Aileen bertanya dengan heran, “Kenapa kau bertanya seperti itu?” “Tanda merah di lehermu, siapa yang membuatnya?”“Tanda merah?” ulang Aileen dengan terkejut. Sege
"Nyonya tenang saja, sudah saya pastikan kalau semua orang berpihak pada kita. Lagi pula, tuan muda tidak akan bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya seperti itu. Tidak akan ada juga yang percaya dengannya."Langkah Aileen seketika terhenti ketika mendengar itu saat akan melewati ruangan kerja yang berada di lantai bawah. Suara itu berasal dari seorang pria."Pelan-pelan, kita bisa menyingkirkannya seperti wanita-wanita yang menolak bekerja sama dengan kita."Menyingkirkan? Siapa yang akan disingkirkan? Lalu, siapa wanita-wanita yang dimasksud oleh pria itu?Aileen menajamkan kembali pendengarannya karena ingin mendengar lebih banyak lagi, tapi sayangnya, setelah itu tidak ada obrolan apa pun lagi dari dalam. Hanya terdengar seperti suara lirih yang tidak jelas. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"Suara itu mengagetkan Aileen yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu ruangan kerja yang tidak sepenuhnya tertutup. Dengan segera, dia membalik tubuhnya dan melihat Arthur sedang menatap
"Ambil ini."Aileen menatap heran pada kartu hitam yang disodorkan oleh Christian padanya. Baru saja dia selesai membereskan piring bekas sarapan Christian Li dan langsung disodorkan benda yang berbentuk persegi panjang itu."Untuk apa?"Aileen belum juga meraih benda itu karena dia tidak mengerti, kenapa Christian memberikan kartu itu padanya. Padahal, semalam Christian Li sempat mendiamkan dirinya."Pakai jika kau ingin membeli sesuatu."Mendengar itu, Aileen langsung menolaknya dengan sopan. "Tidak perlu. Aku memiliki uang sendiri." "Ambil dan simpan saja. Jangan menerima uang dari bibiku atau wanita itu lagi.""Aku tidak pernah menerima uang dari mereka." Sebelum ini, Nyonya Fawlina sudah pernah mengirimkan uang ke rekeningnya sebagai jatah bulanan untuk dirinya. Lebih tepatnya, uang dari hasil mengurus Christian Li. Namun, dikembalikan lagi oleh Aileen. Dia mengatakan pada Nyonya Fawlina kalau dia akan berusaha sendiri untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.Tanpa menunggu persetu
"Christian, apa benar yang dikatakan Ema padaku, kalau kau hendak melecehkannya?" "Tidak.""Tuan Muda, berbohong Nyonya Muda. Dia memang mau melecehkan saya, bahkan Tuan Muda mencoba menyakiti saya ketika saya menolaknya."Ema memperlihatkan bekas kemerahan di leher, lengan dan juga helaiaan rambutnya yang rontok. "Jika Nyonya Muda tidak percaya. Silahkan periksa bagian dada dan lengan Tuan Muda. Ada luka cakar di sana ketika saya mencoba memberontak."Pandangan Aileen seketika terarah pada dada dan lengan Christian Li dan memang benar ada beberapa luka cakaran di sana."Dia berbohong."Melihat tatapan menyala dari Christian, seketika itu juga Ema bersembunyi di balik tubuh Aileen dengan tubuh gemetar."Saya tidak bohong, Nyonya Muda. Saya memiliki saksi, Zaya sempat melihat ketika Tuan Muda ingin menyakiti saya setelah saya memberontak. Nyonya Muda bisa bertanya langsung padanya jika tidak percaya dengan saya."Usai mendengar itu, Aileen membalik tubuhnya dan bertanya dengan wajah t
Ketika Aileen terbangun di pagi hari, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di perutnya. Dengan keadaan setengah sadar, Aileen meraba sesuatu yang ada di perutnya. Matanya langsung terbuka lebar setelah merasakan ada tangan kekar melingkar di perutnya. 'Ini bukan mimpi.' Dengan cepat Aileen menoleh ke belakang dan melihat Christian Li sedang tertidur dengan lelap sembari memeluknya dari belakang. Posisi mereka yang begitu intim membuat jantung Aileen tiba-tiba berdebar kencang. Wajahnya pun langsung merona ketika teringat dengan kejadian semalam. 'Apa yang kau pikirkan Aileen? Dasar bodoh!' Setelah merutuki dirinya, Aileen menggelengkan kepala untuk mengusir bayangan semalam yang terus melintas di benaknya. Setelah berhasil mengenyahkan bayangan itu, Aileen mencoba untuk menyingkirkan tangan Christian Li dari perutnya dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Setelah itu, Aileen mencoba berbalik. Namun, gerakannya terhenti kerika merasakan sekujur tubuh terasa pegal. "Ini
"Nyonya Muda, kenapa menampar saya?" tanya Ema sembari memegang wajahnya yang terasa kebas. "Ema, bukannya meminta maaf, kau justru menuduh suamiku yang tidak-tidak," jawab Aileen dengan mata menyala. "Apa kau pikir aku tidak tahu yang sebenarnya?"Tadinya, Aileen ingin berbicara baik-baik dengan Ema. Namun, sikapnya yang seolah tidak bersalah dan justru memfitnah Christian Li membuat Aileen seketika marah. Sebelumnya, dia tidak pernah berniat untuk menampar Ema, meskipun dia sudah tahu kalau sudah menjebak Christian Li, tapi tiba-tiba saja dia hilang kendali ketika suaminya itu dituduh yang tidak-tidak di depannya. "Nyonya Muda, aku tidak berbohong. Zaya saksi matanya. Kau bisa langsung bertanya padanya mengenai kejadian kemarin.""Aku tidak membutuhkan kesaksian dari siapa pun karena aku memiliki bukti atas perbuatanmu yang berniat menggoda suamiku.""Buk-bukti apa yang Nyonya Muda maksud?" tanya Ema dengan terbata-terbata. Aileen bisa menangkap raut wajah ketakutan di mata Ema,
"Tunggu di sini. Aku daftar sebentar."Setelah berpamitan dengan Christian Li, Aileen berjalan ke tempat pendaftaran yang ada di ujung ruangan. Sebenarnya sebelum ke rumah sakit, dia sudah melakukan perndaftar melalui telpon, hanya saja dia harus mendaftar ulang untuk mendapatkan nomor antriannya.Saat ini, Aileen dan Christian Li sedang berada di rumah sakit terbesar di kota Imperial, tepatnya berada di lantai 2, di mana klinik dokter syaraf berada. Aileen berhasil memaksa Christian Li untuk ke rumah sakit.Christian Li datang ke rumah sakit dengan mengenakan masker untuk menutupi wajahnya dan kaca mata hitam agar tidak ada yang mengenalinya. Aileen tentu saja tidak keberatan dengan hal itu, karena dia pikir Christian pasti malu dengan kondisi wajahnya yang cacat."Kakak Li, sedang apa di sini?"Seorang pria muda yang memakai jas warna putih mendekati Christian Li yang sedang berada tidak jauh dari kursi tunggu yang ada di lantai 2."Ke mana saja kau? Menghilang tanpa kabar dan melara
“Arthur, mari bercerai.”Arthur seketika membeku ketika mendengar itu. “Cerai?”Calina mengangguk. “Tiffany sudah kembali, kau juga sudah sembuh, sudah saatnya aku mundur.” Meski hatinya saat ini sangat hancur, tapi Calina berusaha keras untuk tetap bersikap tenang di depan pria yang kini sudah sepenuhnya mengisi hatinya.Ya, Calina sudah jatuh cinta pada pria yang dia nikahi berapa tahun lalu. Meski, di awal dia tidak memiliki perasaan apa pun, tapi nyatanya cinta perlahan tumbuh seiring kebersamaan mereka selama bertahun-tahun.“Apa Tiffany mendatangimu?”“Tidak," jawab Calina.“Lalu, kenapa tiba-tiba ingin bercerai?”Calina mengepalkan tangan dengan kuat demi menahan agar air matanya tidak keluar. “Aku tahu kau masih mencintai Tiffany. Aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian.”Arthur tampak terdiam. Namun, tatapan masih tertuju pada iris Calina. “Selain Tiffany, apa ada alasan lain yang melatarbelakangi kau ingin bercerai denganku?”"Maksudmu?""Apa kau sudah menemukan peng
Belum sempat mobil terparkir dengan benar, Jayden sudah keluar dengan langkah terburu-buru dengan ekspresi suram.“Bu, di mana Ayah?” tanya Jayden pada Aileen yang sedang duduk di ruangan keluarga dengan Alicia dan Steven“Ada di ruangan kerjanya, ada ...”Belum selesai Aileen bicara, Jayden sudah berjalan menuju ruangan kerja sang ayah yang berada di lantai bawah. Tanpa mengetuk, dia langsung membuka pintu dengan kasar, membuat Christian dan Ken yang berada di dalam ruangan itu terkejut dan menoleh bersamaan.“Jayden, apa kau sudah lupa cara mengetuk pintu? Di mana sopan santunmu?” tegur Christian.Jayden yang sudah terlanjur emosi, mengabaikan teguran sang ayah dan bertanya dengan marah, “Kenapa ayah menggusur pekampungan itu?'Christian mengerutkan kening sebentar, kemudian bertanya, "Perkampungan apa?""Jangan pura-pura tidak tahu," jawab Jayden, "Perkampungan yang berada di selatan kota, itu tanah milik Li's Corp, kan?"Sebelum menjawab pertanyaan sang putra, Christian meminta Ke
“Kakak, kau datang lagi?”Gadis kecil penjual kue itu langsung berlari ketika melihat Jayden sedang berjalan ke arah minimarket.“Hhmm,” gumam Jayden Li seraya mengangguk ringan. Seperti biasa, dia hanya menampilkan ekspresi biasa ketika berbicara dengan siapa pun.Berbeda sekali dengan gadis kecil yang berada di hadapannya itu, matanya tampak berbinar dan senyuman sangat lebar ketika menyambut kedatangannya.“Kak, maaf, kueku hari ini sudah habis. Tadi ada Paman baik hati yang membeli semua kueku,” ujarnya dengan wajah riang. Senyuman begitu polos, membuat siapa pun yang melihat akan merasa gemas.“Lihatlah. Sudah tidak tersisa.” Dengan antuasias gadis kecil itu menunjukkan wajah kue yang biasa gunakan untuk meletakkan kue kukusnya.Jayden melirik sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap gadis di depannya. “Aku ke sini untuk membeli sesuatu di dalam,” jawabnya datar.Gadis itu mengangguk tanda mengerti. “Oh, seperti itu.”Dia pikir Jayden datang untuk membeli kuenya, karena biasanya
"Sudahlah. Untuk apa juga aku perhitungan dengan anak kecil sepertimu."Daniel berlalu dari sana dan mendekati gadis kecil yang tampak sedang menunduk. Sebelum memeriksa gadis kecil itu, Daniel memanggil salah satu perawat yang ada di sana untuk mendekat.Jayden Li yang semula duduk dengan acuh tak acuh, akhirnya mendekat ketika melihat Daniel mulai mengobati gadis kecil itu.Ketika Daniel sedang membersihkan luka di bibir gadis itu, tampak dia mengigit bibir bawahnya seraya mengerutkan wajah.“Sakit?” Jayden Li yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bertanya pada gadis kecil itu.“Tidak, Kak.”Melihat senyuman gadis itu yang begitu lebar, entah mengapa justru membuat sudut hati Jayden terasa sakit.Kenapa gadis di depannya tidak menangis dan justru tersenyum? Sudah jelas itu sakit, tapi gadis di depannya tidak mengeluh sedikit pun.Jika itu terjadi pada adiknya, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan di rumah sakit itu. Adiknya pernah tidak sengaja terjatuh dan itu membuat kehebohan di
“Bangunlah.”Gadis kecil yang semula masih meringkuk, perlahan bangkit dibantu oleh Jayden Li usai ketiga preman itu dibuat tumbang dan babak belur.“Apa kau tidak apa-apa?”Gadis itu mengangkat kepala setelah membersihkan bajunya yang kotor. “Aku tidak apa-apa, Kakak. Terima kasih sudah menolongku.”Melihat gadis itu tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Jayden seketika tertegun. Dia menatap gadis di depan dengan alis yang hampir menyatu.Dia tersenyum?Setelah diinjak-injak dan dibuat terluka, dia masih bisa tersenyum selebar itu.Bagaimana bisa? Padahal, di wajahnya terdapat beberapa luka memar dan di bagian bibir bawahnya tampak mengeluarkan cairan merah. Sepertinya ada luka robek di bagian bibirnya. Tidak hanya itu, di bagian pelipis gadis kecil itu pun terdapat luka berupa garis memanjang yang juga mengeluarkan sedikit darah.Dengan umur seusainya, sangat wajar jika dia menangis histeris, tapi gadis kecil di depannya itu justru tersenyum. Jangankan menangis, mengeluh sakit pun
“Tuan Muda, silahkan.” Pengawal pribadi Jayden Li membuka pintu belakang setelah melihat anak bosnya keluar dari tempat latihan bela diri.Jayden mengangguk dengan wajah datar, kemudian memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.“Paman Rai, berhenti di depan. Aku ingin membeli sesuatu.”Rai, asisten pribadi Jayden yang sedang mengemudi mengangguk, kemudian menepikan mobil mereka di minimarket yang berada di sebelah kanan jalan. Mobil yang hitam yang sejak tadi mengikuti mobil Jayden Li ikut berhenti di belakangnya. Mobil sedan hitam itu berisi 4 orang pengawal berbadan tegap yang secara khusus ditugaskan untuk mengikuti Jayden Li ke mana pun dia pergi.“Paman Rai, kau di sini saja, aku hanya sebentar," ucap Jayden setelah tiba di depan pintu minimarket.“Tapi, ....” Rai ingin menolak, tapi Jayden kembali angkat bicara, “Tidak sampai 5 menit, aku sudah keluar. Jadi, Paman tunggu di sini saja.”Jayden membalik tubuh, kemudian meraih pintu dan masuk ke dalam. Tidak jauh dari minimarket
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau juga akan tahu,” Itu adalah jawaban yang paling aman agar Steven t
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau j
"Kenapa baru pulang?" Aileen menghampiri Christian yang baru saja memasuki kamar. "Alicia sejak tadi menangis mencarimu."Sejak dua hari yang lalu, Christian berada di luar untuk meninjau anak perusahaan mereka yang berada di kota sebelah."Maaf, Sayang. Pesawatku delay."Seharian ini, dia memang tidak sempat menghubungi Aileen. Biasanya, dia menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio agar bisa berbicara dengan sang putri yang memang sejak dulu sangat dekat dengannya.Alicia memang lebih dekat dengan Christian dibandingkan dengan Aileen. Itu karena Christian sangat menyayangi Alicia dan selalu memanjakannya, hingga terkadang membuat Steven menjadi iri."Dia sudah tidur?" tanya Christian seraya membuka kancing kemejanya."Sudah. Dia menangis selama 1 jam dan tidak mau berhenti meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Dia marah karena tidak bisa bicara denganmu.""Kalau begitu, aku akan melihatnya setelah mandi.""Apa kau ingin berendam?" Karena Christian baru saja melakukan pe