Dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, membuat Aileen menjadi bimbang. "Christian, aku mohon, izinkan aku pergi kali ini saja. Ini menyangkut pekerjaanku. Jika aku tidak pergi, aku tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi. Mungkin saja aku bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku janji akan langsung pulang setelah urusanku selesai."Melihat Christian diam saja, Aileen kembali membujuknya. Dia sengaja menampilkan raut wajah mengiba agar Christian mau berubah pikiran."Pergilah."Setelah mendengar itu, raut wajah Aileen langsung berubah. Dia terlihat sangat senang dan tidak menyadari raut wajah Christian Li berubah menjadi dingin.Mungkin karena terlampau senang, Aileen juga sampai lupa mengobati luka di dahi Christian. Dia bergegas membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian secepat mungkin dan pergi setelahnya.Sementara Christian nampak menatap ke arah pintu dengan sorot mata dinginnya setelah pintu kamar tertutup.*********"Di mana Jackson?" tanya Aileen setelah duduk berhadapan
“Christian, aku tidak bermaksud untuk …”“Cukup!” Christian menggerakkan tuas kursi rodanya, lalu memutar arah ke arah ranjang.“Biar aku bantu.” Aileen bergegas meraih tubuh Christian dan membantunya untuk naik ke tempat tidur. Tanpa mengatakan apa pun, Christian berbaring membelakangi Aileen.“Matikan lampunya.”Aileen hanya bisa menuruti perkataan Christian tanpa bisa membantah. Setelah mematikan lampu kamar, Aileen berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan bantuan penerangan lampu tidur. Tidak sampai 20 menit, Aileen sudah keluar dengan wajah segar. Setelah mengganti pakaiannya, dia naik ke tempat tidur dan berbaring menghadap Christian Li.“Christian, apa kau sudah tidur?” tanya Aileen hati-hati seraya terus memandangi punggung tegap pria itu.Melihat tidak ada respon apa pun dari Christian, Aileen kembali angkat bicara, “Maafkan aku. Aku sama sekali tidak pernah meremehkanmu. Sebenarnya, aku sejak tadi ingin pulang, hanya saja Jackson terus mengajakku bicara.
“Kita periksakan kembali kakimu. Aku sudah menemukan beberapa dokter terbaik di kota ini. Aku akan mendampingimu sampai kau bisa berjalan seperti dulu lagi agar kau tidak terkurung selamanya di sini.”“Kenapa?”Aileen mengerutkan keninganya mendapatkan pertanyaan itu. “Kenapa kau ingin membantuku?” tanya Christian dengan heran.“Aku tidak mungkin selamanya berada di sisimu. Jadi, aku hanya ingin kau mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.”Raut wajah Christian berubah menjadi dingin seketika. “Kenapa? Sudah bosan mengurusi pria lumpuh sepertiku?”'Dia selalu saja berpikir buruk terhadapku.'“Bukan,” sanggah Aileen cepat. “Aku hanya ingin kau kembali seperti dulu. Bukankah menyenangkan jika kau bisa berjalan lagi?”“Mereka tidak akan membiarkanku sembuh. Bagaimana caranya aku bisa sembuh jika keluar dari sini saja aku tidak bisa.”“Aku akan mencari cara agar kau bisa keluar dari sini. Setidaknya, kita harus memeriksakan kakimu terlebih dahulu.”Melihat Christian terdiam, Aileen k
Jantung Aileen berdegup kencang ketika mendapatkan tatapan yang begitu lekat dari Christian Li. Ketika menyadari posisi wajah mereka yang sangat dekat, Aileen segera bangun dan menjauhkan diri dari Christian Li dengan wajah memerah.“Maaf, aku tertidur.”Semenjak dia tidur seranjang dengan Christian, Aileen sering sekali terbangun dari tidurnya. Dia tidak bisa tidur dengan lelap karena khawatir kalau dirinya akan berbuat hal yang memalukan pada Christian Li. Sudah dua kali dia terbangun dengan memeluk pria itu di pagi hari, jadi merasa gelisah saat tidur. Setiap ingin tidur, Aileen selalu menyusun bantal dan guling di tengah agar dia tidak melewati batasnya yang seharusnya. Namun, di pagi hari dia selalu melihat bantal dan guling itu sudah tidak berada di tempat. Tidak hanya itu, bahkan tubuhnya sendiri sudah melewati batas wilayahnya dan dengan nyaman tertidur di dekat Christian Li. Beruntung Aileen selalu bangun lebih dahulu, jadi Christian Li tidak tahu itu. Jika dia tahu, mungkin
“Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Christian, apakah sudah ada kemajuan?” tanya Nyonya Casia ketika mereka berada di dalam ruangan baca yang ada di lantai 2. Sepulang Aileen bekerja, Nyonya Caisa langsung mengajaknya bicara di atas. Kemarin Aikeen belum sempat menemui Nyonya Caisa karena harus mengerjakan mengurus Christian dan pekerjannya. Jadi, baru sekarang mereka bisa bicara.“Sedikit. Sepertinya, dia sudah bisa menerima keberadaanku.” Nyonya Caisa mengangguk dengan ekspresi datar. “Kau harus bertindak cepat. Lakukan cara apa pun agar dia mau mengalihkan semua harta miliknya. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”Raut wajah Aileen seketika berubah, seperti nampak kesal. “Nyonya, semua tidak semudah yang kau pikir. Walaupun Christian sudah bisa menerimaku, tapi dia masih mencurigaiku. Dia akan semakin mencurigaiku jika aku terburu-buru melakukan itu.”Christian Li memiliki kepekaan yang luar biasa. Dia seperti bisa membaca pikiran dan setiap gerak-geriknya. Jadi, Ailee
“Tunggu Kaira, kau mau membawaku ke mana?” tanya Aileen ketika tangannya ditarik dengan cepat oleh rekan kerjanya saat dia akan memasuki ruangan.“Ikut aku sebentar.”Tiba di toilet khusus wanita, Kaira segera menutup rapat pintunya, lalu berbalik menghadap Aileen di depan wastafel. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Aileen ketika mendapatkan tatapan menelisik dari Kaira.“Kau menjalin hubungan lagi dengan Filbert?”Aileen menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Kaira. Filbert adalah mantan kekasih Aileen yang dia putuskan dua hari sebelum dia menikah dengan Christian Li. “Apa kau sedang berkencan dengan seseorang saat ini?”“Tidak.”Dia mana berani berkencan dengan seseorang disaat dia sudah menjadi istri Christian Li.“Jangan berbohong padaku.”“Aku tidak berbohong padamu. Sungguh.” Melihat mata Kaira memicing, Aileen bertanya dengan heran, “Kenapa kau bertanya seperti itu?” “Tanda merah di lehermu, siapa yang membuatnya?”“Tanda merah?” ulang Aileen dengan terkejut. Sege
"Nyonya tenang saja, sudah saya pastikan kalau semua orang berpihak pada kita. Lagi pula, tuan muda tidak akan bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya seperti itu. Tidak akan ada juga yang percaya dengannya."Langkah Aileen seketika terhenti ketika mendengar itu saat akan melewati ruangan kerja yang berada di lantai bawah. Suara itu berasal dari seorang pria."Pelan-pelan, kita bisa menyingkirkannya seperti wanita-wanita yang menolak bekerja sama dengan kita."Menyingkirkan? Siapa yang akan disingkirkan? Lalu, siapa wanita-wanita yang dimasksud oleh pria itu?Aileen menajamkan kembali pendengarannya karena ingin mendengar lebih banyak lagi, tapi sayangnya, setelah itu tidak ada obrolan apa pun lagi dari dalam. Hanya terdengar seperti suara lirih yang tidak jelas. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"Suara itu mengagetkan Aileen yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu ruangan kerja yang tidak sepenuhnya tertutup. Dengan segera, dia membalik tubuhnya dan melihat Arthur sedang menatap
"Ambil ini."Aileen menatap heran pada kartu hitam yang disodorkan oleh Christian padanya. Baru saja dia selesai membereskan piring bekas sarapan Christian Li dan langsung disodorkan benda yang berbentuk persegi panjang itu."Untuk apa?"Aileen belum juga meraih benda itu karena dia tidak mengerti, kenapa Christian memberikan kartu itu padanya. Padahal, semalam Christian Li sempat mendiamkan dirinya."Pakai jika kau ingin membeli sesuatu."Mendengar itu, Aileen langsung menolaknya dengan sopan. "Tidak perlu. Aku memiliki uang sendiri." "Ambil dan simpan saja. Jangan menerima uang dari bibiku atau wanita itu lagi.""Aku tidak pernah menerima uang dari mereka." Sebelum ini, Nyonya Fawlina sudah pernah mengirimkan uang ke rekeningnya sebagai jatah bulanan untuk dirinya. Lebih tepatnya, uang dari hasil mengurus Christian Li. Namun, dikembalikan lagi oleh Aileen. Dia mengatakan pada Nyonya Fawlina kalau dia akan berusaha sendiri untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.Tanpa menunggu persetu
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J