Aileen terlihat tercengang, tidak menyangka kalau Christian bisa menebak secara benar penyebab wajahnya yang memerah.“Ini … aku tidak sengaja menabrak tembok tadi. Aku sangat panik melihatmu, jadi aku tidak melihat jalan di depan, hingga pipiku terbentur tembok di dekat tangga.”Aileen segera memalingkan wajahnya karena merasa tidak nyaman terus dipandangi oleh Christian Li.“Kau pikir, statusmu itu hanya pajangan semata?”Perkataan Christian membuat Aileen mengernyit. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan pria dingin di depannya. Namun, dia terlalu takut untuk bertanya. Takur pria di depannya itu semakin marah padanya.“Waktu itu, kau sangat membanggakan statusmu sebagai Nyonya Muda Li, lalu kenapa sekarang kau membiarkan orang lain menindasmu?”Tentu saja Christian tidak percaya begitu saja dengan penjelasan Aileen tadi. Dia tidak bodoh, dia tahu kalau itu adalah bekas tamparan. “Tidak ada yang menindasku. Aku memang pantas mendapatkannya.”Bagaimanapun, itu kesalahannya. Wajar
"Nyonya Muda, jangan menyalahkan dirimu. Tuan muda pasti mengerti. Aku juga salah. Seharusnya, aku memberitahumu sejak awal," ucap Bibi Nian dengan raut wajah bersalah.Keduanya sedang berada di dapur bawah. Aileen sengaja menemui Bibi Nian untuk bertanya padanya mengenai makan apa saja yang tidak boleh dikonsumi oleh suaminya. Dia ingin mencatatnya secara detail agar kejadian tadi tidak terulang lagi."Tidak apa-apa Bibi Nian. Seharusnya aku bertanya padamu," kata Aileen. "Besok pagi, tolong bawakan bahan makan yang sudah aku beritahu tadi."Selesai berbicara dengan Bibi Nian, Aileen kembali naik ke atas. Dia melihat Christian Li sudah tertidur. Aileen berjalan menuju ranjang lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia menghela napas setelah memperhatikan wajah Christian yang nampak memerah.Tidak hanya di wajahnya, tapi di sekujur tubuhnya dipenuhi ruam merah yang Alieen yakini pasti menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Meskipun Christian tidak mengatakan apa pun, dia tahu kalau pria it
"Apa kau sakit?" tanya Christian Li sembari menatap Aileen sedang mengoleskan kirim kulit di dadanya.Krim yang dioleskan Aileen di tubuh Christian itu untuk meredakan rasa gatal dan kemerahan akibat alergi."Ti-tidak," jawab Aileen tanpa berani menatap Christian. Sejak tadi, pria itu terus menatapnya, membuatnya jadi gugup, apalagi posisi keduanya sangat dekat. "Lalu kenapa sejak tadi wajahmu memerah dan tanganmu terus gemetar?"Tidak hanya itu, Christian bisa merasakan jemari kurus Aileen terasa sangat dingin ketika bersentuhan dengan kulitnya."Itu karena ..." Itu karena dia merasa malu ketika mengingat kejadian di kamar mandi tadi. Tubuhnya hampir polos dan Christian Li terus memandanginya tanpa berkedip, membuatnya menjadi malu. Apalagi, dia harus menggosok seluruh tubuh Christian Li menggunakan tangannya tadi dengan posisi saling berhadapan."Karena apa?" tanya Christian lagi karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Aileen."Aku sedikit tidak enak badan." Terpaksa dia be
"Menjadi milikmu?" ulang Aileen.Christian Li menahan senyumannya ketika melihat wajah bodoh Aileen usai mendengar ucapannya. 'Ternyata dia bisa tersenyum juga.''Ini pertama kalinya, Aileen melihat suaminya itu tersenyum. Christian terlihat sangat tampan, membuat Aileen sempat tertegun dengan wajah bodoh. "Kau mengerjaiku?" tanya Aileen dengan tatapan memicing ke arah Christian Li."Aku hanya ingin melihat, bagaimana reaksimu ketika aku mengatakan itu. Ternyata, kau bisa bersikap polos juga. Entah kau memang polos atau berpura-pura polos."Merasa dikerjai oleh Christian, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi cemberut. Bisa-bisanya dia tertipu oleh pria dingin di depannya itu."Tuan Muda Li, aku bukannya pura-pura. Aku memang tidak mengerti maksudmu."Kata-kata yang dilontarkan Christian terasa ambigu di telinganya. Itu sebabnya, dia sempat terdiam dengan ekspresi bodoh tadi.********"Aileen, bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan kabar mengenai Jackson?" Pertanyaan Tuan Garson
"Bibi Nian, jangan takut. Katakan yang sebenarnya padaku. Apa yang sebenarnya terjadi?"Bibi Nian terlihat menunduk seraya memainkan jemari tangannya dengan wajah ragu. "Pelayan yang terluka adalah Ema. Dia bilang, tuan muda melukai dirinya karena tuan muda berpikir kalau Ema sengaja ingin membunuhnya dengan cara berbohong pada Nyonya Muda kalau tuan muda tidak memiliki alergi."Mata bening Aileen nampak membesar. "Dari mana Christian tahu kalau Ema mengatakan itu padaku?""Ema pergi menemui tuan muda untuk meminta maaf dan dia mengakui kesalahannya, tapi tuan muda justru menyerang Ema dan melukainya."Semua informasi itu, Bibi Nian dapatkan dari Zaya. Dialah yang membawa Ema ke rumah sakit dan di sananlah Ema mengatakan semuanya pada Zaya tentang penyerangan yang dilakukan Christian Li."Bibi Nian, Christian tidak mungkin melukai Ema jika dia ke sana untuk meminta maaf."Menurut Aileen, Christian tidak mungkin melukai pelayan jika pelayan itu sudah menyesali perbuatannya. Itu terasa
"Aileen, sedang apa kau di sini?" Aileen langsung mendongakkan kepala ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Suara yang dia dengar tadi itu berasal dari mobil yang terparkir di depannya. Ternyata, orang yang memanggilnya ada Arthur. Saat ini, Aileen sedang berada di depan halte tidak jauh dari kantornya."Sedang menunggu taksi."Sejak tadi, dia terus menunggu taksi di halte. Dia sudah menunggu selama hampir 2 jam lebih di sana dan tidak ada satu pun yang mau berhenti. Kondisi saat ini sedang hujan lebat, jadi rata-rata taksi semuanya penuh.Arthur turun dari mobil, lalu menghampiri Aileen dengan menggunakan payung hitam. "Naiklah. Aku juga mau pulang."Melihat Aileen terdiam, Arthur kembali membuka suara, "Sulit mendapatkan taksi dalam kondisi hujan seperti ini. Lagi pula, tujuan kita sama."Setelah berpikir selama beberapa saat, Aileen akhirnya setuju pulang bersama dengan Arthur. Jika dia menolak ajakan Arthur, dia takut akan pulang larut malam. "Kak Arthur, terima kasih sud
"Aileen, apa kau sudah mendengar kalau Jackson akan mengadakan konferensi pers siang ini untuk promo film terbarunya?"Aileen yang baru saja duduk di kursi, seketika menatap Kaira yang sedang berdiri di sampingnya."Benarkah? Apa kantor kita juga mendapatkan undangan untuk ke sana?"Biasanya, akan ada media yang menghadiri acara seperti itu, tapi tidak semua media bisa masuk dan ikut dalam konferensi itu. Hanya yang memiliki undangan saja yang bisa masuk ke sana."Iya, tapi orang yang akan datang ke sana adalah Hanna."Aileen yang semula terlihat antusias, seketika menjadi lesu dan tidak bersemangat. Hanna adalah saingannya sejak dulu. Aileen sebenarnya tidak menganggapnya saingan, hanya Hanna saja yang selalu memperlakukannya seperti itu.Sebenarnya, jika bukan Hanna yang diutus untuk datang ke sana, dia akan meminta undangan itu agar bisa bertemu Jackson, tapi karena yang terpilih, Aileen tidak mungkin memintanya. Sampai mati pun, Hanna tidak memberikan undangan itu padanya."Aku ak
Pria yang memanggilnya itu, memakai masker, topi dan juga kacamata hitam. Penampilan pria itu sedikit familiar. Aileen merasa pernah melihatnya, tapi dia lupa di mana."Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya pria itu pada Aileen. Melihat Aileen nampak bingung, pria itu pun menjelaskan siapa dirinya. Setelah itu, Aileen baru tahu kalau pria itu adalah pria yang pernah dia tolong sebelumnya di rumah sakit."Aku sedang menunggu seseorang," jawab Aileen pada pria itu."Masuklah, kita bicara sebentar."Melihat Aileen menatapnya dengan waspada, pria itu berkata, "Tidak perlu takut. Aku bukan orang jahat. Aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar."Aileen berpikir sebentar, lalu masuk ke dalam mobil yang berada di sampingnya itu. "Siapa yang sedang kau tunggu?" "Seseorang."Pria itu menatap gedung di depannya, lalu berkata, "Apa seseorang yang sedang kau tunggu berada di gedung itu?" Aileen ikut menoleh, lalu mengangguk."Kalau begitu, kenapa tidak masuk ke sana?" tanya pria itu la
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J