"Kau membawa mobil Christian?" Pertanyaan itu, dilontarkan oleh Arthur ketika baru saja memarkir mobilnya di garasi. Dia tidak sengaja melihat Aileen keluar dari mobil Christian Li. Itu sebabnya, dia bertanya pada Aileen untuk memastikannya."Iya."Sambil menjawab pertanyaan Arthur, Aileen melangkah menuju pintu bersama dengan sepupu suaminya."Seharusnya kau memakainya sejak awal, jadi kau tidak kesulitan untuk pergi ke mana-mana.""Aku hanya takut merusaknya.""Kau bisa menggunakan supir jika seperti itu."Semua anggota keluarga Li, masing-masing memiliki supir pribadi. Hanya Arthur saja yang tidak pernah memakai supir untuk mengantarnya. Dia lebih suka mengendarai mobilnya sendiri jika ingin pergi ke mana-mana. "Sebenarnya, Christian yang memintaku membawa mobilnya. Aku sudah menolak, tapi dia memaksaku."Jika tidak terpaksa, dia juga enggan membawa mobil Christian karena terlalu mencolok. Hari ini saja, dia menjadi bahan perbincangan dan pusat perhatian di kantornya saat ada yan
"Kau belum menemukannya?" tanya Cathleen pada managernya yang baru saja kembali ke ruangan VIP."Belum. Terlalu banyak orang di bawah. Sulit sekali mencarinya.""Dasar bodoh! Cari sampai dapat. Dia tidak akan bisa berjalan jauh. Dia sudah mabuk, dan juga aku sudah memberikannya obat dosis tinggi.""Bagaimana kalau ada orang lain yang menemukannya dan membawanya pergi?"Biasanya, pria hidung belang akan beraksi jika melihat wanita mabuk yang memiliki kesadaran rendah. Ada hotel di dekat club malam itu, biasanya para pemburu wanita itu akan membawanya ke hotel itu."Maka dari itu, cari cepat. Jika sampai dia lolos, aku akan memecatmu."Manager Cathleen pun segera keluar untuk mencari Aileen. Tidak lama setelah itu, Gao memasuki ruangan VIP."Di mana temanmu?"Cathleen memang belum memberitahu Gao kalau Aileen kabur. Dia takut Gao marah besar jika mengetahui itu. Tadinya, dia pikir bisa menemukan Aileen sebelum Gao datang, tapi ternyata Aileen tidak bisa ditemukan hingga kini."Dia kabur.
"Sudah bangun?"Aileen yang baru saja membuka mata, seketika menoleh ke kanan ketika mendengar suara yang berasal dari sampingnya. Matanya membuat ketika melihat Christian Li berbaring miring di sebelah dengan pandangan mengarah padanya."Kenapa aku bisa di sini?"Seingatnya, semalam dia berada di kamar hotel sebelum pandangannya menjadi gelap. "Arthur yang membawamu pulang."Raut wajah Christian Li berubah menjadi dingin ketika dia mengatakan itu."Bagaimana bisa?"Bagaimana bisa Arthur mengetahui lokasihya secara pasti, padahal Aileen tidak memberitahukan pada Arthur tentang di mana keberadaannya."Dia datang ke sini semalam menanyakanmu."Ketika Aileen menelpon Arthur, pria itu sedang mengemudi. Ponselnya dalam keadaan silent, jadi dia tidak tahu kalau Aileen menelponnya. Setiba di kediaman Li, Arthur menanyakan pada pelayan tentang keberadaan Aileen. Pelayan memberitahukan kalau Aileen sedang pergi.Arthur pun mencoba menghubungi Aileen, tapi tidak diangkat. Dua kali dia mencoba m
"Nyonya Muda."Sapaan Bibi Nian membuat Aileen terkejut. Dia sedang menuruni tangga sambil memikirkan ucapan Christian Li pagi tadi."Ada apa, Bibi Nian?""Apa, Nyonya Muda sedang sakit?"Pertanyaan Bibi Nian membuat Aileen mengernyit. "Wajah Nona memerah sejak tadi."Justru perkataan Bibi Nian semakin membuat wajah Aileen memerah. Kejadian di kamar pagi tadi, kembali melintas di benaknya."Tidak, Bibi Nian. Aku baik-baik saja," jawab Aileen dengan senyuman kaku. "Apa Kak Arthur sudah ada di bawah?"Rencananya, dia ingin mengucapkan terima kasih pada Arthur karena sudah menolongnya semalam. Jika tidak ditolong olehnya, entah apa yang akan terjadi denngnya. Membayangkan hal itu saja sudah membuatnya takut dan bergidik ngeri."Tuan Muda Arthur belum turun, Nyonya Muda."Setelah mengucapkan terima kasih pada Bibi Nian, Aileen membalik tubuhnya dan menaiki tangga menuju lantai 3. Di tengah anak tangga, dia berpapasan dengan Ava. "Jangan sekali-kali kau menggoda kakaku. Ingat, kau itu su
Aileen memperlambat langkah kakinya ketika mendekati pintu ruangan tunggu. Dari belakang, dia sudah bisa menembak siapa pria yang sedang mencarinya itu hanya dari penampilannya saja."Kau ... kenapa bisa di sini?"Pria itu seketika menoleh ke belakang ketika mendengar suara Aileen. Pria yang sedang menunggu Aileen adalah pria yang pernah ditolongnya di rumah sakit. Penampilannya yang serba hitam, membuatnya mudah dikenali. Dua kali Aileen bertemu dengan pria itu, dua kali juga dia berpenampilan seperti itu. Wajahnya pun tidak terlihat karena pria itu selalu mengenakan masker hitam dan kacamata hitam besar."Mencarimu," jawab pria itu. "Apa kau sedang sibuk? Aku ingin mengajakmu bicara sebentar di luar.""Apa yang ingin kau bicarkan denganku?"Mereka baru saja bertemu 2 kali. Aileen merasa tidak memiliki urusan lagi dengan pria itu, terlebih dia tidak mengenal pria itu sebelumnya. Keduanya pun sudah saling impas, Aileen sudah menolong pria itu, begitu juga sebaliknya."Hanya ingin men
"Geraldy Willis'Nama itu terus diulang-ulang oleh Aileen usai Kaira memberitahukan nama orang yang sudah disinggung oleh Aileen. Meskipun dia sering sekali mendengar nama tersebut, tapi dia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Geraldy adalah orang yang berpengaruh di dunia hiburan, terutama di industri perfilman.Orang tersebut memang jarang sekali tampil di media, baik media elektronik maupun media cetak. Jadi, tidak banyak yang mengetahui wajahnya. Aileen masih tidak mengerti, bagaimana bisa Cathleen menyinggung orang tersebut, sementara dia tahu kalau orang itu memiliki dampak besar pada karirnya jika sampai dia menyinggungnya.Meskipun Aileen tahu kalau Cathleen sering membuat masalah, tapi untuk urusan karirnya di dunia hiburan, Cahleen pasti akan berhati-hati. Tidak mungkin berani menyinggung orang sebesar itu, justru Cathleen akan menjilatnya jika dia memiliki kesempatan bertemu dengan orang penting di dunia hiburan untuk menaikkan karirnya.“Aileen tunggu!” Suara itu, menya
Dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, membuat Aileen menjadi bimbang. "Christian, aku mohon, izinkan aku pergi kali ini saja. Ini menyangkut pekerjaanku. Jika aku tidak pergi, aku tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi. Mungkin saja aku bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku janji akan langsung pulang setelah urusanku selesai."Melihat Christian diam saja, Aileen kembali membujuknya. Dia sengaja menampilkan raut wajah mengiba agar Christian mau berubah pikiran."Pergilah."Setelah mendengar itu, raut wajah Aileen langsung berubah. Dia terlihat sangat senang dan tidak menyadari raut wajah Christian Li berubah menjadi dingin.Mungkin karena terlampau senang, Aileen juga sampai lupa mengobati luka di dahi Christian. Dia bergegas membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian secepat mungkin dan pergi setelahnya.Sementara Christian nampak menatap ke arah pintu dengan sorot mata dinginnya setelah pintu kamar tertutup.*********"Di mana Jackson?" tanya Aileen setelah duduk berhadapan
“Christian, aku tidak bermaksud untuk …”“Cukup!” Christian menggerakkan tuas kursi rodanya, lalu memutar arah ke arah ranjang.“Biar aku bantu.” Aileen bergegas meraih tubuh Christian dan membantunya untuk naik ke tempat tidur. Tanpa mengatakan apa pun, Christian berbaring membelakangi Aileen.“Matikan lampunya.”Aileen hanya bisa menuruti perkataan Christian tanpa bisa membantah. Setelah mematikan lampu kamar, Aileen berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan bantuan penerangan lampu tidur. Tidak sampai 20 menit, Aileen sudah keluar dengan wajah segar. Setelah mengganti pakaiannya, dia naik ke tempat tidur dan berbaring menghadap Christian Li.“Christian, apa kau sudah tidur?” tanya Aileen hati-hati seraya terus memandangi punggung tegap pria itu.Melihat tidak ada respon apa pun dari Christian, Aileen kembali angkat bicara, “Maafkan aku. Aku sama sekali tidak pernah meremehkanmu. Sebenarnya, aku sejak tadi ingin pulang, hanya saja Jackson terus mengajakku bicara.
“Arthur, mari bercerai.”Arthur seketika membeku ketika mendengar itu. “Cerai?”Calina mengangguk. “Tiffany sudah kembali, kau juga sudah sembuh, sudah saatnya aku mundur.” Meski hatinya saat ini sangat hancur, tapi Calina berusaha keras untuk tetap bersikap tenang di depan pria yang kini sudah sepenuhnya mengisi hatinya.Ya, Calina sudah jatuh cinta pada pria yang dia nikahi berapa tahun lalu. Meski, di awal dia tidak memiliki perasaan apa pun, tapi nyatanya cinta perlahan tumbuh seiring kebersamaan mereka selama bertahun-tahun.“Apa Tiffany mendatangimu?”“Tidak," jawab Calina.“Lalu, kenapa tiba-tiba ingin bercerai?”Calina mengepalkan tangan dengan kuat demi menahan agar air matanya tidak keluar. “Aku tahu kau masih mencintai Tiffany. Aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian.”Arthur tampak terdiam. Namun, tatapan masih tertuju pada iris Calina. “Selain Tiffany, apa ada alasan lain yang melatarbelakangi kau ingin bercerai denganku?”"Maksudmu?""Apa kau sudah menemukan peng
Belum sempat mobil terparkir dengan benar, Jayden sudah keluar dengan langkah terburu-buru dengan ekspresi suram.“Bu, di mana Ayah?” tanya Jayden pada Aileen yang sedang duduk di ruangan keluarga dengan Alicia dan Steven“Ada di ruangan kerjanya, ada ...”Belum selesai Aileen bicara, Jayden sudah berjalan menuju ruangan kerja sang ayah yang berada di lantai bawah. Tanpa mengetuk, dia langsung membuka pintu dengan kasar, membuat Christian dan Ken yang berada di dalam ruangan itu terkejut dan menoleh bersamaan.“Jayden, apa kau sudah lupa cara mengetuk pintu? Di mana sopan santunmu?” tegur Christian.Jayden yang sudah terlanjur emosi, mengabaikan teguran sang ayah dan bertanya dengan marah, “Kenapa ayah menggusur pekampungan itu?'Christian mengerutkan kening sebentar, kemudian bertanya, "Perkampungan apa?""Jangan pura-pura tidak tahu," jawab Jayden, "Perkampungan yang berada di selatan kota, itu tanah milik Li's Corp, kan?"Sebelum menjawab pertanyaan sang putra, Christian meminta Ke
“Kakak, kau datang lagi?”Gadis kecil penjual kue itu langsung berlari ketika melihat Jayden sedang berjalan ke arah minimarket.“Hhmm,” gumam Jayden Li seraya mengangguk ringan. Seperti biasa, dia hanya menampilkan ekspresi biasa ketika berbicara dengan siapa pun.Berbeda sekali dengan gadis kecil yang berada di hadapannya itu, matanya tampak berbinar dan senyuman sangat lebar ketika menyambut kedatangannya.“Kak, maaf, kueku hari ini sudah habis. Tadi ada Paman baik hati yang membeli semua kueku,” ujarnya dengan wajah riang. Senyuman begitu polos, membuat siapa pun yang melihat akan merasa gemas.“Lihatlah. Sudah tidak tersisa.” Dengan antuasias gadis kecil itu menunjukkan wajah kue yang biasa gunakan untuk meletakkan kue kukusnya.Jayden melirik sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap gadis di depannya. “Aku ke sini untuk membeli sesuatu di dalam,” jawabnya datar.Gadis itu mengangguk tanda mengerti. “Oh, seperti itu.”Dia pikir Jayden datang untuk membeli kuenya, karena biasanya
"Sudahlah. Untuk apa juga aku perhitungan dengan anak kecil sepertimu."Daniel berlalu dari sana dan mendekati gadis kecil yang tampak sedang menunduk. Sebelum memeriksa gadis kecil itu, Daniel memanggil salah satu perawat yang ada di sana untuk mendekat.Jayden Li yang semula duduk dengan acuh tak acuh, akhirnya mendekat ketika melihat Daniel mulai mengobati gadis kecil itu.Ketika Daniel sedang membersihkan luka di bibir gadis itu, tampak dia mengigit bibir bawahnya seraya mengerutkan wajah.“Sakit?” Jayden Li yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bertanya pada gadis kecil itu.“Tidak, Kak.”Melihat senyuman gadis itu yang begitu lebar, entah mengapa justru membuat sudut hati Jayden terasa sakit.Kenapa gadis di depannya tidak menangis dan justru tersenyum? Sudah jelas itu sakit, tapi gadis di depannya tidak mengeluh sedikit pun.Jika itu terjadi pada adiknya, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan di rumah sakit itu. Adiknya pernah tidak sengaja terjatuh dan itu membuat kehebohan di
“Bangunlah.”Gadis kecil yang semula masih meringkuk, perlahan bangkit dibantu oleh Jayden Li usai ketiga preman itu dibuat tumbang dan babak belur.“Apa kau tidak apa-apa?”Gadis itu mengangkat kepala setelah membersihkan bajunya yang kotor. “Aku tidak apa-apa, Kakak. Terima kasih sudah menolongku.”Melihat gadis itu tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Jayden seketika tertegun. Dia menatap gadis di depan dengan alis yang hampir menyatu.Dia tersenyum?Setelah diinjak-injak dan dibuat terluka, dia masih bisa tersenyum selebar itu.Bagaimana bisa? Padahal, di wajahnya terdapat beberapa luka memar dan di bagian bibir bawahnya tampak mengeluarkan cairan merah. Sepertinya ada luka robek di bagian bibirnya. Tidak hanya itu, di bagian pelipis gadis kecil itu pun terdapat luka berupa garis memanjang yang juga mengeluarkan sedikit darah.Dengan umur seusainya, sangat wajar jika dia menangis histeris, tapi gadis kecil di depannya itu justru tersenyum. Jangankan menangis, mengeluh sakit pun
“Tuan Muda, silahkan.” Pengawal pribadi Jayden Li membuka pintu belakang setelah melihat anak bosnya keluar dari tempat latihan bela diri.Jayden mengangguk dengan wajah datar, kemudian memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.“Paman Rai, berhenti di depan. Aku ingin membeli sesuatu.”Rai, asisten pribadi Jayden yang sedang mengemudi mengangguk, kemudian menepikan mobil mereka di minimarket yang berada di sebelah kanan jalan. Mobil yang hitam yang sejak tadi mengikuti mobil Jayden Li ikut berhenti di belakangnya. Mobil sedan hitam itu berisi 4 orang pengawal berbadan tegap yang secara khusus ditugaskan untuk mengikuti Jayden Li ke mana pun dia pergi.“Paman Rai, kau di sini saja, aku hanya sebentar," ucap Jayden setelah tiba di depan pintu minimarket.“Tapi, ....” Rai ingin menolak, tapi Jayden kembali angkat bicara, “Tidak sampai 5 menit, aku sudah keluar. Jadi, Paman tunggu di sini saja.”Jayden membalik tubuh, kemudian meraih pintu dan masuk ke dalam. Tidak jauh dari minimarket
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau juga akan tahu,” Itu adalah jawaban yang paling aman agar Steven t
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau j
"Kenapa baru pulang?" Aileen menghampiri Christian yang baru saja memasuki kamar. "Alicia sejak tadi menangis mencarimu."Sejak dua hari yang lalu, Christian berada di luar untuk meninjau anak perusahaan mereka yang berada di kota sebelah."Maaf, Sayang. Pesawatku delay."Seharian ini, dia memang tidak sempat menghubungi Aileen. Biasanya, dia menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio agar bisa berbicara dengan sang putri yang memang sejak dulu sangat dekat dengannya.Alicia memang lebih dekat dengan Christian dibandingkan dengan Aileen. Itu karena Christian sangat menyayangi Alicia dan selalu memanjakannya, hingga terkadang membuat Steven menjadi iri."Dia sudah tidur?" tanya Christian seraya membuka kancing kemejanya."Sudah. Dia menangis selama 1 jam dan tidak mau berhenti meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Dia marah karena tidak bisa bicara denganmu.""Kalau begitu, aku akan melihatnya setelah mandi.""Apa kau ingin berendam?" Karena Christian baru saja melakukan pe