"Christian, ada apa?" Aileen menatap heran pada suaminya setelah tautan keduanya terlepas. Christian hanya diam. Dia mengatur napasnya yang tidak beraturan seraya menunduk menatap mata teduh Aileen. "Christian, ada apa denganmu?" tanya Aileen lagi karena tidak mendapatkan jawaban juga dari suaminya setelah beberapa detik berlalu. Bukannya menjawab, Christian justru menanyakan hal lain. "Kenapa kau memakai baju seperti ini?" Christian menatap Aileen yang sedang mengenakan tank top tali belakang leher beserta celana pendek yang nyaris sebatas pangkal paha. Rambut panjangnya digelung ke atas dan diikat tinggi memperlihatkan leher jenjangnya, membuat penampilannya terlihat seksi. "Aku merasa gerah. Memangnya kenapa?" Belakangan ini, saat berada di dalam rumah, Aileen sering mengenakan pakaian yang lebih terbuka dari itu, malam pun selalu mengenakan pakaian tidur tipis yang nyaris transparan dan Christian tidak pernah berkomentar. Jadi, merasa heran, kenapa tiba-tiba Christian m
"Apa kau suka?" tanya Christian. Aileen mengangguk dengan semangat dengan pandangan yang terus tertuju pada pulau kecil itu. "Suka sekali." "Kalau begitu, kita akan lebih sering berlibur ke sini." Mata Aileen seketika berbinar. Dia menoleh pada Christian dengan senyuman mengembang. "Benarkah?" "Iya, Sayang." Setelah melakukan perjalan udara selama kurang lebih setengah jam, mereka pun mendarat di landasan khusus helikopter yang lokasinya tidak jauh dari hunian mewah yang berada di pulau tersebut. "Selamat datang, Tuan Muda." Christian dan Aileen langsung disambut oleh orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga dan membersihkan pulau pribadi serta vila miliknya. Total ada 6 yang bekerja dengan Christian, termasuk dua wanita paruh baya. Ada hunian khusus untuk mereka di pulau itu. "Kenalkan, ini istriku. Aku ingin kalian melayaninya dengan baik selama di sini." "Baik, Tuan Muda," jawab mereka serempak. "Nyonya Muda, selamat datang di pulau ini." "Terima kasih." Setel
"Sayang, bangun." Christian mengusap wajah kiri Aileen dengan lembut dengan ibu jarinya saat melihat Aileen belum juga bangun. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Semalam, dia meminta untuk dibangunkan pagi-pagi sekali, tepatnya pukul 6 pagi karena dia bilang ingin mengelilingi pulau itu seraya menikmati segarnya udara pagi hari. Namun, kenyataannya Aileen belum juga bangun. Padahal, sudah beberapa puluhan kali Christian mencoba membangunkannya. Dari sebelum Christian mandi hingga selesai mandi, bahkan sarapan pagi pun sudah siap sejak pagi tadi. Tapi, Aileen masih tidur dengan nyenyak. "Cepat bangun. Kau bilang ingin jalan-jalan hari ini." "Aku masih mengantuk." Dengan posisi tidur menyamping, Aileen tampak masih bergeming. Hanya mulutnya saja yang bergerak. "Langit sudah terang, kau bisa tidur lagi nanti." "Biarkan aku tidur 5 menit lagi." Christian yang sedang duduk di tepi ranjang seraya memandangi wajah lelap Aileen tiba-tiba terseyum tipis mendengar
"Christian..!! Berhenti! Jangan lari." Aileen berusaha mengejar Christian yang sudah berlari menjauh setelah menurukannya. Baru saja dia dikerjai lagi oleh Christian. Pria itu berbohong mengenai rahasia yang dia punya. Kenyatannya, suaminya itu kembali menciumnya, tidak hanya di bibir, melainkan wajah juga di depan anak buahnya tanpa rasa malu. "Kemarilah, kejar aku kalau bisa!" teriak Christian yang sudah berdiri di pinggir pantai. "Lihat saja, jika kau tertangkap. Aku tidak akan membalasmu." Aileen berlari mengejar Christian. Keduanya berlarian di pinggir pantai. Sesekali Christian terkekeh melihat wajah kesal Aileen yang sejak tadi tidak berhasil menangkapnya. Padahal, Christian sudah melambatkan langkahnya. Tapi, Aileen masih belum juga berhasil menggapainya. Setiap Aileen mendekat, Christian akan mencipratkan air ke arah Aileen menggunakan kakinya hingga baju depan Aileen basah dan itu membuat Aileen semakin kesal. Tanpa sadar mereka sudah berjalan cukup jauh. Bahkan, me
"Christian, apa mereka berdua akan terus mengikuti selama liburan di sini?" tanya Aileen setelah melirik sekilas pada pengawal Christian dan Ken yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk. Saat ini, keduanya sedang duduk di pasir seraya menatap pemandangan pantai di depannya. Setelah selesai menelpon, Christian menghampiri istrinya yang sedang beristirahat di bawah pohon. "Iya," jawab Christian seraya menoleh pada Aileen. "Kenapa? Apa kau tidak suka?" Aileen menarik senyuman kaku di wajah, kemudian berkata, "Iya, aku merasa tidak nyaman." Dia merasa tidak leluasa jika terus diikuti oleh kedua orang Christian. Rasanya seperti sedang diawasi dan diikuti oleh paparazi. Setiap gerak-gerik mereka selalu dipantau dan diawasi. Jadi, Aileen merasa tidak bebas. "Maaf, Sayang. Kau harus menahannya. Ini demi kebaikan kita." Sebenarnya, itu semua Christian lakukan demi kebaikan istrinya. Aileen adalah kelemahannya. Orang yang tidak suka dengannya, pasti akan mengincar Aile
Ketika melihat wajah serius Christian, entah mengapa Aileen menjadi ragu sesaat. "Baiklah, aku akan berjanji. Sekarang katakan padaku, apa syaratnya?" "Aku mi—" Ucapan Christian seketika terhenti saat seorang pria tiba-tiba menghampirinya. Pria itu adalah orang yang akan mengemudikan kapal tersebut. "Tuan Li, semuanya sudah siap." Christian mengangguk, kemudian meminta pria itu untuk pergi lebih dulu. "Sudah saatnya kita berangkat." "Tapi, kau belum mengatakan persyaratannya," ucap Aileen seraya menahan lengan Christian Li. "Nanti kuberitahu setelah ke berada di kapal." Dengan lembut, Christian menarik tangan Aileen untuk naik ke kapal. Di belakang mereka ada Ken serta 2 pengawal yang terus mengikuti mereka. "Ini kamar yang akan kita tempati jika kita pulang menggunakan kapal pesiar ini?" tanya Aileen dengan wajah bersinar. "Iya," jawab Christian sembari menatap Aileen yang sedang berdiri di depan jendela kaca yang menghadap laut. "Bagaimana menurutmu?" "Bagus, aku
Keesokan harinya, Aileen terbangun lebih dulu. Dia menatap menatap Christian yang masih terlelap di sampingnya. Dia memiringkan tubuhnya agar bisa memandangi wajah suaminya yang terlihat semakin tampan dari hari ke hari. 'Sayang, ayahmu tampan sekali. Ibu tahu, kau pasti sudah bosan mendengarnya. Tapi, ayahmu memang sangat tampan. Semuanya terbentuk dengan sempurna. Semoga kau bisa mewarisi wajah rupawan ayahmu.' Karena merasa takjub dengan wajah suaminya, Aileen tidak tahan untuk menyentuhnya. Dengan gerakan pelan, Aileen menelusuri wajah Christian dengan hati-hati dan berhenti di hidungnya. "Aku suka sekali hidungnya," monolog Aileen dengan senyuman tipisnya. "Hidungnya mancung sekali." Batang hidung Christian lurus naik, ujung hidungnya lancip, tulang hidungnya berbentuk lurus dengan lubang hidung sempit. Bentuk hidung seperti itu, banyak diidamkan banyak orang. "Selain hidung, apa lagi yang kau sukai dariku?" Aileen seketika membatu saat melihat Christian tiba-tiba suda
“Apa kalian sudah menemukannya?” tanya Christian setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam lamanya. Sejak tadi dia terus menunggu dengan gelisah di depan vila. Raut wajahnya tampak lesu sekaligus cemas, penampilannya pun tampak berantakan. Dia bahkan belum mandi karena terlampau panik dan cemas memikirkan keberadaan istrinya. “Belum, Tuan Muda.” Ken baru saja datang untuk melapor kalau dia melihat alas kaki Aileen tertinggal di tepi pantai yang tidak jauh dari pelabuhan. “Apa ada yang menculiknya?” tanya Christian khawatir. “Saya belum bisa memastikan, Tuan Muda. Tapi, kemarin saya sempat melihat ada kapal yang berada di perairan tengah.” Christian meremas rambutnya dengan wajah frustasi. “Apa mungkin itu orang suruhan bibiku?” Mengingat masih ada tangan kanan bibinya yang belum tertangkap sampai sekarang dan menjadi buronan. “Saya juga tidak tahu, Tuan Muda. Kapal itu langsung menjauh setelah saya memerintahkan orang untuk mendekati kapal itu.” Christian berpikir se
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J