Keesokan harinya, Aileen terbangun lebih dulu. Dia menatap menatap Christian yang masih terlelap di sampingnya. Dia memiringkan tubuhnya agar bisa memandangi wajah suaminya yang terlihat semakin tampan dari hari ke hari. 'Sayang, ayahmu tampan sekali. Ibu tahu, kau pasti sudah bosan mendengarnya. Tapi, ayahmu memang sangat tampan. Semuanya terbentuk dengan sempurna. Semoga kau bisa mewarisi wajah rupawan ayahmu.' Karena merasa takjub dengan wajah suaminya, Aileen tidak tahan untuk menyentuhnya. Dengan gerakan pelan, Aileen menelusuri wajah Christian dengan hati-hati dan berhenti di hidungnya. "Aku suka sekali hidungnya," monolog Aileen dengan senyuman tipisnya. "Hidungnya mancung sekali." Batang hidung Christian lurus naik, ujung hidungnya lancip, tulang hidungnya berbentuk lurus dengan lubang hidung sempit. Bentuk hidung seperti itu, banyak diidamkan banyak orang. "Selain hidung, apa lagi yang kau sukai dariku?" Aileen seketika membatu saat melihat Christian tiba-tiba suda
“Apa kalian sudah menemukannya?” tanya Christian setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam lamanya. Sejak tadi dia terus menunggu dengan gelisah di depan vila. Raut wajahnya tampak lesu sekaligus cemas, penampilannya pun tampak berantakan. Dia bahkan belum mandi karena terlampau panik dan cemas memikirkan keberadaan istrinya. “Belum, Tuan Muda.” Ken baru saja datang untuk melapor kalau dia melihat alas kaki Aileen tertinggal di tepi pantai yang tidak jauh dari pelabuhan. “Apa ada yang menculiknya?” tanya Christian khawatir. “Saya belum bisa memastikan, Tuan Muda. Tapi, kemarin saya sempat melihat ada kapal yang berada di perairan tengah.” Christian meremas rambutnya dengan wajah frustasi. “Apa mungkin itu orang suruhan bibiku?” Mengingat masih ada tangan kanan bibinya yang belum tertangkap sampai sekarang dan menjadi buronan. “Saya juga tidak tahu, Tuan Muda. Kapal itu langsung menjauh setelah saya memerintahkan orang untuk mendekati kapal itu.” Christian berpikir se
"Sayang, kau naik ke atas duluan. Aku ingin bicara dengan Ken terlebih dahulu.""Baiklah."Mereka baru saja tiba kediaman Li malam hari setelah berlibur selama 5 hari di pulau pribadi Christian Li. Christian memutuskan untuk membawa Aileen kembali ke Kediaman Li setelah liburan mereka selesai karena tidak ada lagi yang tinggal di sana sekarang.Arthur dan Ava sudah kembali ke kediaman ibunya, sementara Qarina kembali ke kediaman Nyonya Caisa. Hanya sesekali mereka ke kediaman Li selama Christian berlibur. Mereka memutuskan untuk tinggal di kediaman masing-masing karena memang Christian Li sudah sembuh."Kakak Ipar, kau sudah kembali?"Saat tiba di lantai 2, Aileen tidak sengaja bertemu dengan Qarina yang baru saja turun dari lantai 3."Iya. Aku baru saja sampai."Qarina mengangguk ringan. "Aku dengar, Kak Christian menyiapkan pesta yang sangat mewah untuk hari ulang tahunnya lusa.""Aku tidak tahu. Christian tidak mengatakan apa-apa." Dirinya hanya tau kalau di pesta ulang tahun Chris
Melihat Christian terdiam sejak tadi, Aileen kembali berbicara, "Christian, aku akhirnya bisa memiliki hubungan baik dengan adik sepupumu, jadi biarkan aku menemaninya ke rumah sakit, ya? Aku sudah menyetujui permintaannya tadi, aku takut dia kecewa padaku jika tiba-tiba aku tidak jadi menemaninya."Christian tetap diam. Namun, tangannya membelai rambut hitam Aileen."Aku juga berencana untuk pergi ke salon & spa besok. Aku berencana minta ditemani juga dengan Qarina."Akhirnya, Christian menunduk setelah terdiam sejak tadi. "Untuk apa ke sana?""Lusa adalah hari istimewamu, aku ingin terlihat sedikit lebih baik agar tidak mempermalukanmu."Mengingat betapa cantiknya Tiffany, Aileen mendadak tidak percaya diri untuk mendampingi Christian di pestanya. Dia takut orang lain akan membanding-bandingkan dirinya dan mencemoohnya karena tidak secantik Tiffany."Jangan berpenampilan terlalu cantik di pestaku. Aku tidak mau ada lelaki yang menikmati kecantikanmu."Aileen menepuk pelan dada Chri
"Kalian tunggu di sini saja. Aku akan menemani Qarina periksa sebentar," ucap Aileen pada 3 pengawal yang sejak tadi terus mengikuti mereka."Baik, Nonya Muda."Dua puluh menit kemudian, Aileen dan Qarina keluar dari ruangan dokter dengan wajah bersinar. Terutama Aileen, dia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan bahagianya setelah mendengar perkataan Dokter mengatakan kalau janin dalam kandungannya sehat.Sebelumnya, Aileen sempat merasa khawatir terjadi apa-apa dengan kehamilannya. Belakang ini, Christian sering sekali menyentuhnya dan selalu berakhir dalam waktu yang lama. Itu sebabnya, dia merasa sedikit cemas."Setelah ini, kita mau ke mana lagi, Kak?"Keduanya sedang berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh 3 pengawal di belakang. Di tengah-tegah perjalanan, tidak sengaja berpapasan dengan Jackson yang sedang bersama dengan Managernya.Pria itu sedang memakai topi putih. Wajahnya tertutupi kacamata serta masker hitam. Meskipun begitu, Aileen tetap masih bisa mengenalinya. "Se
"Foto apa itu?"Aileen buru-buru melangkah pada Christian saat melihatnya membungkuk dan berniat mengambil foto itu."Christian, perutku sakit."Ketika mendengar itu, Christian yang baru saja akan menyentuh foto USG itu segera menegakkan punggungnya dan mendekati Aileen. "Memangnya, tadi kau habis makan apa?" tanyanya dengan wajah khawatir."Tadi aku makan makanan pedas terlalu banyak, makanya, aku sakit perut.""Mulai kedepannya, kau tidak boleh makan pedas lagi.""Tapi, suka." Semenjak hamil, dia memang lebih suka makan makanan pedas. Padahal sebelumnya, dia tidak terlalu suka makan pedas. "Aku tidak selera makan jika tidak pedas.""Iya, tapi aku tidak mau kau sakit."Setelah itu, Christian membungkuk dan mengangkat tubuh Aileen, lalu membawanya ke ranjang. Setelah membaringkan istrinya, dia duduk di tepi ranjang."Tahan sebentar, aku akan menghubungi dokter."Saat Christian akan bangkit, Aileen segera menahannya. "Tidak perlu. Aku sudah minum obat tadi, sebentar lagi obatnya pasti
Mata hitam Christian seketika bergejolak. "Bagaimana bisa Bibiku kabur?"Padahal, di sana ada 3 polisi yang berjaga di depan pintu. Tangan bibinya pun diborgol dan dikaitkan dengan tempat tidurnya. Jadi, tidak mungkin dia bisa melepas borgol itu tanpa memiliki kunci."Ada seorang perawat yang bekerja sama dengan Nyonya Fawlina. Mereka berhasil mengelabui polisi dengan cara bertukar tempat. Nyonya Fawlina keluar dari sana dengan menyamar sebagai perawat."Mata gelap Christian seketika mengeluarkan kilatan cahaya. "Apa posisi Bibiku sudah terlacak?""Belum, Tuan Muda. Polisi sudah menyebar orang untuk mencarinya dan Nyonya Fawlina sudah dimasukkan dalam daftar pencarian orang. Pihak kepolisian juga sudah mengajukan pencekalan keluar negeri dan pihak Imigrasi sudah mengeluarkan suratnya.""Kalau begitu, perketat penjagaan di kediaman ini, terutama untuk menjaga Aileen.""Baik, Tuan Muda. Saya juga akan menambah pengawal untuk melindungi Anda.""Tidak perlu. Alihkan semua pengawal untuk m
"Iya, Sayang" Christian yang masih berbaring sembari memeluk tubuh Aileen segera membungkuk dan mencium pucuk kepala istrinya. "Siang nanti akan aku bawakan makanan ke sukaanmu.""Iya. Hati-hati.""Sayang, aku harus pergi sekarang," ucap Christian seraya menunduk."Pergilah."Christian terkekeh pelan. "Bagaimana aku bisa pergi kalau tidak mau melepasku, Sayang?"Sejak tadi, Aileen masih terus memeluk tubuh Christian. Dia mengatakan Christian boleh pergi. Namun, dia justru semakin mempererat pelukannya."Aku tidak mau kau pergi."Christian kembali mengembuskan napas pelan, kemudian berkata, "Tadi, kau bilang aku boleh pergi?""Itu tadi. Sekarang aku sudah berubah pikiran. Aku tidak mau kau pergi. Jika ingin pergi, aku harus ikut denganmu."Christian menggeleng pelan sembari tersenyum tipis. Kesabarannya benar-benar diuji oleh istrinya. Meskipun begitu, dia tidak bisa marah sama sekali pada Aileen. Padahal, sebelum ini dia tidak pernah sekali pun bersikap sabar terhadap seseorang."Baik
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J