Share

Bab 39

Penulis: Hibatillah S.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 19:00:48
"Kau sampe kapan mau marah terus Bel?" Tanya Gara.

"Sampe aku lupa dengan kata-katamu yang menyakitkan."

"Kamu jangan marah lama-lama Bel. Pipimu jadi merah loh," goda Gara.

"Mana ada." Bella mengusap pipinya yang dikatai merah oleh Gara.

"Ada. Itu buktinya merah."

"Sudahlah Ra. Tidak usah berisik. Aku lagi nggak mau ngomong sama kamu."

Bella manarik baju seragam ganti di jok belakang. Ia langsung turun dari mobil Gara.

Blam!

Gadis itu membanting pintu mobil Gara dengan keras. Agaknya ia benar-benar kesal dengan Gara. Sedangkan si pemilik mobil hanya menghembuskan nafas pasrah. Lagi-lagi mereka bertengkar dengan masalah yang sama.

Keadaan sekolah sudah ramai saat Gara turun dari mobil. Bahkan sebagian siswa sudah turun ke lapangan untuk senam bersama.

"Ra!" Panggil Edo begitu Gara memasuki lantai dasar gedung A.

Gara berhenti melangkah demi menunggu sahabatnya.

"Muka bonyok masih berangkat sekolah?" Ledek Edo sambil terkekeh.

"Kayak mukamu lebih mulus aja Do. Itu kelompak mata masih bi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 40

    Bella kembali ke toilet di gedung B dengan wajah murung. Ia masih memegang seragam Gara di tangannya."Bel, kenapa?" Selidik Vanilla yang melihat kedatangan Bella seperti separuh kesadaran dirinya tertinggal."Nggak apa-apa kok La. Aku ganti baju dulu ya.""Nih rokmu Bel." Vanilla menyodorkan rok di tangannya yang langsung diterima Bella dengan diam.Gadis itu tidak bicara apapun lagi hingga saat dia selesai mengganti seragamnya."Loh, Bel. Seragamnya belum dituker?" Tanya Vanilla begitu melihat nama Gara di seragam itu saat Bella keluar dari toilet. Ukuran seragam itu juga tampak kebesaran di badan Bella."Nggak. Kak Gara lagi nggak ada di kelas." Bella beralasan."Ditelpon kan bisa.""Udahlah biarin. Nanti juga dia kelabakan kalau sadar seragamnya ketuker.""Biarin mampus sekalian. Kesel deh aku," batin Bella.Bella dan Vanilla kembali ke kelas. Mereka memulai pelajaran pertama nyaris tanpa suatu kejadian yang berarti. Semua lancar dan normal kecuali saat mata pelajaran jam pertama

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 41

    "Bel, kantin yok!" Ajak Vanilla."Kalian aja deh. Aku nggak laper," tolak Bella.Ia bukannya tidak lapar. Ia hanya malas menyaksikan Gara duduk sebangku dengan Sabia lalu gadis itu mepet-mepet suaminya sok ngasih perhatian."Yakin?" Tanya Vano."Titip beliin sesuatu nggak? Nanti kamu laper loh. Mumpung Vano lagi banyak uang nih katanya mau beliin kamu.""Iya ngomong aja Bel mau apa nanti aku beliin." Vano menimpali.Bella menggeleng. Ia malah merebahkan kepalanya di atas tumpukan tangan yang dilipat di atas meja."Nggak perlu. Kalian nikmati aja makan siangnya.""Yaudah kita tinggal ke kantin dulu ya," pamit Vanilla."Ya," jawab Bella singkat.Kedua teman akrabnya itu pun meninggalkan Bella seorang diri di dalam kelas. Mereka turun berdua saja.Setibanya di kantin Vano dan Vanilla melihat Gara duduk dengan Sabia dan juga Edo. Gara langsung bangkit mendekti Vano dan Vanilla begitu keduanya sedang mencari bangku kosong."Bella mana?" Tanya Gara."Di kelas Kak," jawab Vanilla."Nggak iku

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 42

    Bella latihan tari hingga sore. Karena sebentar lagi dia dan anak-anak seni tari lainnya akan perform untuk memeriahkan acara hari ulang tahun sekolah.Sepulang dari sekolah Bella langsung mandi dan tidur. Bahkan ia tidur masih menggunakan handuk kimono tanpa berganti baju lebih dahulu. Sepertinya Bella terlalu letih.Gara sengaja tidak membangunkannya. Ia menyusul Bella tidur saat hari telah malam. Karena sepi juga jika Bella sudah tidur. Gara merapikan selimut Bella dan memeluknya sebelum ia terlelap.Beberapa saat lamanya Gara tidur Bella justru terbangun."Ra... Ra..." Panggil Bella sambil mengguncang bahu Gara."Hmmm..." Gara hanya bergumam. Terlalu mengantuk untuk bangun."Ih, bangun dong Ra."Gara merapatkan pelukannya untuk melanjutkan tidur. Benar-benar mengantuk."Sagara Rihandaaaa!!! Bangguuunnnn!!!" Bella berteriak keras di telinga Gara. Cara itu sukses membuat Gara langsung bangun."Ngapain sih Bel?" Tanya Gara dengan wajah merengut. Ia sepertinya marah karena dibangunkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 43

    Gara dan Bella baru datang ke rumah sakit saat Edo tertunduk lesu bersama Mamanya Revan."Tante," panggil Gara. Bocah itu kemudian menyalami Mamanya Revan bergantian dengan Bella.Gara memperhatikan kondisi Revan yang masih terpejam erat."Gimana dengan Revan, Do?"Edo menggeleng sambil meremas rambutnya."Tidak terlalu baik Ra."Mamanya Revan tertunduk. Air matanya bercucuran. Sementara Bella berusaha menenangkan Mamanya Revan.Gara tidak menyangka penganiayaan itu berakibat sefatal ini."Revan, aku mohon bertahanlah," batin Gara.Kemudian datang beberapa perawat bersama dokter"Mohon maaf adek-adek semuanya bisa tunggu di luar sebentar? Pasien akan dipiksa terlebih dahulu," ucap seorang perawat wanita itu dengan sopan.Tiga bocah itu langsung keluar meninggalkan Mamanya Revan bersama para perawat dan dokter. Lama sekali para perawat dan dokter itu tidak kunjung keluar. Edo sampai gelisah menunggunya. Kentara sekali jika ia sangat khawatir dengan Revan."Duduk sini dulu kenapa sih Do

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 44

    Gara, Edo, Bella dan keluarga Revan menjadi orang yang paling akhir meninggalkan pemakaman. Rasanya mereka masih tidak percaya jika jasad yang baru saja dikebumikan itu adalah Revan.Ribuan tetes air mata mengiringi kepergiannya. Tak perduli bahkan jika mata telah menjadi sembab karenanya. Seolah tangis saja tidak cukup untuk menyatakan betapa mereka sangat kehilangan sosok Revan."Ra..." Bella mengusap bahu Gara untuk menenangkan begitu mereka sudah berada di dalam mobil.Grep!Gara menarik Bella ke dalam pelukannya. Sekarang ia merasa berhutang janji pada Revan untuk menjaga Bella."Yang tabah Ra. Kak Revan pasti nggak mau lihat kita kayak gini.""Bel, aku akan mempertaruhkan apapun untuk menjagamu. Aku tidak mau lagi kehilangan orang-orang yang aku sayangi dalam hidupku."Bella tahu jika Gara terlalu emosional. Kehilangan Revan pasti membuatnya sadar jika sesuatu baru terasa berarti keberadaannya saat ia sudah pergi."Kau tahu aku lebih hebat darimu. Jadi jangan khawatir Ra.""Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 45

    "Raa!" Panggil Sabia.Gara menoleh. Ia berhenti di tangga. Sabia buru-buru berlari mengejarnya dengan wajah ceria.Grep!Sabia menggandeng lengan Gara tapi Gara buru-buru melepaskannya."Ra, kita sore ini latihan untuk peragaan busana ya."Gara sengaja menciptakan jarak agak jauh dari Sabia."Aku nggak bisa Bi. Aku harus ke rumah Revan." Gara beralasan."Revan lagi? Kan dia udah dimakamkan juga ngapain sih repot-repot kesana?"Gara melotot."Kamu nggak ada sedih-sedihnya Revan meninggal?" Tanya Gara."Ya kenapa harus sedih sih? Kan momen itu udah lewat. Harusnya kamu pun udah nggak sedih lagi Ra. Kamu tau nggak justru sekarang tu waktunya kita seneng. Akhirnya penghalang kita untuk bersatu telah hilang.""Bi...""Ya Ra?" Sabia tersenyum senang karena dipanggil Gara."Kamu waras nggak sih sebenarnya?" Kata Gara dengan nada tajam. Setelahnya laki-laki itu pergi meninggalkan Sabia yang syok dengan ucapan Gara."Ra, sekarang apa lagi sih alasanmu?" Sabia mengejar Gara."Revan udah nggak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 46

    "Robek lagi bibirmu Ra?" Tanya Bella yang memperhatikan wajah suaminya."Besok-besok aku bakal bilang ke Pak Freddy deh biar nggak terlalu kasar kalau ngelatih kamu."Gara menggeleng."Nggak apa-apa. Kalau Pak Freddy serius aku kan jadi lebih sungguh-sungguh latihannya. Berasa memang menghadapi musuh yang nyata." Gara melepaskan kaos yang dikenakan kemudian menuju laudry room sambil membawa keranjang berisi pakaian kotor yang menggunung."Mau kemana Ra?" Tanya Bella heran."Cuci baju," jawab Gara singkat.Memang semenjak Bibi Ina mudik tak ada yang mencuci baju. Para pekerja pengurus rumah hanya bersih-bersih saat pagi. Dan mereka di larang oleh Gara untuk masuk ke kamarnya. Pasalnya Gara memang tidak suka kamarnya dimasuki orang lain. Sebab itu Gara selalu mengambil alih pekerjaan beres-beres kamar. Bahkan tanpa Bella ketahui sejak Gara menikah dan tinggal di rumah ini ia selalu mencuci pakaiannya sendiri tanpa mau dicucikan Bibi Ina.Bella menyusul Gara."Kenapa nggak di bawa ke lau

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 47

    Hari peringatan ulang tahun berdirinya sekolah SMA Swasta di gelar hari ini. Aula sekolah sudah di sulam dengan pernak-pernik dekorasi yang megah."Ra, serius kamu nggak mau ikut lomba. Padahal hari itu kamu menyanggupi." Sabia masih mengejar Gara."Aku nggak bisa Bi. Soalnya nggak pernah latihan."Hilang sudah harapan Sabia untuk tampil bersama Gara. Padahal ia sudah membayangkan berjalan anggun sembari digandeng Gara. Mengapa semua hal yang dulunya mulus sekarang malah rusak berantakan."Ya, kamunya sih kenapa setiap diajak latihan ngilang dengan seribu alasan." Sabia terlihat sebal."Aku punya kesibukan lain." Gara beralasan."Kesibukan apa yang terus-terusan bikin wajah kamu bonyok?" Selidik Sabia. Gadis itu memang gadis yang berbahaya. Pertanyaannya kerap membuat orang gelagapan."Udah lah Bi, itu bukan urusan kamu. Jangan kepo jadi cewek," tukas Gara."Kok kamu jadi jahat gini sih Ra?""Kamu yang duluan jahat sama aku.""Kenapa diungkit lagi? Kan udah berlalu juga. Aku juga udah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 103

    "Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 102

    SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 101

    "Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 100

    "CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 99

    Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 98

    Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 97

    "Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 96

    Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 95

    Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi

DMCA.com Protection Status