Pemandangan pertama yang menyambut Effendy adalah pemandangan yang membuatnya merasa entah mengapa, sesak di dalam.Eleanor duduk di sisi ranjang, menoleh menatapnya dengan mata yang memerah. Lalu mata coklat itu melebar."Chislon..."Tidak ada kemarahan dalam suaranya, seperti yang di ekspektasikan Effendy. Alih-alih marah, suara Ele seperti membawa jejak kelegaan ketika melihatnya. Atau itu hanya perasaannya saja?Pelan, Effendy mendekat, melihat bayi menggemaskan itu terbaring dengan selang oksigen, dia merasa semakin sakit."Dia...kenapa?" Tanya Effendy dengan suara berat."Pneumonia," jawab Ele. Wanita itu mengusap dahi putranya sebentar lalu melanjutkan, "Dokter bilang dia aka segera membaik, aku percaya itu.""Boleh... Boleh aku menyentuhnya?"Demi apapun, Chislon tahu diri. Ada banyak kesalahpahaman yang terjadi antara dia Dea Eleanor, terutama berkaitan dengan bayi ini. Dia sudah terlanjur menyayangi Kaisar, dan kemudian di akhir dia tahu kalau DNA Kaisar cocok dengan Ele. Di
Winatama menghela napas berat melihat kamar utama Kediaman Abimanyu yang di tempati sang tuan muda tak kunjung terbuka selama tiga hari terakhir. Effendy menolak keluar kamar, tidak ingin di ganggu selama lima hari itu. Dia sebenarnya ingin memberitahu beberapa informasi lanjutan, namun itu terasa sulit sekarang karna Effendy seperti diam di dunianya sendiri.Winatama memutar tubuh, bermaksud kembali. Laki laki bersetelan casual itu terhenti ketika terdengar pintu terbuka. Dia menoleh, melihat Effendy keluar dengan keadaan rapi dan tidak berantakan, hanya saja Winatama dapat melihat bawah matanya yang sedikit menggelap seperti dehidrasi."Kamu disini?" Effendy mengangkat alisnya."Saya ingin menyampaikan beberapa informasi.""Informasi tentang apa?""Tentang Nona Ele-""Itu tidak berguna lagi." Tukas Effendy. Ekspresi datar sekali. Dia berjalan ke dapur dan mengambil segelas air. Para maid yang melihat langsung memasang ekspresi lega, pasalnya sang tuan memang mengunci diri dan tidak
Eleanor menggendong Kaisar yang terus menangis, berusaha menenangkannya. Mereka sudah berada di depan ruang perkawinan. Berkas berkas mereka sudah di urus oleh Andika sebelumnya. Laki-laki itu meminta KTP dan dan berkas berkas personal Ele untuk kelengkapan yang diserahkan pada asistennya, Junaedi, yang sekarang setia mengawal mereka. Laki laki itulah yang mengurus kelengkapan persyaratan pranikah mereka."Seharusnya kamu menuruti perintahku untuk membiarkan ia di asuh Bu Ratmi dulu," tegur Andika dengan airmuka tidak senang. "Lihat, semuanya jadi chaos kalau begini."Ele tak menjawab, dia terus berusaha menenangkan Kaisar. "Aku harus menyusuinya," ungkap Ele pula. Andika mendengus gusar secara halus. "Yasudah, ke toilet saja." Ucapnya. Dia merasa sedikit kesal dan memilih duduk di kursi yang di sediakan di luar. Junaedi hanya berdiri tenang di sana seolah ia transparan.Eleanor dalam diam melangkah ke toilet wanita untuk menyusui bayinya. Kaisar akhirnya bisa tertidur. Dia bergegas k
Begitu keluar dari mobil, Effendy tidak sedikitpun menatap Ele. Dia berjalan lurus masih menggendong Kaisar yang terus tertidur. Ele mengekor sampai ke dalam kamar bayi, dimana Effendy perlahan lahan meletakkan putranya di ranjang khusus miliknya.Tidak ada yang berubah dari kamar bayi itu, masih seharum dan sehangat biasanya.Lama, Effendy berdiri memandangi Kaisar sambil membelakangi Eleanor. Ele menjadi serba salah. Dia hanya bisa berdiri mematung.Ponsel di saku celana Effendy bergetar, laki laki itu mengeluarkan gawainya, melihat ada pesan masuk dari Andika.[Kamu tidak bisa membawanya. Aku akan datang mejemputnya, Eleanor telah menandatangani surat perjanjian denganku, jika dia melanggarnya, aku bisa menyeretnya ke penjara.]Effendy mengerutkan alisnya. Dia membalik.Saat Eleanor hendak membuka mulut, Effendy telah berlalu ke pintu, dia menatap Ele sembari memegang gagang pintu, "Keluar." Pintanya dengan tatapan tajam. Ele hanya bisa menurut."Aku minta penjelasanmu sekarang jug
Eleanor menatap heran pada Effendy, namun sebelum mulutnya kembali bertanya lebih jauh, pintu telah di ketuk dari luar.Ketika Effendy membukanya, ia melihat Ambar berdiri dengan ekspresi cemas, "Tuan, dokter Andika datang bersama Polisi, ingin menemui Tuan."Mendengar perkataan Ambar, Effendy tidak menunjukkan reaksi apapun."Beritahu mereka, aku akan turun ke bawah.""Baik,"Ambar pun meninggalkan kamar Tuannya. Effendy menatap pada Eleanor yang kini telah berdiri di sisinya."Mari, kamu harus ikut denganku dan meluruskan semuanya."Saat mereka turun ke ruang tamu, Andika sudah duduk di sana bersama dua orang petugas kepolisian. Effendy duduk di depan mereka. "Ada apa tuan-tuan di ikutsertakan menemui saya?" Tanya Effendy pada kedua petugas kepolisian itu. Sedang Andika hanya menatapnya dengan senyum miring."Kamu sudah menyalahi aturan, Chislon. Aku membawa kedua penegak hukum ini agar kamu bisa sekaligus di amankan."Effendy tahu, bahwa tidak akan semudah itu kedua penegak kepoli
Sepanjang hari, Eleanor tak pernah mengajak Effendy bicara. Dia menghabiskan waktunya di kamar Kaisar. Saat hari telah beranjak sore, Ele terlihat meninggalkan kamar bayi dan berjalan ke lantai bawah. "Mau kemana?" Effendy lekas lekas menyapa.Eleanor mengacuhkannya. Dia terus menuruni tangga ."Kamu lapar? Tadi aku sudah suruh maid mengantar makanan siang ke kamar Kaisar...""Aku kenyang." Jawab Ele singkat padat dan jelas. Dia terus berjalan ke pintu utama dengan Effendy yang berjalan menyusul dengan langkah lebar.Ketika Ele telah sampai di pintu keluar dan hendak pergi, Effendy menahan tangannya. "Tunggu dulu. Kamu mau kemana?""Mau ke apartemen, aku butuh membersihkan diri.""Memangnya kamu tidak bisa mandi disini?" Effendy mengernyit. "Kamarmu di lantai bawah itu tidak kekurangan pakaian," cetusnya kemudian. Ele menatap Effendy sekejab. Tanpa mengatakan apapun dia berjalan ke kamar lamanya. Kamar yang ia tempati dulu saat dia datang sebagai istri Chislon, juga kamar yang sama s
Eleanor tak menyangka bahwa hal yang tak pernah berani di impikannya menjadi nyata. Dia, Effendy dan Kaisar menjadi sebuah keluarga yang utuh. Subuh itu, Ele terbangun dengan Effendy di sisinya. Sebuah perasaan nyaman yang sudah demikian lama tak dirasakannya. Rasa hangat yang menjalar dan membuatnya merasakan kebahagiaan.Dia menatap Effendy berlama-lama, mencium pipi laki laki yang masih tertidur tenang itu dan bergegas bangun untuk melihat putranya.Ketika Ele masuk ke kamar Kaisar, dia melihat putranya masih tertidur lelap. Ele akhirnya berinisiatif turun ke dapur, dia bertemu beberapa maid yang baru bangun. Sepertinya mereka yang bertugas di dapur hari ini.Para maid yang ada masih merasa bingung dan heran dengan kehadiran Eleanor. Namun mereka memilih bersikap biasa akhirnya."Nona, hendak membuat apa?""Nona? Jangan memanggilnya Nona, dia adalah Nyonya Eleanor, istri Tuan Abimanyu." Tukas Ambar yang sedang mengkoordinir dspur. Sang kepala maid menoleh pada Ele dan tersenyum se
Eleanor baru saja selesai menyusui Kaisar ketika Maritha menemuinya untuk melapor di kamar sang bayi."Nyonya, Nyonya Dewi ingin bertemu dengan Anda."Ele sedikit mengernyit. "Mengapa dia tidak langsung masuk kesini?""Maaf, Nyonya, tapi Tuan Effendy tidak mengijinkan siapapun dari keluarga Bimantara masuk jika tidak mendapat persetujuan dari dia ataupun Anda.""Em, kamu sudah memberitahu Tuan?"Maritha menggeleng. "Nyonya ada disini, Tuan sedang di kantor, jadi saya seyogyanya memberitahu Nyonya saja."Eleanor mengangguk mengerti. Setelah memastikan putranya sudah benar-benar terlelap, Eleanor pun bergerak turun. Maritha sudah mendahuluinya. Saat ia tiba di ruang tamu, Maritha baru saja mempersilakan Dewi masuk dan duduk.Wanita itu terlihat tidak secemerlang biasanya. Gerak geriknya lemas. Ketika ia melihat Ele, Dewi bahkan tak sanggup tersenyum.Ada rasa iba yang merayap di hari Ele. Namun dia tak tahu harus menyapa bagaimana. Dia akhirnya hanya diam menunggu ibu kandungnya bicara
Tiga hari berlalu, Eleanor yang menyibukkan diri merawat Kaisar memilih untuk tidak menaruh harapan besar. Dia hanya ingin melihat, sejauh apakah usaha Effendy mematahkan dugaan perselingkuhan yang dia saksikan.Menepati janjinya, pagi itu Effendy kembali datang ke kediaman Winata.Namun kali itu, dia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan Indo-Prancis yang Ele kenali sebagai Irliana. Perempuan yang berciuman dengan suaminya.Gemma membawa Kaisar bermain -main ke taman, Gemmi turut nimbrung bersama kakaknya ke sana.Di ruang tamu, Eleanor duduk bersama Ayahnya. Sedang Anita memilih untuk tidak turut campur. Dia tidak menampakan dirinya di ruang tamu.Sultan mempersilakan Effendy dan Irliana duduk. Memindai sosok Irliana sejenak, lalu laki laki itu bicara. "Saya mendengar, putri saya meminta Anda memberikan bukti kalau Anda memang tidak berselingkuh."Effendy mengangguk, "Ini Irliana, perempuan yang merupakan sahabat masa kecil saya, juga yang disalahpahami sebagai selingkuhan sa
Effendy tahu bahwa Sultan Winata adalah salah satu orang terpandang yang cukup famous di negeri ini. Yang membuat dia terkejut, adalah kenyataan yang dia terima bahwa Eleanor adalah putri Sultan Winata bersama dengan Dewi Bimantara. Kedua orangtua dari istrinya ternyata masih hidup.Sekembalinya ke kediaman, Effendy di kabarkan oleh salah satu maid bahwa ada sebuah paket untuknya. Ketika dia membuka, itu adalah surat perceraian, yang menunggu tanda tangannya.Secepat itu?Effendy meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. Dia tidak akan Sudi menandatangi surat perceraian itu. Chislon merasa hatinya menjadi dingin dan sakit, dia merasa Eleanor tengah membalasnya. Dulu, dia yang melayangkan surat cerai pada istrinya.Effendy tak ingin menunggu waktu yang lama, dengan mengendarai mobilnya, Chislon menuju kediaman Sultan Winata. Dia tidak merasa kesulitan karna alamat itu begitu gampang dia peroleh dari Mahesa.Kediaman Sultan Winata masuk dalam kawasan elit. Ketika ia turun da
Berita tentang Adallard Quentin yang melakukan kekerasan pada istrinya langsung menjadi konsumsi publik, perihal semua perlakuannya yang terekam di siarkan langsung ke sosial media.Kepolisian Indonesia akhirnya menyerahkan kasus itu pada Polisi Prancis. Berbeda dengan sebelumnya, polisi Prancis tidak bisa berbuat banyak atau menutup mata karna tekanan publik.Irliana kembali ke Prancis untuk menghadiri sidang putusan dan juga untuk pengajuan perceraian terhadap suaminya. Dia berjanji pada Effendy akan kembali ke Indonesia setelah urusannya selesai. Dia berharap, Effendy juga bisa segera menemukan keberadaan Eleanor. Wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan maaf berulangkali.Effendy melepasnya di bandara, hanya mengangguk atas semua ucapan ucapan Irliana."Kabari aku jika sudah menemukan istrimu, aku akan kembali ke Indonesia untuk membantu menjelaskan semuanya... Aku juga ingin meminta maaf secara langsung padanya..." Itu adalah ucapan terakhir Irliana sebelum beran
Harapan Effendy meredup, sampai keesokan hari, istri dan anaknya tidak pulang ke rumah. Sedang Irliana untuk sementara dia izinkan tinggal di kediaman utama agar bisa langsung memberikan klarifikasi jika Ele kembali sewaktu-waktu.Eleanor bak di telan bumi, ponselnya tidak dapat di hubungi. Effendy sampai menggunakan nomor baru untuk menghubungi, namun tetap tidak bisa. Itu menandakan kalau Ele mungkin sudah berganti nomor saat itu juga.Ketika Chislon memutuskan untuk datang ke panti asuhan ke esokan harinya, dia tidak menemukan Eleanor di sana, bahkan menurut sang bunda, Ele tidak datang ke sana sama sekali.Rasa bersalah, marah, cemas dan khawatir membuat Chislon merasa tidak tenang. Dia berdiri di balkonnya, mengerahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan sang istri."Aku benar-benar minta maaf, Chislon." Irliana menghampiri Chislon yang berdiri di balkon lantai dua. Laki laki itu baru saja mengecek laporan dari orang-orangnya yang masih nihil."Sekalipun kamu meminta maaf rib
Ketika Effendy tiba di rumah yang di tempati Irliana, dia melihat sosok Adallard yang berdiri bersandar di sisi mobil miliknya. Laki laki dengan cambang halus yang menghiasi dagunya itu tersenyum miring ketika berhadapan dengan sosok Effendy.Keduanya berhadapan -hadapan dengan tinggi tubuh yang tampak setara. "Effendy Chislon Abimanyu," eja Adallard menilai laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. Dia membuka mulutnya dan berbicara dalam bahasa Prancis, dengan suara rendah dan manipulatif. "Aku sudah tahu, kamu, memang Chislon yang itu. Sahabat masa kecil istriku...." "Irliana tidak suka dengan kehadiranmu." Tandas Chislon dalam bahasa Prancis."Siapa yang perduli," Adallard mengangkat bahu dan tertawa pendek. "Seberapa kuatpun kamu berusaha melindunginya, apakah kamu pikir hukum akan melindungi seorang laki laki yang menyembunyikan seorang wanita dari suaminya?""Kamu tidak pantas menjadi suaminya." Effendy tersenyum sinis, menghunus lawan bicaranya dengan pandangan tajam l
Effendy terbangun pagi itu, menyadari dia tertidur semalaman sembari memeluk istrinya. Eleanor masih lelap, wanita itu sepertinya tidak sadar membalas pelukan suaminya. Laki-laki itu sudah bermaksud membereskan permasalahan mereka hari ini. Dia tidak bisa membiarkan Ele dalam persepsi salah tentangnya lebih lama.Dia mengusap rambut Eleanor, mencium dahinya. Saat itu, Ele terbangun. Sang istri tampak terkejut menyadari posisi mereka dan langsung melepaskan diri, menjauh lalu perlahan bangun dari tempat tidur.Sebelum Effendy bicara apapun, Ele telah bergerak masuk ke dalam kamar mandi.Effendy hanya bisa menghela napas kasar. Dia pelan bangkit, bermaksud mengecek bayinya lebih dulu. Nyatanya Kaisar belum bangun. Ketika dia kembali ke kamarnya, Eleanor sudah keluar dari kamar mandi.Merasa Ele masih belum bisa di ajak bicara, Effendy akhirnya masuk ke kamar mandi. Dia berencana tidak akan ke kantor hari ini. Saat Effendy keluar, dia mendapati istrinya tak lagi ada di sana. Selagi ia me
Ketika ia terbangun, Effendy lekas membasuh wajahnya, lalu bermaksud keluar untuk kembali mencari ponselnya. Itu baru menjelang pukul enam pagi.Effendy melihat Irliana berada di dapur, sibuk memasak sesuatu. Mungkin sarapan pagi. Ketika dia melihat Effendy, Irli mendekat dan menyodorkan sebuah benda dari balik celemeknya."Ini ponselmu, aku lihat ketinggalan di pantry," kata Irli pula. Effendy sedikit berpikir, semalam ia mencari sampai kesana, namun dia tidak menemukan gawai tersebut di meja pantry. Atau dia hanya kurang memperhatikan?"Terimakasih," sambut Effendy pula. Irli menjadi lebih diam."Kamu sudah akan kembali?" Tanya wanita itu setelah kesunyian mengendap di antara mereka beberapa ketika."Ya,"Irli terdiam sejenak, "Aku membuatkan sarapan untukmu, apa tidak bisa menunggu?"Tak tega melihat wanita itu semakin kecewa, Effendy mengangguk. Lagipula itu hanya nasi goreng, lima menit kemudian telah matang.Maka keduanya pun sarapan di meja makan dengan duduk berhadapan muka. S
Supermarket terdekat dari rumah yang ditempati Irliana bukan supermarket besar. Wanita itu akhirnya memilih pergi berbelanja untuk mengisi waktu. Selain itu, Irliana adalah seorang yang suka memasak dengan tangannya sendiri.Penjagaan dari para guard Abimanyu masih terus ketat di sekitarnya, namun tidak membuatnya risih. Lagipula, setiap keluar Irli selalu menggunakan topi, kacamata dan masker supaya dia tidak di kenali. Wanita itu menyusup di salah stand dan mulai memilih sayuran.Di sampingnya, mendekat seorang lelaki dengan keranjang troli, mulai turut memilih sayuran. Irli tidak menatap atau memerhatikan sosok di sampingnya. Dia memilih fokus memilah milah sayuran untuk menu yang di masaknya malam ini. Irli merasa antusias, dia ingin mengundang Effendy nanti."Begitu manis, pasti suami Anda bahagia punya istri seperti Anda." Seseorang berbicara dalam bahasa Prancis.Seperti mendengar suara dari neraka, Irli tersentak. Suara serak dan manipulatif itu sangat di kenalnya. Dia menole
Beberapa hari berlalu dengan normal. Akhir-akhir ini Effendy pulang ke rumah tepat waktu, bahkan dia mengambil cuti dua hari untuk membawa Ele dan Kaisar berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya. Meski kecurigaan Ele mengendur, namun dia tetap tak lantas berhenti lama sekali.Pagi itu, Effendy memutuskan ke kantor karna ada meeting tentang pemetaan program di Maluku, mengenai usaha tambang Ab Gallia yang ada di sana.Ketika dia mandi, Ele tengah merapikan seprei. Saat dia menimbang akan mengganti seprei itu dengan yang baru, wanita itu melihat layar ponsel suaminya menyala. Effendy terbiasa menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Terbawa penasaran, Ele mendekat dan melihat notifikasi.[Kapan mengunjungiku? Aku bosan.]Kata terakhir di bubuhi emoticon sedih. Ele membaca nama yang tertera di sana. Irry L.Siapa Irry L?Eleanor melihat ke arah pintu kamar mandi nun di sana, masih mendengarkan bunyi shower yang menderu tanda suaminya masih dalam aktivitas mandin