Dewi Bimantara bulan main kecewanya. Wanita itu bahkan masuk ke mansion kediaman Bimantara dengan linglung sehingga para maid langsung menyapa untuk memastikan sang nyonya baik-baik saja. Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu bertanya dengan suara lemah."Dimana Tuan?""Tuan sedang berada di ruang kerjanya, Nyonya."Dewi mengangguk pelan. Cakra memang sudah lebih banyak kerja di rumah karna tubuhnya yang rentan sakit akhir akhir ini.Dewi menghempaskan tubuh di atas sofa di ruang tamu maha luas itu, tak dapat memalingkan diri dari kebohongan anaknya.Ashley mencurangi Chislon, sehingga lelaki itu melepas isterinya. Eleanor. Mengingat Ele, putrinya yang lain, Dewi teringat akan kehamilan wanita itu. Tidak pernah dia tanyakan siapa ayah dari anak putrinya, karna merasa khawatir Eleanor tidak akan suka di tanyai. Namun melihat pada timeline dan usia kandungan Ele yang sudah membesar, apakah itu anaknya Chislon? Memikirkannya, membuat Dewi semakin pusing.Saat itu, pintu depan man
Eleanor tak ingin melahirkan di rumah sakit Syailendra, dia tidak ingin bertemu dengan Andika, yang akan menghubungkannya dengan Chislon. Dia benar-benar ingin menjauh sepenuhnya dari Chislon dan orang-orangnya. Dia sudah membicarakan dengan sang bunda kalau dia ingin melahirkan di Rumah Sakit Melati saja. Rumah sakit minor di kota mereka. Dan sang bunda mengiyakan.Sejak malam, Ele terus menahan sakit karna kontraksi. Pagi itu kontraksi yang di rasakannya semakin sering, sang bunda memaksanya untuk makan agar dia memiliki cukup energi.Setelah Ele merasa bahwa dia tidak tahan lagi, maka diapun di larikan ke rumah sakit Melati. Sang bunda menghubungi Tristan dan Miranti, mengingat sepasang suami istri itu berpesan untuk menghubungi mereka jika Ele hendak melahirkan.Ele di antar menggunakan mobil wanita itu sendiri, Pak Wiranto, kakak dari sang bunda yang mengemudi.Ketika sampai di sana, Tristan dan Miranti telah menunggu dengan raut cemas.Ele di masukkan ke bangsal bersalin kelas s
Effendy melakukan penerbangan mendadak dari Singapura setelah mendengar kabar bahwa Ashley akan melahirkan malam itu. Dia berjalan dengan tubuh tegap, namun wajahnya tak dapat menyembunyikan sebentuk perasaan aneh. Dia akan menjadi seorang ayah.Ketika dia dan dua bodyguard kepercayaannya tiba di depan ruangan bersalin VVIP rumah sakit Syailendra itu, tidak ada yang menunggu di depan ruangan.Pintu ruangan terbuka, lalu wajah Dewi muncul, wanita itu tersenyum ketika melihat Effendy, meski senyum itu tak sampai ke mata."Persalinannya lancar, masuklah."Effendy berjalan masuk, ada sekelumit rasa bersalah dihatinya karna tak menemani Ashley ketika berjuang melahirkan bayinya. Perjalanan bisnisnya di Singapura memang sangat krusial dan dia mengira Ashley bisa menunggu beberapa Minggu lagi.Saat dia masuk, dilihatnya Ashley berbaring setengah bersandar di headboard ranjang, ada sebuah box bayi disana. Yang ada di dalam ruangan itu hanya Dewi, Ashley, dan seorang suster yang langsung berp
"Bayinya kenapa?" Ashley yang bicara lebih dulu, rasa kantuk yang tadi masih bersarang di matanya lenyap seketika. Wajah Yanti tampak pucat dan gugup. Mereka mendengar Astakara menangis keras. Dengan gusar, Ashley menyenggol tubuh Yanti dan bergegas ke kamar bayi. Wajahnya lebih kepada marah daripada cemas. Kalau terjadi apa-apa dengan Astakara, dia tak tahu senjata apa yang dapat digunakannya lagi untuk mengikat Effendy.Ira menggendong sang bayi yang menangis rewel."Kenapa ?" Tanya Ashley, sedang Dewi langsung mengambil alih menggendong bayi itu. Tubuh Astakara penuh dengan ruam kemerahan."Kenapa ini?" Tanya Dewi."Kami juga tidak tau, Nyonya. Dia sering sekali pup sejak kemarin, cuma yang ini baru muncul ruam merahnya..." Jelas Ira, tampak gugup melihat Ashley yang sudah hendak menerkam orang."Kita bawa ke rumah sakit!" Seru Dewi pula.***Mendengar bahwa putranya di bawa ke rumah sakit, Effendy langsung meninggalkan kantor dan menyusul ke sana.Saat dia tiba di ruangan, tampak
Darmawati sedang memeriksa beberapa data anak di ruangannya, ketika Mila melongok dan berkata, "Bun, Ibu Dewi datang."Darmawati tahu bahwa bisa saja ia menyuruh agar Mila langsung memberitahukan kabar itu pada Ele, mengingat kunjungan Dewi pastilah untuk menjenguk putrinya. Namun mengingat keadaan Ele yang akhir-akhir ini lebih sering diam dan mengurung diri.Darma melepas kacamatanya, "Ajak saja di keruangan ini." Tuturnya pelan.Mila mengangguk, tak lama, Dewi Bimantara muncul. Wanita itu tersenyum pelan, "Sesuai janji saja, kiriman sumbangan akan datang dalam dua hari," ujarnya. Wanita itu berjanji akan menyuplai kebutuhan panti secara sukarela setiap sebulan sekali."Kami sangat berterimakasih untuk itu," ujar Darmawati dengan tulus, "Kebaikan orang-orang seperti Nyonya, kelak akan di balas oleh Tuhan.""Terimakasih." Dewi mengangguk, "Bisakah saya bertemu dengan Emily?""Dia berada di kamarnya,namun..." Wajah Darmawati sedikit tidak baik, "Situasinya tidak baik."Dewi kebingunga
Ele keluar dari Hadasa dengan langkah linglung dan tatapan kosong. Para pekerja dari berbagai divisi sempat melaporkan beberapa hal padanya tentang naskah yang dikirimkan ke email mereka.Ele memberikan beberapa masukan dan akhirnya keluar dari sana. Semenjak naskahnya Sorrow in The Rain di filmkan dan sukses, banyak naskah naskah sastra adiluhung maupun naskah fiksi penggemar yang masuk. Ele merasa sedikit pusing, karnanya dia bermaksud kembali ke apartemennya lebih awal. Ele sudah memutuskan untuk kembali ke apartemennya sendiri alih-alih terus merepotkan sang bunda di panti.Dia melirik ponselnya yang berbunyi, itu adalah telepon dari ibunya, Dewi Bimantara. Nama wanita itu tertampang jelas di layar ponsel Eleanor.Eleanor sudah duduk dibelakang kemudi, memasang seatbelt lalu menerima panggilan itu."Hallo?""Bagaimana Nak? Kamu sehat?""Sehat." Jawab Ele dengan pandangan menembus kaca mobilnya, menerobos ke jalanan di depan."Bagaimana? Apakah kamu bersedia mempertimbangkan saran
"Maksud Mama apa sebenarnya?" Ashley menahan rasa geramnya, menatap Dewi Bimantara yang berdiri tenang membalas pandangannya. Eleanor telah kembali ke kediamannya untuk kemudian mempersiapkan segala sesuatu demi kepindahannya ke kediaman Abimanyu, sedang Chislon sudah kembali ke kantornya satu jam lalu. "Mama memasukkan kembali harimau yang telah susah payah kutendang dari kandang ini!" "Mama hanya ingin membantu. Bayi itu membutuhkan ASI. Lagipula ini tidak akan lama,kalau dia sudah lepas dari ASI, Ele akan berhenti dari tugasnya.""Mama bisa mencari perempuan lain! Jangan wanita sialan itu!""Ashley!" Dewi kelepasan membentak, membuat Ashley sedikit terkejut. Perempuan berambut cokelat muda itu menatap ibunya dengan heran, "Mama membentakku hanya karna perempuan itu? Apa mama lupa kalau Eleanor sialan itulah yang telah merebut hati Chislon?!""Tenangkan dirimu," cetus Dewi dengan tajam. "Eleanor telah melalui banyak hal sulit, dia bahkan kehilangan bayinya, jangan bersikap terlalu
Eleanor tak memahami dan tidak bisa secara tepat memberi nama sebuah perasaan di hatinya tentang Astakara Abimanyu. Sebuah perasaan yang membuatnya tidak bisa menjauh berlama-lama dari bayi itu seperti putranya sendiri.Meskipun dirinya telah menyediakan stok asi di kulkas dan para nanny tinggal menghangatkannya saja, Eleanor tetap mendapati dirinya selalu kembali lebih awal dari Hadasa Publishing untuk menjenguk Astakara.Usaha penerbitan Ele berjalan dengan lancar, dia juga telah menunjuk seorang asisten sendiri yang membawahi para editor sampai divisi desain. Sekarang, dia dalam projek pembangunan toko buku dengan nama yang serupa dengan nama penerbitannya sendiri.Saat Eleanor masuk ke kamar bayi, dia melihat Yanti yang sedang menggendong dan menenangkan Astakara. Bayi itu tampaknya sedang merasa tidak nyaman. Ele meminta izin untuk mengambil alih dan menggendong Astakara dengan lembut, menepuk-nepuk punggungnya dan bersenandung kecil. Ajaib, sang bayi perlahan menjadi tenang dan
Tiga hari berlalu, Eleanor yang menyibukkan diri merawat Kaisar memilih untuk tidak menaruh harapan besar. Dia hanya ingin melihat, sejauh apakah usaha Effendy mematahkan dugaan perselingkuhan yang dia saksikan.Menepati janjinya, pagi itu Effendy kembali datang ke kediaman Winata.Namun kali itu, dia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan Indo-Prancis yang Ele kenali sebagai Irliana. Perempuan yang berciuman dengan suaminya.Gemma membawa Kaisar bermain -main ke taman, Gemmi turut nimbrung bersama kakaknya ke sana.Di ruang tamu, Eleanor duduk bersama Ayahnya. Sedang Anita memilih untuk tidak turut campur. Dia tidak menampakan dirinya di ruang tamu.Sultan mempersilakan Effendy dan Irliana duduk. Memindai sosok Irliana sejenak, lalu laki laki itu bicara. "Saya mendengar, putri saya meminta Anda memberikan bukti kalau Anda memang tidak berselingkuh."Effendy mengangguk, "Ini Irliana, perempuan yang merupakan sahabat masa kecil saya, juga yang disalahpahami sebagai selingkuhan sa
Effendy tahu bahwa Sultan Winata adalah salah satu orang terpandang yang cukup famous di negeri ini. Yang membuat dia terkejut, adalah kenyataan yang dia terima bahwa Eleanor adalah putri Sultan Winata bersama dengan Dewi Bimantara. Kedua orangtua dari istrinya ternyata masih hidup.Sekembalinya ke kediaman, Effendy di kabarkan oleh salah satu maid bahwa ada sebuah paket untuknya. Ketika dia membuka, itu adalah surat perceraian, yang menunggu tanda tangannya.Secepat itu?Effendy meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. Dia tidak akan Sudi menandatangi surat perceraian itu. Chislon merasa hatinya menjadi dingin dan sakit, dia merasa Eleanor tengah membalasnya. Dulu, dia yang melayangkan surat cerai pada istrinya.Effendy tak ingin menunggu waktu yang lama, dengan mengendarai mobilnya, Chislon menuju kediaman Sultan Winata. Dia tidak merasa kesulitan karna alamat itu begitu gampang dia peroleh dari Mahesa.Kediaman Sultan Winata masuk dalam kawasan elit. Ketika ia turun da
Berita tentang Adallard Quentin yang melakukan kekerasan pada istrinya langsung menjadi konsumsi publik, perihal semua perlakuannya yang terekam di siarkan langsung ke sosial media.Kepolisian Indonesia akhirnya menyerahkan kasus itu pada Polisi Prancis. Berbeda dengan sebelumnya, polisi Prancis tidak bisa berbuat banyak atau menutup mata karna tekanan publik.Irliana kembali ke Prancis untuk menghadiri sidang putusan dan juga untuk pengajuan perceraian terhadap suaminya. Dia berjanji pada Effendy akan kembali ke Indonesia setelah urusannya selesai. Dia berharap, Effendy juga bisa segera menemukan keberadaan Eleanor. Wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan maaf berulangkali.Effendy melepasnya di bandara, hanya mengangguk atas semua ucapan ucapan Irliana."Kabari aku jika sudah menemukan istrimu, aku akan kembali ke Indonesia untuk membantu menjelaskan semuanya... Aku juga ingin meminta maaf secara langsung padanya..." Itu adalah ucapan terakhir Irliana sebelum beran
Harapan Effendy meredup, sampai keesokan hari, istri dan anaknya tidak pulang ke rumah. Sedang Irliana untuk sementara dia izinkan tinggal di kediaman utama agar bisa langsung memberikan klarifikasi jika Ele kembali sewaktu-waktu.Eleanor bak di telan bumi, ponselnya tidak dapat di hubungi. Effendy sampai menggunakan nomor baru untuk menghubungi, namun tetap tidak bisa. Itu menandakan kalau Ele mungkin sudah berganti nomor saat itu juga.Ketika Chislon memutuskan untuk datang ke panti asuhan ke esokan harinya, dia tidak menemukan Eleanor di sana, bahkan menurut sang bunda, Ele tidak datang ke sana sama sekali.Rasa bersalah, marah, cemas dan khawatir membuat Chislon merasa tidak tenang. Dia berdiri di balkonnya, mengerahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan sang istri."Aku benar-benar minta maaf, Chislon." Irliana menghampiri Chislon yang berdiri di balkon lantai dua. Laki laki itu baru saja mengecek laporan dari orang-orangnya yang masih nihil."Sekalipun kamu meminta maaf rib
Ketika Effendy tiba di rumah yang di tempati Irliana, dia melihat sosok Adallard yang berdiri bersandar di sisi mobil miliknya. Laki laki dengan cambang halus yang menghiasi dagunya itu tersenyum miring ketika berhadapan dengan sosok Effendy.Keduanya berhadapan -hadapan dengan tinggi tubuh yang tampak setara. "Effendy Chislon Abimanyu," eja Adallard menilai laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. Dia membuka mulutnya dan berbicara dalam bahasa Prancis, dengan suara rendah dan manipulatif. "Aku sudah tahu, kamu, memang Chislon yang itu. Sahabat masa kecil istriku...." "Irliana tidak suka dengan kehadiranmu." Tandas Chislon dalam bahasa Prancis."Siapa yang perduli," Adallard mengangkat bahu dan tertawa pendek. "Seberapa kuatpun kamu berusaha melindunginya, apakah kamu pikir hukum akan melindungi seorang laki laki yang menyembunyikan seorang wanita dari suaminya?""Kamu tidak pantas menjadi suaminya." Effendy tersenyum sinis, menghunus lawan bicaranya dengan pandangan tajam l
Effendy terbangun pagi itu, menyadari dia tertidur semalaman sembari memeluk istrinya. Eleanor masih lelap, wanita itu sepertinya tidak sadar membalas pelukan suaminya. Laki-laki itu sudah bermaksud membereskan permasalahan mereka hari ini. Dia tidak bisa membiarkan Ele dalam persepsi salah tentangnya lebih lama.Dia mengusap rambut Eleanor, mencium dahinya. Saat itu, Ele terbangun. Sang istri tampak terkejut menyadari posisi mereka dan langsung melepaskan diri, menjauh lalu perlahan bangun dari tempat tidur.Sebelum Effendy bicara apapun, Ele telah bergerak masuk ke dalam kamar mandi.Effendy hanya bisa menghela napas kasar. Dia pelan bangkit, bermaksud mengecek bayinya lebih dulu. Nyatanya Kaisar belum bangun. Ketika dia kembali ke kamarnya, Eleanor sudah keluar dari kamar mandi.Merasa Ele masih belum bisa di ajak bicara, Effendy akhirnya masuk ke kamar mandi. Dia berencana tidak akan ke kantor hari ini. Saat Effendy keluar, dia mendapati istrinya tak lagi ada di sana. Selagi ia me
Ketika ia terbangun, Effendy lekas membasuh wajahnya, lalu bermaksud keluar untuk kembali mencari ponselnya. Itu baru menjelang pukul enam pagi.Effendy melihat Irliana berada di dapur, sibuk memasak sesuatu. Mungkin sarapan pagi. Ketika dia melihat Effendy, Irli mendekat dan menyodorkan sebuah benda dari balik celemeknya."Ini ponselmu, aku lihat ketinggalan di pantry," kata Irli pula. Effendy sedikit berpikir, semalam ia mencari sampai kesana, namun dia tidak menemukan gawai tersebut di meja pantry. Atau dia hanya kurang memperhatikan?"Terimakasih," sambut Effendy pula. Irli menjadi lebih diam."Kamu sudah akan kembali?" Tanya wanita itu setelah kesunyian mengendap di antara mereka beberapa ketika."Ya,"Irli terdiam sejenak, "Aku membuatkan sarapan untukmu, apa tidak bisa menunggu?"Tak tega melihat wanita itu semakin kecewa, Effendy mengangguk. Lagipula itu hanya nasi goreng, lima menit kemudian telah matang.Maka keduanya pun sarapan di meja makan dengan duduk berhadapan muka. S
Supermarket terdekat dari rumah yang ditempati Irliana bukan supermarket besar. Wanita itu akhirnya memilih pergi berbelanja untuk mengisi waktu. Selain itu, Irliana adalah seorang yang suka memasak dengan tangannya sendiri.Penjagaan dari para guard Abimanyu masih terus ketat di sekitarnya, namun tidak membuatnya risih. Lagipula, setiap keluar Irli selalu menggunakan topi, kacamata dan masker supaya dia tidak di kenali. Wanita itu menyusup di salah stand dan mulai memilih sayuran.Di sampingnya, mendekat seorang lelaki dengan keranjang troli, mulai turut memilih sayuran. Irli tidak menatap atau memerhatikan sosok di sampingnya. Dia memilih fokus memilah milah sayuran untuk menu yang di masaknya malam ini. Irli merasa antusias, dia ingin mengundang Effendy nanti."Begitu manis, pasti suami Anda bahagia punya istri seperti Anda." Seseorang berbicara dalam bahasa Prancis.Seperti mendengar suara dari neraka, Irli tersentak. Suara serak dan manipulatif itu sangat di kenalnya. Dia menole
Beberapa hari berlalu dengan normal. Akhir-akhir ini Effendy pulang ke rumah tepat waktu, bahkan dia mengambil cuti dua hari untuk membawa Ele dan Kaisar berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya. Meski kecurigaan Ele mengendur, namun dia tetap tak lantas berhenti lama sekali.Pagi itu, Effendy memutuskan ke kantor karna ada meeting tentang pemetaan program di Maluku, mengenai usaha tambang Ab Gallia yang ada di sana.Ketika dia mandi, Ele tengah merapikan seprei. Saat dia menimbang akan mengganti seprei itu dengan yang baru, wanita itu melihat layar ponsel suaminya menyala. Effendy terbiasa menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Terbawa penasaran, Ele mendekat dan melihat notifikasi.[Kapan mengunjungiku? Aku bosan.]Kata terakhir di bubuhi emoticon sedih. Ele membaca nama yang tertera di sana. Irry L.Siapa Irry L?Eleanor melihat ke arah pintu kamar mandi nun di sana, masih mendengarkan bunyi shower yang menderu tanda suaminya masih dalam aktivitas mandin