Malam itu berlanjut dengan percakapan ringan tentang impian masa depan mereka dan rencana-rencana mereka sebagai pasangan baru. Liyana dan Arya tertawa dan bercanda satu sama lain, menghilangkan kecanggungan secara perlahan. Hingga tanpa sadar keduanya sudah berada di atas tempat tidur.Sepasang mata mereka saling menatap, dengan posisi setengah badan Arya berada di atas Liyana dengan tangan bertumpu di samping istri kecilnya. "Kan tadi aku nanya, gak harus ngapa-ngapain kan malam ini Mas?" "Memangnya kalau ingin mengagumi kecantikan kamu gak boleh Li?"Liyana tersipu malu, dadanya mulai berdebar. Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk Arya meminta haknya. Namun, karena rasa lelah keduanya pun tertidur setelah Arya mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepala Liyana.*****Pagi yang cerah, secerah suasana hati kedua pasangan yang baru terbangun dati tidur lelapnya. Liyana membuka matanya dengan senyum mengembang di wajahnya. Liyana melihat Arya masih terlelap di sampingnya.Hati L
Pagi hari saat Liyana baru membuka mata, ia melihat suaminya Arya yang sudah bersiap untuk pergi ke kantor."Mas, kok aku gak di bangunin?" Tanya Liyana saat menyadari dirinya bangun kesiangan."Gak tega mau bangunin kamunya Li, tidurnya pulas banget." Goda Arya seraya menghampiri istri kecil yang masih terbaring di kasur."Maaf, hari ini aku gak bisa nemenin kamu sarapan, aku harus buru-buru ke kantor. Ada urusan mendesak, kalau mau sarapan tinggal panggil pelayan saja." Ucap Arya tak lupa mengecup dahi Liyana.Liyana hanya mengangguk menanggapi ucapan Arya. Arya pun langsung melangkah menuju keluar kamar. Liyana memandangi Arya yang mulai berjalan meninggalkan kamarnya dengan posisi bersandar pada kepala ranjang.Setelah Arya menghilang keluar, Liyana beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.*****Sementara di luar rumah, ternyata Arya sedang menyiapkan sebuah kamar di dalam hotel bintang lima untuk dirinya dan Liyana. Arya ingin melewati malam yang sud
Arya menyapu leher Liyana dengan lembut dan penuh gairah. Dengan sedikit ragu, tangan Arya mulai menyentuh area sensitif Liyana. Liyana pun membiarkan tangan suaminya menjelajahi tubuhnya. Liyana sudah siap menyerahkan segalanya kepada Arya suami yang kini begitu ia cintai.Arya menikmati detik demi detik kejutan yang ia dapati. Mata Arya nanar melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Arya menahan tangan Liyana saat ia hendak menutupi tubuh polosnya dengan tangan."Mas Arya, tunggu." Ucap Liyana lirih. Kini wajah Liyana memerah menahan malu. Malu tapi mau. Arya menggeleng menolak protes dari Liyana. Bukan protes tidak ingin melakukannya, tapi Liyana merasa takut, takut karena ini adalah yang pertama baginya. Namun, Arya sudah tidak dapat lagi menahan hasratnya.Liyana merasakan sensasi nikmat yang sulit di lukiskan dengan kata-kata. Pertama kalinya Liyana merasakan sesuatu senikmat ini. Membuat tubuh Liyana secara tidak sadar menggeliat seiring rasa geli dan nikmat yang tak tertaha
Senyum mengembang terlihat di wajah Liyana. Hari itu pun Liyana dan Arya menghabiskan waktunya di atas ranjang hotel. Entah, Liyana dan Arya sudah bercinta berapa kali. Bisa di katakan Liyana dan Arya masih pengantin baru setelah keduanya rujuk kembali, menjadikan mereka menjadi suami istri yang sesungguhnya.Liyana dan Arya begitu menikmati masa-masa yang mereka habiskan berdua. Keduanya begitu menikmati anugerah yang telah tuhan berikan. Menikmati segala kenikmatan dan kasih sayang serta perhatian yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.Rasanya ingin sekali selalu di manjakan dan di cintai dengan semaksimal mungkin. Hari seakan cepat berlalu, kebersamaan antara Liyana dan Arya begitu indah di rasakan. Hari yang cerah untuk dua makhluk ciptaan tuhan yang sedang di landa cinta tiba-tiba harus berubah menjadi sebuah kekhawatiran yang teramat khususnya bagi Liyana. Bagaimana tidak, setelah selesai sarapan tiba-tiba saja Arya suaminya mendadak merasakan sesak di dadanya. Liyana pun
"Terus kita ngapain?" Tanya Liyana masih heran dengan tingkah suaminya."Gak ngapa-ngapain, cuma ingin berduaan sama kamu." Ucap Arya sembari menyandarkan kepalanya di pundak Liyana. "Ngapain pakai kunci pintu segala sih Mas kalau cuma bgeini." Gerutu Liyana, tangan Liyana mulai membelai lembut kepala Arya yang bersandar di bahunya. Membuat Arya merasa semakin nyaman."Biar gak ada yang ganggu." Sambung Arya.Liyana pun terkikik mendengar ucapan Arya. "Siapa yang berani ganggu Mas, lagian di rumah ini kan cuma ada kita, kalau pelayan mana ada yang berani. Bilang aja kalau Mas pingin mesra-mesraan, gak usah alasan gak mau di ganggu kali Mas." Ujar Liyana."Temenin sampai Mas tidur ya" Pinta Arya lagi."Iya boleh, paling sebentar lagi juga obatnya bereaksi. Pasti efek samping obatnya bakal bikin Mas Arya ngantuk banget." Liyana pun menurut saja. Masih tak tega kalau harus meninggalkan suaminya sendiri dengan kondisi tubuh yang masih lemas.Arya merebahkan tubuhnya perlahan, tiduran di
Selesai mencatat semuanya Liyana melangkah keluar kamar sekedar untuk mengambil cemilan ke dapur. Namun, saat Liyana kembali masuk ke dalam kamar suaminya sudah tak terlihat di atas ranjang."Mas Arya kemana? Apa dia sudah bangun?" Liyana pun meletakkan beberapa cemilan dari tangannya kemudian berkeliling kamar untuk mencari keberadaan Arya. Beberapa saat mencari, Liyana di kagetkan saat mendapati Arya yang sedang mengenakan pakaian untuk ke kantor. Arya terlihat sedang mengancingkan kemejanya. "Mas mau kemana?" Tanya Liyana penuh selidik."Mas mau ke kantor sebentar Li." Arya menjawab."Ke kantor? Mas Arya kan belum sembuh mana boleh pergi ke kantor, lagian ini udah lewat jam makan siang sebentar lagi juga jam kerja selesai Mas." Protes Liyana.Arya tidak menjawab, ia pun meneruskan kegiatannya untuk memakai pakaiannya. "Mas kenapa tidak menyuruh asisten Mas saja untuk datang ke sini kalau memang ada urusan yang penting. Jadi, Mas gak perlu datang ke kantor." Liyana melanjutkan pr
Liyana melirik benda bulat yang menempel di dinding kamarnya. Sudah lebih dari jam delapan malam. "Kenapa Mas Arya belum pulang ya? Apa rapatnya belum juga selesai? " Liyana bertanya-tanya dalam hatinya.Liyana sama sekali tidak bisa tenang sepanjang sore hingga malam. Tentu saja karena memikirkan keadaan Arya suaminya. "Kalau tahu bakal lama begini mending tadi aku ikut, ya walaupun mungkin gak akan di izinkan sama Mas Arya." Liyana bermonolog sendiri."Apa Mas Arya baik-baik saja? Atau jangan-jangan malah kenapa-napa lagi? Aduuuh Mas kenapa belum pulang juga sih. Tidak-tidak, Mas Arya pasti baik-baik saja." Liyana mencoba menghalau kecemasannya.Liyana mencoba menenangkan pikirannya dengan menyiapkan beberapa bahan masakan untuk makan malam, meskipun bukan dirinya yang akan memasak, justru Liyana harus memperhatikan setiap bahan makanan yang akan di masak pelayan rumahnya. Liyana ingin menyambut kepulangan suaminya dengan menyediakan makan malam romantis.Beberapa lama kemudian, bah
"Maaas, aku gak bisa napas" protes Liyana tatkala Arya memeluknya semakin erat. Mendengar protes dari Liyana Arya justru malah semakin mendekap Liyana bukan melepaskannya.Liyana pun berusaha melepaskan dirinya dengan memukul ringan dada Arya. Pemberontakan itu justru malah membuat Arya kian menempelkan wajah Liyana ke dada bidangnya."Maas, udah gak tahan ni." Liyana pun mengeluarkan reaksi megap-megap seolah kehabisan napas. Akhirnya, Arya pun melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan di kening Liyana istri kecilnya. Liyana pun bangkit dari duduknya, mengambil kotak bekal yang di bawanya dari rumah.Liyana berkutat mempersiapkan makanan yang ada di dalam kotak bekalnya. Membukanya satu persatu dan menaruhnya di atas meja yang ada di hadapan Arya. "Kita makan malam dulu yuk Mas" ujar Liyana setelah menata dan menyajikan makanannya di atas meja.Arya pun mengangguk mengiyakan."Makan yang banyak Mas, biar cepet sehat dan gak lemes lagi." Ucap Liyana seraya menyodorkan satu pir
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam