“Bisa ambilin ponselku nggak, Jules? Dari tadi getar terus kayaknya.”
“Ada yang telepon kali,” gumam Julie. “Di mana ponsel kamu?”
“Di….” Ipang melihat ke sekitarnya dan menajamkan pendengarannya. Sejak semalam ia memang tidak memegang ponselnya lagi.
Setelah makan malam, ia dan Julie pulang kemudian tidur di kamarnya hingga pagi ini dibangunkan oleh getaran ponselnya. Ia tahu itu ponselnya karena Julie selalu menyalakan dering ponselnya setiap saat, berbeda dengan Ipang yang hanya menyalakan mode vibrate.
“Di jas kayaknya.”
Julie merangkak dari ranjang dan mengambil jas yang disampirkan di tepi meja kerja Ipang. Ia menyerahkannya pada Ipang sambil mengucek matanya. Hari masih sangat pagi. Untuk or
“Lho, kok kamu belum makan?”“Nungguin kamu,” jawab Ipang dengan kalem. “Kamu udah makan malam?”Julie yang baru saja pulang dan sampai rumah menjelang pukul setengah sepuluh malam pun menggeleng. “Tadinya di jalan udah niat masak Indomie sih, kayaknya enak deh.”“Udah, sini, makan bareng aku.”Ipang yang memang menunggu Julie pulang sambil mencicil pekerjaan sampingannya langsung menggamit tangan Julie. Ipang mendudukkan Julie di kursi selagi ia bergerak cepat menghangat menu makan malam yang dibuatkan Mbak Widi.Bisa saja Ipang meminta ART-nya tersebut untuk kembali ke dapur dan menghangatkan makanan untuk mereka, tapi lebih cepat kalau ia yang menghangatkannya sendiri.&ldqu
“Kalau bisa sih sekalian ajak Ipang, Julie. Papanya berharap banget lho Ipang bisa ikut di acara tahun ini.”Julie meringis mendengar permintaan (dengan nada memohon) tersebut dari Sinna, istri ketiga ayah Ipang.Rupanya telepon di pagi buta kemarin adalah karena ayah Ipang ingin mengajak mereka pergi ke vila yang ada di Bandung selama long weekend di minggu ini. Julie sendiri tak tahu kenapa lelaki paruh baya itu menghubungi Ipang pagi-pagi sekali.Mungkin biar Mas Ipang jawab ‘iya’ kalau ditanya pas lagi ngantuk, tebak Julie sambil memainkan pulpen di tangannya.“Ipang belum pernah ikut kumpul-kumpul sama kita selama ini, Julie,” tambah Sinna lagi. “Mama berharap Ipang sama Julie mau ikut di tahun ini. Bukannya apa-apa, tapi papanya sama Ipang tuh
“Ada lagi nggak yang ketinggalan?”“Kamu nggak bawa meteran, Mas?”“Buat apa?”“Katanya aku sama Raden harus berjarak sepuluh meter, kamu nggak mau ngukur?”Ipang tergelak mendengar sindiran Julie yang telak tersebut. “Biar aku yang ukur pakai mataku.”“Bisa aja ngelesnya,” cibir Julie.Ipang hanya menggandeng tangan Julie dan sambil membawa satu tas di tangan kirinya, mereka keluar dari rumah.Hari ini mereka akan berangkat ke Bandung, terpisah dari keluarganya yang sudah berangkat sejak pagi.Ipang tahu istrinya pasti lelah karena sejak beberapa hari lalu bekerja dengan cepat supaya mereka b
“Cute banget sih,” gumam Ipang tanpa sadar.Ipang menatap istrinya yang masih tertidur bahkan setelah mereka sampai di vila milik keluarganya. Ia tak bisa menahan senyumannya saat melihat jejak kecil di sudut bibir istrinya yang tertidur menggunakan bantal kepala babinya.Ipang mengambil ponselnya dari saku dan langsung mengambil foto Julie yang tengah tertidur dengan mulut terbuka sedikit.“Hng….” Mata Julie yang mengerjap pelan membuat Ipang buru-buru menyimpan ponselnya. Istrinya tersebut akhirnya membuka mata dan menatap Ipang dengan bingung, sepertinya masih disorientasi karena baru bangun dari tidurnya sejak setengah perjalanan Jakarta-Bandung mereka.“Good morning, Jules,” sapa Ipang dengan nada
“Kayaknya jarak antara aku sama Raden kurang dari sepuluh meter deh, Mas.”Ipang langsung mendelik begitu mendengar penuturan Julie yang diucapkan dengan polos, tapi ia tahu kalau sang istri tengah meledeknya.Walau begitu, ia tetap melakukan hal yang sejak tadi ia lakukan setiap kali Julie memberitahunya—menahan langkah mereka sehingga posisi mereka semakin jauh dari Raden di depan sana.Pagi ini usai sarapan, mereka berjalan ke sekitar vila, lebih tepatnya ke bukit kebun teh yang asri dan benar-benar hijau. Ayah mertua Julie memimpin di depan diikuti ketiga istri dan anak-anaknya.Ipang dan Julie ada di baris paling akhir. Selain karena Ipang tak sudi dekat-dekat dengan ayahnya, ia juga menjaga jarak antara Julie dan Raden. Raden ia ibaratkan seperti katak yang bisa menyambar mangsanya dal
“Julie mana, Mas?”“Lagi ke toilet, mules katanya.” Ipang hanya bisa menggeleng pelan. “Udah tahu nggak bisa makan yang pedes-pedes banget, malah makan seblak sepedes itu.”Suri langsung nyengir lebar sembari menarik lengan kakaknya menuju ruang tengah vila. “By the way, Mas lucu banget sih! Walaupun kayak bocah, childish banget! Emangnya Mas masih SMA?”“Ngomongin apaan sih?”“Aku liat waktu Mas cium Julie terus ngasih jari tengah ke Raden,” kikik Suri dengan geli.“Oh….” Ipang menggaruk tengkuknya, bingung harus merespons bagaimana.“Inget, Bang, udah menjelang kepala tiga lho. Jangan panasan kayak waktu SMA deh.”
Julie memang masih perawan, tapi bukan berarti ia tidak mengerti sama sekali apa yang saat ini ia dan Ipang lakukan.Dan apa yang selanjutnya akan mereka lakukan.Napasnya menderu saat bibir Ipang mulai meninggalkan bibirnya dan beranjak turun lebih ke bawah. Ia bisa merasakan bagaimana hangatnya embusan napas suaminya menggelitik lehernya tersebut.Julie mendongak, memberi keleluasaan kepada suaminya untuk lelaki itu mencium dan mencecap setiap jengkal kulitnya tanpa ada yang ia lewatkan.Ketika dengan perlahan tangan Ipang menelusup masuk ke dalam pakaiannya hari ini, Julie menahan napasnya.Apalagi ketika tangan itu menyentuh dadanya secara sekilas, membuat Julie merinding bahkan hanya dengan merasakan selintas bagaimana kulit suaminya itu bersentuhan dengan anggota tub
Julie terbangun dengan tubuh yang pegal-pegal, tapi merasakan kehangatan dari pelukan Ipang.Ia menoleh ke belakangnya dan mendapati Ipang masih tertidur dengan nyaman. Lelaki itu sudah mengenakan kaosnya lagi, sementara Julie memakai piyamanya tanpa bra.Tubuhnya terlalu lelah dan ia hanya menurut saja saat semalam Ipang membantunya membersihkan diri dan memakaikannya pakaian.Dengan hati-hati, Julie mengurai pelukan Ipang di pinggangnya dan beranjak turun dari ranjang. Langkahnya tertatih-tatih, tapi sebisa mungkin ia menguatkan dirinya sampai dapur.Di dapur, Julie segera membuka kabinet dan mencari Pop Mie yang kemarin ia taruh di sana. Beruntung ada dispenser yang galonnya masih terisi penuh, jadi Julie tak perlu menunggu air hingga masak di kompor dan langsung menyeduh Pop Mie-nya saat itu juga.