[Saat Ipang dan Julie saat masih kuliah….]Ipang menoleh dan mendapati Ario menatap ke luar mobil dengan tatapan nelangsa.Kerutan di kening lelaki bernama Pangeran Biyas Ailendra itu semakin dalam karena sepertinya Ario bukan sekadar melamun biasa, tapi seperti orang yang sedang… sedih.“Jadi pendakian kita minggu ini beneran buat obat patah hatimu?”Pertanyaan Ipang berhasil mencuri perhatian Ario.Mereka memang baru pulang mendaki. Sebagai sesama mahasiswa pecinta alam dan sering mendaki bersama di luar kegiatan UKM, Ipang dan Ario sudah biasa pergi bersama secara mendadak—seperti saat ini.Padahal keduanya berasal dari jurusan yang berbeda. Tetapi, entah sejak kapan mereka jadi sering merencanakan pendakian di luar kegiatan UKM.Minggu lalu, dua hari sebelum pendakian mereka, Ario tiba-tiba menghubunginya pukul sepuluh malam dan mengajak Ipang mendaki bersamanya di akhir pekan.Ipang pikir Ario sedang stress dengan ujian yang baru selesai, jadi ia iyakan saja saat sudah mengantuk
[Dua tahun setelah ulang tahun Taka yang pertama….]“Jangan jauh-jauh dari aku,” rajuk Julie seraya menggamit erat lengan suaminya, Ipang.“Iya, Babe.” Ipang meyakinkan sang istri dengan senyum di wajah. “Aku nggak akan ke mana-mana, tenang aja.”“Bukannya aku mikir kamu bakal ninggalin aku gitu aja begitu kamu ketemu sama temen-temenmu, Mas.” Julie mengerucutkan bibirnya. “Tapi aku takut….”“Takut kenapa?” Ipang meraih tangan Julie yang menggamit lengan kemeja batik yang ia kenakan, lalu membuat mereka kini saling bergenggaman tangan.‘Begini lebih baik,’ pikir Ipang dengan senyum puas di wajahnya. Mereka melenggang santai menuju ballroom yang digunakan untuk reuni SMA mereka dahulu.Reuni akbar ini membuat Ipang dan Julie yang berbeda angkatan, datang bersama-sama. Suri dan Candy, sahabat Julie, juga datang dan kabarnya telah tiba lebih dulu di ballroom.“Takut aja,” cicit Julie. “Aku kan nggak pernah suka reunian. Terakhir kita dateng reuni, temen sekelasmu nggak suka sama aku.”‘O
“Are you sure, Mas? Bisa aku tinggal beneran?”“Bisa kok, bener deh.” Ipang memberikan senyum terbaiknya untuk Julie, meyakinkan istrinya bahwa ia bisa ditinggal bertiga dengan anak-anak mereka—Taka dan Raras.Julie menaikkan satu alisnya, terlihat sekali kalau ia masih ragu. Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Ada klien penting di A Class yang sudah reservasi sejak jauh-jauh hari dan untuk acara yang sangat penting—resepsi pernikahan.Sejak Ipang dan Julie memiliki Taka dan Raras, pasangan itu benar-benar mengatur sebisa mungkin supaya tidak harus pergi bekerja di akhir pekan—kecuali jika ada urusan yang sangat mendesak dan tidak bisa ditunda.Julie sudah tidak menerima klien di akhir pekan, kecuali klien-klien lama dan dengan alasan yang mendesak. Itu pun biasanya Julie akan berdiskusi dulu dengan Ipang. Asal Ipang tidak keberatan, maka Julie akan menerima reservasi tersebut, berlaku juga sebaliknya.“Udah sana, nanti telat.” Untuk kembali meyakinkan Julie, Ipang mencium kedua pip
“Papa pingsan, Mas! Aku ke rumah sakit sama yang lain sekarang.”Napas Ipang berderu cepat kala akhirnya tiba di rumah sakit tempat ayahnya berada. Setengah jam yang lalu, Suri meneleponnya dengan panik dan Ipang langsung berlari menuju mobilnya. Untunglah Julie langsung sigap meminta sopir mereka yang menyetir, sebelum Ipang duduk di kursi pengemudi dan menyetir dengan kesetanan.“Mas!”Seruan Nilam yang menunggu di depan kamar rawat inap Bagindo, membuat Ipang semakin mempercepat larinya. Nilam dan Raden langsung berdiri dari duduknya.“Gimana keadaan Papa?” tanya Ipang meski napasnya masih tersengal-sengal. “Apa kata dokter? Papa udah siuman? Sebenernya Papa sakit apa?”“Napas dulu, Mas,” jawab Nilam pelan.“Suri ada di dalem, tadi kami juga udah nengokin Papa, dan Papa udah siuman untungnya. Cuma kata dokter, lebih baik kalau Papa istirahat dulu dan dirawat di sini, supaya mereka bisa observasi lebih lanjut,” beri tahu Raden untuk menjawab deretan pertanyaan Ipang sebelumnya. “Pap
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba