“Kau tidak boleh seperti itu. Kendrick melakukannya untuk kebaikanmu dan anak kalian. Banyak yang sedang hamil, lalu bekerja, dan kebanyakan lewat.”Vindry hanya bergeming menonton drama yang sedang tayang di televise, ditemani oleh Bettyana. Ya, Kendrick mendadak harus ke kantor dan menghubungi Bettyana untuk menemaninya. Niat baik Kendrick tetap salah dimata Vindry.“Aku tidak suka kalau dia memutuskan sesuatu tanpa persetujuanku. Aku ini istrinya atau bukan?” oceh Vindry, sangat terlihat bahwa dirinya memang dalam kondisi suasana hati yang tidak baik-baik saja.Bettyana menoleh, memperhatikan sahabatnya dari samping. Lalu kembali memfokuskan atensinya menatap layar televisi yang menempel pada dinding di depan sana.“Kau pasti tidak setuju dengannya, jadi Kendrick memilih untuk memutuskannya sendiri. Lagian, kau belum hamil, seharusnya kau bisa memanfaatnya untuk bekerja dengan baik,” ujar Bettyana, membuat Vindry menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.“Kalau saja dia memberik
“Aku masih ingin bekerja sampai usia kandunganku tujuh bulan.”Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick jika Vindry melakukan apa yang diperintahkan oleh Kendrick, mereka akan kembali membicarakannya. Memang kejauhan, tetapi semua harus dibicarakan di awal.“Kau tidak lupa dengan Diana?” tanya Kendrick dengan datar, atensinya hanya ditujukan kepada istrinya yang duduk di sisi kanannya.Vindry menaikkan sebelah alisnya, jujur saja bingung dengan pertanyaan Kendrick. Lalu ia bertanya, “Hubungannya dengan Diana apa?”“Kau serius mempertanyakannya? Kau tidak sebodoh itu untuk mengerti pertanyaan dariku.”Vindry terdiam, kembali mengingat apa saja yang sudah Kendrick ceritakan kepadanya beberapa hari yang lalu. Otak kecilnya dipaksa untuk bekerja, butuh waktu lima menit untuknya mengingat apa yang dikatakan oleh suaminya.“Kau takut mantan kekasihmu itu menyakiti aku dan calon anak kita?” tanya Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick. Sedangkan Vindry menghela nafas untuk me
“Lohh, mommy? Sejak kapan di sini?”Vindry mencoba untuk bangkit dibantu oleh Mommy, dan duduk bersandar. Untung saja tadi pagi ia sudah mandi dan berpakaian lengkap, kalau tidak? Sudah dipastikan akan malu.Mommy tersenyum manis, memberikan segelas coklat hangat kepada menantunya. Vindry menerimanya dengan kedua tangan, dan tersenyum manis kepada Mommy. Perempuan itu meneguk coklat hangat, hanya sedikit dan diambil alih oleh Mommy.“Kamu lelah banget yaa?” tanya Mommy, mengerti dengan kondisi tubuh Vindry yang seperti tidak memiliki tenaga. Vindry hanya tersenyum tipis.“Lumayan, Mom. Sempat ketemu dengan Kendrick?” tanya Vindry, diangguki oleh Mommy. Tentu saja membuat Vindry mengulum bibir karena takut jika dicap sebagai menantu yang tidak sopan.Vindry melirik tipis jam dinding yang menunjukkan pukul 11:30, meringis pelan karena bangun siang hari. Ia menatap Mommy yang tersenyum manis.“Gapapa, tadi Kendrick bilang soalnya kalau kalian sedang berusaha untuk ngewujudin apa yang mom
“Ada apa? Tidak terjadi sesuatu, kan?”Kendrick menatap seluruh anggota keluarga di ruang tamu. Kedua orangtuanya, kedua orangtua Vindry dan Erlangga. Satu anggota keluarga yang membuatnya sedikit bingung, karena kehadirannya saat ini benar-benar membuatnya berfikiran negative.Erlangga menghampiri Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Kau kenal dengan nomor ini?” tanya Erlangga, memberikan ponsel milik Vindry kepada Kendrick.Kendrick menerimanya, memperhatikan dengan baik nomor yang tertera di layar ponselnya. Nomor asing, lalu memfokuskan atensinya kepada sebuah pesan yang dikirimkan oleh nomor tersebut.Kendrick meremat ponsel milik istrinya, dan segera pergi ke kamarnya untuk melihat kondisi Vindry. Diikuti oleh yang lainnya.Kendrick membuka pintu kamarnya dan menatap Vindry yang sedang terlelap. Ia menghampiri Vindry dan duduk di sisi kirinya. Dirinya menatap Erlangga yang berdiri di dekatnya.“Dokter mengatakan, istrimu sedang hamil satu minggu, dan bertepatan sama pesan y
“Berapa project yang akan kau buat dalam lima bulan kedepan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya, sedangkan istrinya itu bergumam dan menghitung jarak waktu project pertama ke project ke dua, dan seterusnya. Vindry mengangkat jemarinya empat ke udara, tersenyum manis kepada Kendrick, berharap suaminya mengerti.“Project pertama ini selesai syuting, lanjut proses pemilihan aktor dan aktris. Jadi, pas project pertama masuk ke tahap editing, aku mempersiapkan project selanjutnya,” jelas Vindry menatap Kendrick yang hanya menampilkan wajah datar.“Dalam lima bulan, kau akan mengerjakan empat project?” tanya Kendrick, diangguki oleh Vindry. Sudah dipastikan, Kendrick menatap tajam istrinya dan berkata, “Tidak. Kau hanya boleh mengambil dua project.”Vindry mengerucutkan bibir, memang sudah memprediksi jika suaminya itu tidak akan mengijinkannya. Mengobrol berdua, hanya berdua dengan suaminya memang sedikit menguras emosinya, tetapi jika keluarga ikut campur dalam urusan me
“Lalu, aku tidak menggunakan pengharum badan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di ranjang dengan bersidekap dada dan menyipitkan mata kepadanya. Istrinya itu lebih sensitive daripada biasanya, dan Kendrick tidak mempermasalahkan.“Ya. Memangnya parfum sepenting itu?” tanya Vindry dengan tidak santai, ia kesal karena dari jam tiga pagi sudah tidak bisa tertidur karena laper terus hingga saat ini, sedanngkan tadi Kendrick sudah memasak untuknya.Kendrick menatap Vindry dengan melipat lengan kemejanya dan memfokuskan atensinya hanya kepada Vindry.“Aku selalu bertemu dengan orang penting, jika aku tidak menggunakan parfum membuatku terlihat tidak keren, Vindry.”Vindry turun dari ranjang, dan menghampiri suaminya untuk membantu merapihkan pakaian Kendrick. Setelah rapih, ia tersenyum manis, “Kau sudah keren,” ucapnya. Ia menghirup aroma tubuh Kendrick, “Wangi kok tanpa kau pakai pengharum badan,” lanjutnya.Kendrick memikirkan satu hal, jika ia tidak menggunakan parfum akan dicurig
“Apa? Minta ijin buat datang besok?”Vindry mengangguk semangat, tersenyum manis kepada suaminya yang sedang menyeruput kopi buatannya. Ia harus datang besok untuk melihat secara langsung talent yang berhasil masuk ke babak dua.“Boleh yayaya? Audisinya juga di kantor saja, tidak pindah-pindah tempat. Setelah selesai, aku langsung pulang.”Kendrick hanya bergeming, tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh istrinya. Ia memilih untuk menatap layar ponselnya, lalu menyipitkan kedua matanya saat sebuah pesan masuk dan terletak paling atas diantara pesan yang lainnya.Vindry mengerucutkan bibirnya, “Kendrickk, boleh yaa?” tanyanya, masih berusaha untuk membujuk suaminya agar mengijinkan dirinya untuk datang ke kantor esok hari.Kendrick membuka pesan tersebut, menaikkan sebelah alisnya lalu terbit smirk smile. Tentu saja membuat Vindry menyipitkan kedua matanya, perubahan ekspresi Kendrick membuat Vindry menaruh curiga.Vindry melirik ke layar ponsel milik Kendrick, tetapi seketika layar t
“It’s okay, Kendrick. Hanya sedikit luka goresan saja, nanti juga sembuh.”Vindry mencoba untuk menenangkan suaminya yang sedang menghubungi seseorang untuk mencari pelaku pemecah kaca rumahnya. Sebuah batu cukup besar sengaja dilemparkan kea rah jendela dekat ruang makan, posisi meja makan yang cukup dekat dengan kaca, membuat serpihan kaca mengenai lengan Vindry.Erlangga duduk di sisi ranjang, memperhatikan perban pada lengan kiri sang adik, memang tidak terlalu parah, tetapi cukup membuat semua orang khawatir. Bagaimana tidak? Mereka takut jika itu akan membahayakan nyawa Vindry dan calon bayi.“Kau tidak merasakann apapun?” tanya Erlangga, memperhatikan Vindry yang sedang menatapnya saat ini. Adik satu-satunya itu mengangguk dan tersenyum manis.“Tidak, kak Erlangga. Ya seperti saat aku sedang belajar sepeda, lalu aku terjatuh. Rasanya seperti itu, ya … sedikit perih sih, tapi semuanya okay,” ujar Vindry dengan lembut. Kedua iris mata hazelnya memperhatikan keempat orang dewasa