“Haruskah aku berhenti bekerja?”Vindry menatap suaminya yang sedang menyetir, ia tidak tahu mengapa bertanya seperti itu. Kendrick menoleh sekilas, lalu kembali menatapa lurus ke depan. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut Kendrick, membuat Vindry bingung.Tidak ada yang bersuara, baik Vindry maupun Kendrick. Hanya ada suara dari radio tape yang dinyalakan oleh Vindry.“Hamil, berhenti bekerja.”Vindry segera menoleh dengan tatapan bingung, 10 menit tidak bersuara, menanggapi pertanyaannya saja tidak, lalu pada saat bersuara membuatnya harus berfikir.“Maksudmu? Aku hamil, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry setelah menangkap maksud dari apa yang diucapkan oleh suaminya.“Ya.”“Usia kandunganku tujuh bulan, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry, ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah mengartikan. Hampir satu tingga bersama dengan Kendrick, membuat Vindry sedikit mengerti bahwa dirinya dan Kendrick lebih banyak berbeda pendapat.“Pada saat kau mengetahui bahwa ka
“Kau tidak boleh seperti itu. Kendrick melakukannya untuk kebaikanmu dan anak kalian. Banyak yang sedang hamil, lalu bekerja, dan kebanyakan lewat.”Vindry hanya bergeming menonton drama yang sedang tayang di televise, ditemani oleh Bettyana. Ya, Kendrick mendadak harus ke kantor dan menghubungi Bettyana untuk menemaninya. Niat baik Kendrick tetap salah dimata Vindry.“Aku tidak suka kalau dia memutuskan sesuatu tanpa persetujuanku. Aku ini istrinya atau bukan?” oceh Vindry, sangat terlihat bahwa dirinya memang dalam kondisi suasana hati yang tidak baik-baik saja.Bettyana menoleh, memperhatikan sahabatnya dari samping. Lalu kembali memfokuskan atensinya menatap layar televisi yang menempel pada dinding di depan sana.“Kau pasti tidak setuju dengannya, jadi Kendrick memilih untuk memutuskannya sendiri. Lagian, kau belum hamil, seharusnya kau bisa memanfaatnya untuk bekerja dengan baik,” ujar Bettyana, membuat Vindry menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.“Kalau saja dia memberik
“Aku masih ingin bekerja sampai usia kandunganku tujuh bulan.”Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick jika Vindry melakukan apa yang diperintahkan oleh Kendrick, mereka akan kembali membicarakannya. Memang kejauhan, tetapi semua harus dibicarakan di awal.“Kau tidak lupa dengan Diana?” tanya Kendrick dengan datar, atensinya hanya ditujukan kepada istrinya yang duduk di sisi kanannya.Vindry menaikkan sebelah alisnya, jujur saja bingung dengan pertanyaan Kendrick. Lalu ia bertanya, “Hubungannya dengan Diana apa?”“Kau serius mempertanyakannya? Kau tidak sebodoh itu untuk mengerti pertanyaan dariku.”Vindry terdiam, kembali mengingat apa saja yang sudah Kendrick ceritakan kepadanya beberapa hari yang lalu. Otak kecilnya dipaksa untuk bekerja, butuh waktu lima menit untuknya mengingat apa yang dikatakan oleh suaminya.“Kau takut mantan kekasihmu itu menyakiti aku dan calon anak kita?” tanya Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick. Sedangkan Vindry menghela nafas untuk me
“Lohh, mommy? Sejak kapan di sini?”Vindry mencoba untuk bangkit dibantu oleh Mommy, dan duduk bersandar. Untung saja tadi pagi ia sudah mandi dan berpakaian lengkap, kalau tidak? Sudah dipastikan akan malu.Mommy tersenyum manis, memberikan segelas coklat hangat kepada menantunya. Vindry menerimanya dengan kedua tangan, dan tersenyum manis kepada Mommy. Perempuan itu meneguk coklat hangat, hanya sedikit dan diambil alih oleh Mommy.“Kamu lelah banget yaa?” tanya Mommy, mengerti dengan kondisi tubuh Vindry yang seperti tidak memiliki tenaga. Vindry hanya tersenyum tipis.“Lumayan, Mom. Sempat ketemu dengan Kendrick?” tanya Vindry, diangguki oleh Mommy. Tentu saja membuat Vindry mengulum bibir karena takut jika dicap sebagai menantu yang tidak sopan.Vindry melirik tipis jam dinding yang menunjukkan pukul 11:30, meringis pelan karena bangun siang hari. Ia menatap Mommy yang tersenyum manis.“Gapapa, tadi Kendrick bilang soalnya kalau kalian sedang berusaha untuk ngewujudin apa yang mom
“Ada apa? Tidak terjadi sesuatu, kan?”Kendrick menatap seluruh anggota keluarga di ruang tamu. Kedua orangtuanya, kedua orangtua Vindry dan Erlangga. Satu anggota keluarga yang membuatnya sedikit bingung, karena kehadirannya saat ini benar-benar membuatnya berfikiran negative.Erlangga menghampiri Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Kau kenal dengan nomor ini?” tanya Erlangga, memberikan ponsel milik Vindry kepada Kendrick.Kendrick menerimanya, memperhatikan dengan baik nomor yang tertera di layar ponselnya. Nomor asing, lalu memfokuskan atensinya kepada sebuah pesan yang dikirimkan oleh nomor tersebut.Kendrick meremat ponsel milik istrinya, dan segera pergi ke kamarnya untuk melihat kondisi Vindry. Diikuti oleh yang lainnya.Kendrick membuka pintu kamarnya dan menatap Vindry yang sedang terlelap. Ia menghampiri Vindry dan duduk di sisi kirinya. Dirinya menatap Erlangga yang berdiri di dekatnya.“Dokter mengatakan, istrimu sedang hamil satu minggu, dan bertepatan sama pesan y
“Berapa project yang akan kau buat dalam lima bulan kedepan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya, sedangkan istrinya itu bergumam dan menghitung jarak waktu project pertama ke project ke dua, dan seterusnya. Vindry mengangkat jemarinya empat ke udara, tersenyum manis kepada Kendrick, berharap suaminya mengerti.“Project pertama ini selesai syuting, lanjut proses pemilihan aktor dan aktris. Jadi, pas project pertama masuk ke tahap editing, aku mempersiapkan project selanjutnya,” jelas Vindry menatap Kendrick yang hanya menampilkan wajah datar.“Dalam lima bulan, kau akan mengerjakan empat project?” tanya Kendrick, diangguki oleh Vindry. Sudah dipastikan, Kendrick menatap tajam istrinya dan berkata, “Tidak. Kau hanya boleh mengambil dua project.”Vindry mengerucutkan bibir, memang sudah memprediksi jika suaminya itu tidak akan mengijinkannya. Mengobrol berdua, hanya berdua dengan suaminya memang sedikit menguras emosinya, tetapi jika keluarga ikut campur dalam urusan me
“Lalu, aku tidak menggunakan pengharum badan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di ranjang dengan bersidekap dada dan menyipitkan mata kepadanya. Istrinya itu lebih sensitive daripada biasanya, dan Kendrick tidak mempermasalahkan.“Ya. Memangnya parfum sepenting itu?” tanya Vindry dengan tidak santai, ia kesal karena dari jam tiga pagi sudah tidak bisa tertidur karena laper terus hingga saat ini, sedanngkan tadi Kendrick sudah memasak untuknya.Kendrick menatap Vindry dengan melipat lengan kemejanya dan memfokuskan atensinya hanya kepada Vindry.“Aku selalu bertemu dengan orang penting, jika aku tidak menggunakan parfum membuatku terlihat tidak keren, Vindry.”Vindry turun dari ranjang, dan menghampiri suaminya untuk membantu merapihkan pakaian Kendrick. Setelah rapih, ia tersenyum manis, “Kau sudah keren,” ucapnya. Ia menghirup aroma tubuh Kendrick, “Wangi kok tanpa kau pakai pengharum badan,” lanjutnya.Kendrick memikirkan satu hal, jika ia tidak menggunakan parfum akan dicurig
“Apa? Minta ijin buat datang besok?”Vindry mengangguk semangat, tersenyum manis kepada suaminya yang sedang menyeruput kopi buatannya. Ia harus datang besok untuk melihat secara langsung talent yang berhasil masuk ke babak dua.“Boleh yayaya? Audisinya juga di kantor saja, tidak pindah-pindah tempat. Setelah selesai, aku langsung pulang.”Kendrick hanya bergeming, tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh istrinya. Ia memilih untuk menatap layar ponselnya, lalu menyipitkan kedua matanya saat sebuah pesan masuk dan terletak paling atas diantara pesan yang lainnya.Vindry mengerucutkan bibirnya, “Kendrickk, boleh yaa?” tanyanya, masih berusaha untuk membujuk suaminya agar mengijinkan dirinya untuk datang ke kantor esok hari.Kendrick membuka pesan tersebut, menaikkan sebelah alisnya lalu terbit smirk smile. Tentu saja membuat Vindry menyipitkan kedua matanya, perubahan ekspresi Kendrick membuat Vindry menaruh curiga.Vindry melirik ke layar ponsel milik Kendrick, tetapi seketika layar t
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y