"Aa ... !" Dengan wajah yang memerah menahan malu. Seketika itu Cahaya langsung berteriak sambil memungut handuk untuk menutupi tubuhnya."Ka-kak Langit ngapain di sini? Dan s-sejak kapan Kakak ada di sini?" teriaknya panik."Ekhem-hem!" Sembari memegangi tengkuk leher, lelaki itu terlihat sangat canggung. Ia kini sedang berusaha mengontrol diri, mencoba untuk menetralkan hawa panas tubuhnya yang sudah mulai terpancing gairah karena melihat tubuh polosnya tadi.Seketika itu Langit mengalihkan pandangannya ke arah samping. Sungguh dirinya jadi salah tingkah, gugup dan bingung harus bersikap bagaimana sekarang.Sedangkan Cahaya dengan terburu-buru segera memakai baju tidurnya. Sungguh ia tidak mengira kalau lelaki itu kini tengah berada di kamar ini. Sehingga membuatnya merasa sangat malu dan juga canggung padanya.Walaupun untuk sebelumnya lelaki itu sudah pernah melihat tubuhnya yang dalam keadaan polos. Akan tetapi dirinya masih saja akan tetap merasa sangat malu jika harus berhadap
Tangan Cahaya masih menggantung di udara. "Ini bekel buat Kakak sarapan di kantor nanti. Karena Kakak terlambat, takutnya Kakak malah gak sempet sarapan. Ja-jadi --""Ah ... iya ya kelamaan. Udah sini!" Tanpa menunggu lama, dengan sedikit kasar lelaki itu langsung menyabar kotak nasi itu. Kemudian ia membalikan badan dan segera ingin melangkah pergi."Eh, tunggu, Kak!"Namun lagi-lagi suara cempreng Cahaya kembali memanggilnya. Sehingga membuatnya merasa sedikit jengkel padanya.Lalu dengan menggertakkan giginya ia berkata, "Ada apa lagi, Cahaya ...."Tanpa terduga gadis itu langsung menghampirinya dan mengulurkan tangan padanya. Sehingga membuat laki-laki itu hanya tertegun melihatnya.Karena melihat Langit yang hanya diam saja seperti patung. Cahaya langsung meraih tangan Langit dan mencium punggung tangan laki-laki itu.Deg!Langit masih sedikit kaget melihat sikap sopan santun gadis cantik tersebut."Hati-hati ya, Kak, di jalan! Pelan-pelan saja, jangan ngebut nyetirnya, ok?" uc
Dengan sedikit kasar, Langit langsung merebut kotak makan itu. "E-eh ... itu punyaku." Revan berpura-pura kaget. Tanpa mau menggubrisnya, lelaki berkemeja hitam itu mulai memakan nasi goreng tersebut. Sehingga membuat Revan hanya bisa mendengus kesal padanya."Katanya tadi gak mau. Eh, sekarang malah main nyerobot aja tuh nasi goreng," sungutnya merasa jengkel dengan Langit.Namun, lelaki berkulit putih itu tampak acuh. Ia terus saja melanjutkan makannya. "Em ... ternyata nasi goreng ini beneran enak banget." ujarnya membatin."E-eh, Lang! Itu jangan dihabisin dong! Aku juga masih mau." Dengan iseng Revan ingin mengambil kotak makan itu. Namun, dengan cepat Langit menghalanginya dengan sebelah tangan."Ih ... Lang! Kau ini gimana sih? Jadi orang jangan plin-plan dong! Itu tadi nasi goreng, 'kan udah kau kasih ke aku. Kok, malah kau minta lagi. Sini dong, Lang! Aku masih laper nih!" Tangan lelaki itu ingin menggapai kotak makan tersebut.Sudah layaknya anak kecil, dengan wajah memela
Dengan tanpa sisa, pada akhirnya pria berkemeja hitam dengan lengan yang digulung sebawah siku itu melahap habis semua nasi goreng buatan Cahaya. Sehingga membuat laki-laki yang duduk di sebelahnya itu menggelengkan kepala melihat temannya yang begitu lahap menyantap makanan tersebut.Namun, tiba-tiba saja pandangan matanya kini terpaku pada tangan Langit yang dibalut oleh perban. Ia baru menyadari kalau tangan lekaki itu sedang terluka. Sehingga membuatnya merasa keheranan. Lalu dengan mengerutkan dahi Ia pun bertanya, "Eh tunggu tunggu! Itu tanganmu kenapa?" Langit langsung melihat telapak tangannya sendiri. "Oh, nggak papa kok. Cuma kegores kaca dikit," jawabnya santai."Apa?! Kegores kaca? kok bisa?" sontak lelaki berkulit sawo matang itu merasa syok dan kebingungan. "Memangnya kau habis ngapain? Kok bisa sampai terluka kayak gitu?" Setelah menyelesaikan makannya, terlihat Langit menyapu bibirnya dengan tisu terlebih dahulu. Setelahnya ia pun menyambar gelas air putih yang ada
Dengan wajah yang menunduk, wanita berkulit sawo matang itu memilin jarinya merasa sedikit gusar. Dirinya kini masih tetap berdiri di depan meja sang CEO muda yang terkenal dengan sikap dingin dan tak tersentuh itu.Mungkin bila sedang bersama keluarga dan orang terdekat, sikap laki-laki tampan berkulit putih dan berhidung mancung itu akan terlihat ramah dan selalu hangat. Akan tetapi, bila berhadapan dengan orang lain maka sikapnya akan berbanding terbaik 180 derajat. Lelaki itu akan terlihat dingin, acuh dan agak sedikit angkuh. Hingga membuat para karyawan yang bekerja di kantornya pun merasa sangat berhati-hati dalam menjaga sikap apabila sedang berhadapan ataupun berinteraksi dengan pria tersebut. Hampir tak ada satu pun karyawati yang berani untuk mendekatinya apalagi menggodanya. Karena mereka tau kalau sang Ceo tersebut sudah mempunyai seorang kekasih yang cantik jelita bak artis korea, yang bila dibandingkan dengan semua karyawan di sana, mereka tidaklah ada apa-apanya. Se
Tanpa terasa 1 bulan telah berlalu. Dan selama itu pula Langit semakin bersikap dingin, acuh tak acuh kepada Cahaya. Bagai dua orang asing yang tak saling mengenal, walaupun tinggal dalam satu atap yang sama, tetapi mereka jarang sekali bertegur sapa. Dan bahkan mereka masih tetap tidur terpisah. Dengan Langit yang lebih memilih tidur di ruang kerjanya. Sedangkan Cahaya hanya bisa pasrah menerima itu semua.Walaupun Langit selalu bersikap dingin, kasar dan acuh padanya, namun gadis cantik itu tetap berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik untuknya.Di setiap paginya ia akan selalu menyiapkan semua kebutuhan dari laki-laki tersebut. Mulai dari menyiapkan pakaian dan segala hal kebutuhan yang lainnya juga. Terkecuali kebutuhan di atas ranjang. Karena memang mereka tidur terpisah sehingga selama mereka tinggal di apartemen itu, keduanya pun tidak pernah melakukan hubungan suami istri.Tapi tak masalah baginya. Yang terpenting bagi Cahaya, ia sudah berusaha melakukan hal yang terbai
Di tempat lain, Langit datang ke sebuah cafe tempat langganan untuk berkumpul dengan teman-temannya. Di tempat tersebut tampak ada dua orang pria yang sebaya dengannya tengah duduk menunggunya di sebuah sofa panjang yang ada di sudut ruangan.Setelah beberapa saat ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruang, pada akhirnya kedua manik kecoklatan miliknya menangkap di mana posisi kedua temannya kini berada. Lalu tanpa menunggu lama dengan segera lelaki itu menghampiri keduanya."Noh, dia udah datang," ucap Revan ketika melihat Langit yang sedang berjalan menuju ke arahnya.Sehingga membuat pria yang duduk bersenden di sebelahnya pun ikut menoleh ke arahnya."Hai, Bro! Udah lama?" ucap Langit menyapa kedua temannya.Lalu kedua pria itu langsung berdiri dan memeluk Langit secara bergantian."Nggak, belum lama, kok. Kami juga tadi baru datang." Pria bernama lengkap Aditya Wirakusuma itu menjatuhkan kembali bokongnya di atas sofa."Tumben nih, sekarang bisa kumpul sama kita di sini? Biasanya,
Cahaya diam mematung dan terpaku menatap mobil itu dengan rasa kebingungan. Mobil itu terlihat bukanlah mobil biasa, terkesan mewah dan berkelas. Ya walaupun dirinya tidak begitu mengerti soal merek-merek mobil. Tetapi, siapa saja yang melihat mobil tersebut pasti bisa langsung menilai kalau mobil itu adalah sebuah mobil sport keluaran terbaru dengan harga yang cukup fantastis. Dan sudah pasti sang pemilik mobil tersebut bukanlah orang biasa melainkan orang kaya yang banyak duwit yang tak jauh berbeda dengan suaminya yaitu Langit.Kemudian di tengah-tengah rasa kebingungan yang sedang melanda hatinya kini, tiba-tiba saja kaca mobil itu terbuka, dan tampaklah sosok laki-laki tampan, dengan wajah kebule-bulean yang berada di dalam mobil tersebut tengah tersenyum manis kepadanya."Hay!" ucap pria itu menyapanya.Sontak dahi Cahaya mengerut, semakin keheranan menatapnya. Karena ia merasa tidak mengenali pria tersebut. Namun, sepertinya ia pernah melihatnya, tapi di mana? Ia pun lupa.Lak