"Hai, Cahaya! Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," ujar laki-laki itu sembari tersenyum menyeringai pada Cahaya.Degg!Sontak Cahaya langsung membelalakkan matanya dengan lebar. Ia merasa sangat syok ketika melihat siapa orang yang sedang menghadangnya kini."Ka- kamu!" pekiknya panik."Ya aku, si Rendy. Mantan terindahmu, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita di muka bumi ini. Termasuk juga kakak sepupu kamu yang bodoh itu!" sahut pria itu narsis.Gadis cantik dengan rambut ikal yang terurai itu hanya memutar bola matanya dengan malas mendengarkan celotehannya."Eh ... tunggu-tunggu! Kamu pasti kaget ya? Kenapa dengan tidak sengaja kita selalu saja dipertemukan seperti ini? Atau ... jangan-jangan kita ini beneran jodoh lagi, Ya?" Dengan senyum mengejek, laki-laki berbadan kekar itu mulai berjalan mengitari gadis tersebut.Sehingga membuat Cahaya merasa sedikit tertekan dan juga was-was, sedang menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh pria ini padanya nanti."Wi
"Aa ... stop! Sudah-sudah ... tolong berhenti! Tolong- tolong!" teriak Cahaya kencang.Sehingga menarik perhathian orang-orang yang ada di sekitar sana langsung tertuju padanya. Dengan segera orang-orang itu segera berlari menghampiri ketiganya.Dan di antara orang-orang itu terlihat dua orang security yang dibantu seberapa orang tersebut langsung melerai keduanya."Hey, berhenti, Tuan! Jika kalian masih tetap akan membuat keributan di sini, dengan terpaksa kami akan membawa kalian ke kantor polisi sekarang juga!" ancam salah satu security itu.Dengan nafas yang rersengal-senggal keduanya masih tampak emosi ingin melanjutkan perkelahian itu. Namun dengan sigap semua orang itu telah menahan tubuh keduanya.Sehingga mereka hanya saling menatap tajam dan mendengus kesal saja.Kemudian Cahaya segera menghampiri suaminya. Lalu sembari memeluk tubuh pria itu, ia pun berucap, "Udah ya, Kak! Aku mohon jangan berantem lagi! Dan mending kita pulang aja ya sekarang. Aku cape banget dan ingin pul
Plakk!!Dengan tanpa terduga laki-laki itu langsung melayangkan sebuah tamparan kepada Selly.Sehingga membuat wanita paruh baya yang berdiri di sampingnya langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan sangat syok melihatnya.Sedangkan Selly, dengan pipi yang memerah dan terasa sedikit perih. Ia hanya diam mematung sambil memegangi pipinya yang sakit. Sungguh ia merasa sangat syok dan sekaligus marah kepada ayahnya dan juga pada Cahaya tentunya."Sudah, Pak! Yang sabar!" Dengan panik Irma segera menghampiri suaminya. Kemudian ia menatap ke arah putrinya yang sedang berdiri tepat di hadapannya kini."Selly, sudah cukup! Jangan kamu ulangi perbuatanmu itu! Ibu mohon, Selly! Ini semua demi kebaikanmu juga. Jadi, mulai dari saat ini jangan kamu sekali-kali mengganggu Cahaya lagi, ya!" pintanya memohon."Tuh, 'kan sudah aku duga. Ternyata benar, si cewek bodoh itu sudah mengadu ke Bapak," ujar Selly membatin."Oh, jadi semua ini gara-gara Cahaya? Sampai Bapak tega menampar aku?" tanya Sell
Setelah menerima tamparan dari ayahnya tadi, Selly benar-benar merasa sangat marah terhadap ayahnya. Sehingga ia pun memutuskan untuk pergi saja dari rumahnya ini."Ya benar, mending aku pergi aja dari sini. Aku udah bosen dan lelah jika terus-terusan dimarahin sama Bapak. Lagi pula kalau aku tinggal di luar, 'kan jadi bisa lebih bebas. Gak ada yang ngatur-ngatur aku lagi dan juga gak ada yang marahin aku lagi jika pulang malam gitu.""Hahaha ... ya bener banget. Lebih baik aku meninggalkan rumah kecil ini. Dan nanti aku, 'bisa tinggal di apartemennya Rendy. Emang cuma Cahaya saja yang bisa tinggal di apartemen mewah. Aku juga bisa, kali."Sambil terus ngedumel kesal, wanita berkulit sawo matang itu sibuk memasukan pakaiannya ke dalam koper. Setelahnya ia pun segera berjalan keluar dari kamar.Begitu sampai di ruang tamu, Irma yang sedang berada di sana seorang diri, tampak kebingungan melihatnya sedang berjalan sambil membawa koper. Dengan panik ia pun bergegas mendekatinya."Loh, Se
Di kantor.Terlihat seorang lelaki tampan berkemeja abu-abu yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu sedang sibuk menelfon seseorang.Tut- tut ....Tak berapa lama sambungan telepon itu pun dijawab."Ya, halo, assalamualaikum! Ada apa, Lang?Tumben telepon?" ucap seorang pria dari seberang telepon."Waalaikumsalam, Dit. Kita ketemuan yuk! Ada yang mau aku omongin nih, sama kamu," sahut Langit."Oke, kebetulan sekali, aku juga lagi gak sibuk nih. Jadi, aku bisa langsung ke kantormu sekarang.""Ok, ya udah aku tunggu?""Oke-oke, aku akan segera ke sana sekarang. Ya udah aku tutup ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Kemudian lelaki itu mengakhiri panggilan teleponnya.Sembari meyenderkan punggung, lelaki itu menghela nafas panjang. Wajahnya kini menengadah ke atas. Pandangannya pun menatap ke arah langit-langit. Lalu, dengan sebelah tangan ia mengusap-usap dagu, raut wajahnya begitu tampak serius terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.Dirinya sedang memikirka
Flashback.Beberapa hari yang lalu. Seperti biasa Cahaya sekarang sedang berada di butik milik ibu mertuanya. Hampir setiap hari gadis itu selalu datang ke sana. Ia akan membantu para karyawan melayani para pengunjung yang datang di butik tersebut.Para karyawan itu pun merasa senang dan terkagum-kagum dengan sikap baik gadis itu. Karena sikap baik dan ramahnya kepada siapa saja. Sehingga tak heran jika Cahaya bisa cepat dekat dan akrab dengan semua karyawan di sana.Tiba-tiba saja ada teman arisan bu Sintya yang kebetulan datang berkunjung ke butik bersama putrinya. Begitu mereka masuk ke butik, salah satu karyawan pun langsung menyambutnya."Selamat datang. Silahkan, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Mbak, Bu Sontya nya ada?" tanya si Ibu tadi."Oh ada. Beliau sedang ada di ruangannya," jawab si karyawan tersenyum ramah."Bisa minta tolong panggilkan Bu Sintya ke sini?""Oh baik. Tunggu sebentar ya, Nyonya!" Kemudian sang pegawai itu langsung saja menuju ruangan Sintya.Begitu sam
Melly langsung mengangguk. " Iya. Makannya, Kamu ini jangan suka ngomong sembarang deh!""Gila! Bukannya si Langit dulu, 'kan pacarannya sama si Cellin. Terus kenapa malah meritnya sama gadis itu?" batin Alena merasa tak percaya."Heh, Lena! Kok malah bengong sih?" Sebuah tepukan di bahu membuat gadis itu terlonjak kaget dan langsung tersadar dari lamunannya."Hah, enggak, Mah. Aku cuma kaget aja dan masih gak percaya kalau cewek itu adalah menantunya Tante Sintya, Mah? Kakau dilihat dari penampilan cewek tadi, 'kan ku kira dia cuma pelayan di salon ini, Mah," sahut Alena."Sudahlah, pokoknya Mama gak perduli siapa pun dia. Tapi yang jelas sekarang gadis itu adalah menantu dari Bu Sintya. Jadi, kamu harus bersikap baik juga kepadanya. Jangan marah-marah seperti tadi! Yang ada Mama gak enak sama Bu Sintya tau!""Iya-ya, Mah. Ya maaf, orang Lena juga gak tau. Kalau gadis udik itu ternyata menantunya Tante Sintya, kok." Dengan menekuh wajah, gadis berambut pirang sepunggung itu terlihat
Ceklikk!Begitu pintu terbuka, kedua pria tampan yang sedang berada di dalam ruangan itu langsung tercengang dan merasa sangat syok ketika melihat siapa orang yang berada di balik pintu.Terlihat ada seorang wanita cantik dengan perawakan tinggi semampai yang berpakaian modis dan seksi sedang membuka pintu tersebut."Ce-cellina?!" pekik keduanya secara bersamaan. Dengan mata yang membelalak lebar, kedua pria itu kaget bukan kepalang."Hai, Lang! Eh, ada Aditya juga. Apa kabar kalian?" sapa Cellina. Dengan seketika keduanya pun langsung tersadar dari keterkejutannya. Dengan keadaan yang sama-sama kikuk dan serba salah, ketiganya merasa sangat canggung."Oh, ya-ya aku alhamdulillah baik kok," jawabAditya dengan terbata. Kemudian ia melirik ke arah Langit yang masih terdiam seribu bahasa karena masih merasa syok dan juga bingung melihat kedatangan wanita tersebut."Em ... kalau begitu. Aku cabut dulu ya, Lang. Lain kali nanti kita sambung lagi obrolannya." Dengan perasaan tidak enak la