"Sorry karena aku tadi sudah membentakmu. Aku janji deh, tidak akan pernah melakukannya lagi, Ok? " bujuk Langit sembari duduk di samping Cahaya, ia mengusap lembut kepala gadis cantik yang kini terlihat sedang menekuk wajah kesal."Hmmm!" Tanpa mau menoleh ke arahnya, gadis itu masih terus sibuk menatap ke arah benda pipih yang ada di tangannya.Sehingga membuat Langit yang merasa tak terima diabaikan olehnya, langsung menakup wajah Cahaya agar mau menghadap ke arah dirinya. "Lah, kok cuma hem doang sih? Liat aku dong, Sayang! Aku di sini, bukan di situ, tau!""Ih ... apaan sih, Kak! Lepasin, ah!" Dengan perasaan jengkel, gadis itu meronta berusaha untuk menyingkirkan kedua tangan suaminya dari pipinya."Udah, sana pakai baju dulu!" Cahaya mendorong dada bidang lelaki itu agar bisa menjauh darinya.Namun dengan cepat lelaki yang masih bertelanjang dada itu langsung menangkap kedua tangannya dan tersenyum manis ke arahnya. "Kamu masih marah sama aku? Ya, udah aku minta maaf, de!. Udah
"Hai, Cahaya! Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," ujar laki-laki itu sembari tersenyum menyeringai pada Cahaya.Degg!Sontak Cahaya langsung membelalakkan matanya dengan lebar. Ia merasa sangat syok ketika melihat siapa orang yang sedang menghadangnya kini."Ka- kamu!" pekiknya panik."Ya aku, si Rendy. Mantan terindahmu, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita di muka bumi ini. Termasuk juga kakak sepupu kamu yang bodoh itu!" sahut pria itu narsis.Gadis cantik dengan rambut ikal yang terurai itu hanya memutar bola matanya dengan malas mendengarkan celotehannya."Eh ... tunggu-tunggu! Kamu pasti kaget ya? Kenapa dengan tidak sengaja kita selalu saja dipertemukan seperti ini? Atau ... jangan-jangan kita ini beneran jodoh lagi, Ya?" Dengan senyum mengejek, laki-laki berbadan kekar itu mulai berjalan mengitari gadis tersebut.Sehingga membuat Cahaya merasa sedikit tertekan dan juga was-was, sedang menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh pria ini padanya nanti."Wi
"Aa ... stop! Sudah-sudah ... tolong berhenti! Tolong- tolong!" teriak Cahaya kencang.Sehingga menarik perhathian orang-orang yang ada di sekitar sana langsung tertuju padanya. Dengan segera orang-orang itu segera berlari menghampiri ketiganya.Dan di antara orang-orang itu terlihat dua orang security yang dibantu seberapa orang tersebut langsung melerai keduanya."Hey, berhenti, Tuan! Jika kalian masih tetap akan membuat keributan di sini, dengan terpaksa kami akan membawa kalian ke kantor polisi sekarang juga!" ancam salah satu security itu.Dengan nafas yang rersengal-senggal keduanya masih tampak emosi ingin melanjutkan perkelahian itu. Namun dengan sigap semua orang itu telah menahan tubuh keduanya.Sehingga mereka hanya saling menatap tajam dan mendengus kesal saja.Kemudian Cahaya segera menghampiri suaminya. Lalu sembari memeluk tubuh pria itu, ia pun berucap, "Udah ya, Kak! Aku mohon jangan berantem lagi! Dan mending kita pulang aja ya sekarang. Aku cape banget dan ingin pul
Plakk!!Dengan tanpa terduga laki-laki itu langsung melayangkan sebuah tamparan kepada Selly.Sehingga membuat wanita paruh baya yang berdiri di sampingnya langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan sangat syok melihatnya.Sedangkan Selly, dengan pipi yang memerah dan terasa sedikit perih. Ia hanya diam mematung sambil memegangi pipinya yang sakit. Sungguh ia merasa sangat syok dan sekaligus marah kepada ayahnya dan juga pada Cahaya tentunya."Sudah, Pak! Yang sabar!" Dengan panik Irma segera menghampiri suaminya. Kemudian ia menatap ke arah putrinya yang sedang berdiri tepat di hadapannya kini."Selly, sudah cukup! Jangan kamu ulangi perbuatanmu itu! Ibu mohon, Selly! Ini semua demi kebaikanmu juga. Jadi, mulai dari saat ini jangan kamu sekali-kali mengganggu Cahaya lagi, ya!" pintanya memohon."Tuh, 'kan sudah aku duga. Ternyata benar, si cewek bodoh itu sudah mengadu ke Bapak," ujar Selly membatin."Oh, jadi semua ini gara-gara Cahaya? Sampai Bapak tega menampar aku?" tanya Sell
Setelah menerima tamparan dari ayahnya tadi, Selly benar-benar merasa sangat marah terhadap ayahnya. Sehingga ia pun memutuskan untuk pergi saja dari rumahnya ini."Ya benar, mending aku pergi aja dari sini. Aku udah bosen dan lelah jika terus-terusan dimarahin sama Bapak. Lagi pula kalau aku tinggal di luar, 'kan jadi bisa lebih bebas. Gak ada yang ngatur-ngatur aku lagi dan juga gak ada yang marahin aku lagi jika pulang malam gitu.""Hahaha ... ya bener banget. Lebih baik aku meninggalkan rumah kecil ini. Dan nanti aku, 'bisa tinggal di apartemennya Rendy. Emang cuma Cahaya saja yang bisa tinggal di apartemen mewah. Aku juga bisa, kali."Sambil terus ngedumel kesal, wanita berkulit sawo matang itu sibuk memasukan pakaiannya ke dalam koper. Setelahnya ia pun segera berjalan keluar dari kamar.Begitu sampai di ruang tamu, Irma yang sedang berada di sana seorang diri, tampak kebingungan melihatnya sedang berjalan sambil membawa koper. Dengan panik ia pun bergegas mendekatinya."Loh, Se
Di kantor.Terlihat seorang lelaki tampan berkemeja abu-abu yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu sedang sibuk menelfon seseorang.Tut- tut ....Tak berapa lama sambungan telepon itu pun dijawab."Ya, halo, assalamualaikum! Ada apa, Lang?Tumben telepon?" ucap seorang pria dari seberang telepon."Waalaikumsalam, Dit. Kita ketemuan yuk! Ada yang mau aku omongin nih, sama kamu," sahut Langit."Oke, kebetulan sekali, aku juga lagi gak sibuk nih. Jadi, aku bisa langsung ke kantormu sekarang.""Ok, ya udah aku tunggu?""Oke-oke, aku akan segera ke sana sekarang. Ya udah aku tutup ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Kemudian lelaki itu mengakhiri panggilan teleponnya.Sembari meyenderkan punggung, lelaki itu menghela nafas panjang. Wajahnya kini menengadah ke atas. Pandangannya pun menatap ke arah langit-langit. Lalu, dengan sebelah tangan ia mengusap-usap dagu, raut wajahnya begitu tampak serius terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.Dirinya sedang memikirka
Flashback.Beberapa hari yang lalu. Seperti biasa Cahaya sekarang sedang berada di butik milik ibu mertuanya. Hampir setiap hari gadis itu selalu datang ke sana. Ia akan membantu para karyawan melayani para pengunjung yang datang di butik tersebut.Para karyawan itu pun merasa senang dan terkagum-kagum dengan sikap baik gadis itu. Karena sikap baik dan ramahnya kepada siapa saja. Sehingga tak heran jika Cahaya bisa cepat dekat dan akrab dengan semua karyawan di sana.Tiba-tiba saja ada teman arisan bu Sintya yang kebetulan datang berkunjung ke butik bersama putrinya. Begitu mereka masuk ke butik, salah satu karyawan pun langsung menyambutnya."Selamat datang. Silahkan, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Mbak, Bu Sontya nya ada?" tanya si Ibu tadi."Oh ada. Beliau sedang ada di ruangannya," jawab si karyawan tersenyum ramah."Bisa minta tolong panggilkan Bu Sintya ke sini?""Oh baik. Tunggu sebentar ya, Nyonya!" Kemudian sang pegawai itu langsung saja menuju ruangan Sintya.Begitu sam
Melly langsung mengangguk. " Iya. Makannya, Kamu ini jangan suka ngomong sembarang deh!""Gila! Bukannya si Langit dulu, 'kan pacarannya sama si Cellin. Terus kenapa malah meritnya sama gadis itu?" batin Alena merasa tak percaya."Heh, Lena! Kok malah bengong sih?" Sebuah tepukan di bahu membuat gadis itu terlonjak kaget dan langsung tersadar dari lamunannya."Hah, enggak, Mah. Aku cuma kaget aja dan masih gak percaya kalau cewek itu adalah menantunya Tante Sintya, Mah? Kakau dilihat dari penampilan cewek tadi, 'kan ku kira dia cuma pelayan di salon ini, Mah," sahut Alena."Sudahlah, pokoknya Mama gak perduli siapa pun dia. Tapi yang jelas sekarang gadis itu adalah menantu dari Bu Sintya. Jadi, kamu harus bersikap baik juga kepadanya. Jangan marah-marah seperti tadi! Yang ada Mama gak enak sama Bu Sintya tau!""Iya-ya, Mah. Ya maaf, orang Lena juga gak tau. Kalau gadis udik itu ternyata menantunya Tante Sintya, kok." Dengan menekuh wajah, gadis berambut pirang sepunggung itu terlihat
Dengan sangat terburu-buru Cellina terlebih dahulu masuk ke dalam kantor dan ia ingin segera menuju ke ruang kerjanya Langit. Sementara Cahaya yang sedang berjalan ingin memasuki kantor. Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari belakang. "Hay, Cahaya!" Panggil Revan yang kebetulan baru saja datang di kantor itu. Karena merasa ada yang memanggil, gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Revan! Kamu juga kerja di sini bareng Kak Langit, ya?" jawab Cahaya. "Enggak, kok. Kalau aku kerjanya di kantor cabang yang ada di Kebon Jeruk. Biasa aku ke sini karena ada meeting gitu. Nanti setelah meetingnya selesai aku balik lagi deh ke kantor cabang." "Kalau kamu kok tumben datang ke sini mau ketemu sama Langit, ya?" tebaknya. "Oh ini, tadi Kak Langit hp-nya ketinggalan. Jadi aku mau anterin HP ini ke dia." Gadis cantik bergaun putih tulang itu menunjukkan ponsel yang ada di tangan kanannya. "Oh gitu." Revan tampak manggut-mangut. "Ya udah, ayo biar aku antar ke ruangan Lan
Begitu mendengar ucapan Aditya tadi, dengan memasang wajah garang, Cahaya langsung melotot ke arah Langit. "Oh, jadi Kakak masih suka ketemuan sama Mbak Cellina?" tanyanya sewot. "E-eh ... enggak enggak kok!" Dengan gelagapan pria berkemeja hitam itu langsung menggelengkan kepala. "Itu tadi si Aditya berbohong, Sayang. Dia memang sengaja ingin ngerjain aku. Agar kamu marah sama aku. Jadi, jangan percaya ya sama dia! Dan lagi pula mana mungkin aku janjian sama Cellina, sementara ada kamu di sini," lanjutnya lagi. "Oh ... berarti kalau nggak ada aku di sini, Kakak masih suka ketemuan sama dia, gitu?" sahut Cahaya jutek. Lalu dengan terlihat sangat kesal, gadis itu langsung saja melangkah pergi meninggalkan lelaki tersebut. "Ya-ya ... bu-bukan begitu, Sayang. Kok kamu malah jadi marah begini, sih! Ah ... sialan! Ini gara-gara si Aditya rese nih. Eh, tunggu!" Dengan terlihat panik, lelaki itu gegas mengejarnya. "Aya, jangan marah begini, dong! Kan, kamu tahu sendiri. Semenjak
Dengan terus menatap tajam ke arah sepasang suami istri itu, tiba-tiba Cellina terdiam dan menghentikan langkahnya. Sehingga membuat kedua temannya merasa keheranan dan juga ikut menoleh ke arah Langit dan Cahaya. Dengan mata yang membola, kedua wanita itu cukup tercengang ketika melihat Langit yang sedang berjalan sambil bergandengan mesra dengan seorang wanita. "Loh, Itu bukanya si Langit? Kok malah lagi jalan sama si cewek kampungan itu, sih? Bukannya kamu bilang kalau dia masih cinta mati sama kamu. Tapi, kenapa dia malah terlihat sangat mesra dengan cewek udik itu?" ujar Alena merasa keheranan. "Diam! Aku juga kesel tau! Ternyata Langit benar-benar sudah terpikat dengan gadis kampungan itu. Sehingga dia rela meninggalkanku demi cewek murahan itu. Tapi, aku gak akan diam saja seperti ini. Lihat saja akan kuberi pelajaran dia nanti. Karena telah berani merebut Langit dariku," jawab Cellina dengan kesal terus menyorot tajam ke arah sepasang suami istri tersebut. "Terus sek
"Em ... kira-kira siapa, ya? Orang yang aku sukai itu adalah ... Kakak," ucapnya sangat pelan dan nyaris tak terdengar. "Hah! Siapa tadi? Aku nggak dengar, Aya." Langit berpura-pura tidak mendengar. "Ah ... tau, ah!" Karena kesal, gadis itu ingin mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh. Namun kedua tangannya itu langsung di tahan oleh Langit. "Ayo dong, Aya! Katakan sekali lagi. Aku nggak dengar tadi," bujuknya. Pada akhirnya dengan wajah yang bersemu merah, gadis cantik itu pun menjawab pertanyaannya lagi. "Aku ... sukanya ... sama Kak Langit." Lelaki itu langsung tersenyum sumringah ketika mendengar pengakuannya. Lalu sedetik kemudian pria tersebut menyambar bibir ranum gadis itu dan mulai mengechupnya dengan lembut. Cahaya hanya pasrah memejamkan mata dan membalas ciumannya juga. Dan tidak cukup sampai di situ saja. Sepasang suami istri itu pun melanjutkan aksinya hingga sampai tengah malam. Merasakan surga dunia sebagai sepasang suami istri. Dan itulah hal yang te
"Ya, nggak gimana-gimana dong, Sayang." Sembari tersenyum manis, lelaki itu menoel hidungnya gemas. Kemudian ia menakup kedua pipinya dan menatap dalam dua bola mata bening milik gadis itu. "Dengarkan aku, Aya! Yang terpenting, 'kan aku sekarang cuma cintanya sama kamu. Jadi, kamu nggak usah khawatir. Karena mau sampai kapanpun juga, aku berjanji nggak akan pernah mau tinggalin kamu," tukasnya terlihat dengan sangat sungguh-sungguh berusaha untuk meyakinkan sang istri. Sehingga membuat gadis itu tersenyum bahagia mendengar ucapannya. "Tapi ... seumpamanya Mbak Cellina masih pengen balik lagi sama Kakak gimana?" "Hahaha ...." Sontak saja Langit malah tertawa geli, karena nampaknya saat i i sedangmerasa cembur."Hem ... kelihatannya Istriku yang cantik ini lagi cemburu ya? Tapi nggak papa, aku malah seneng kok kalau kamu cemburu kayak gini, itu tandanya kamu cinta banget sama aku." Dengan terseyum tengil, ia malah mengejeknya. "Cih, siapa juga yang cemburu?" elak Cahaya. "Orang
Setelah selesai sarapan, Langit pun kembali lagi masuk ke dalam kamar. Hari ini ia sengaja tidak masuk kerja. Karena ingin menunggu Cahaya yang sedang sakit dan sekaligus ingin segera menyelesaikan kesalah pahaman di antara mereka berdua. Lelaki bertubuh atletis itu membawa laptop ke dalam kamar. Ia ingin melanjutkan pekerjaannya dari rumah. Sembari menunggu istrinya yang masih tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya tadi, jari-jemarinya terlihat sibuk mengotak-atik kaybort laptop yang ada di pangkuannya. Lelaki itu kini duduk di atas kasur bersebelahan dengan Cahaya. Dengan sesekali Ia melihat ke arah gadis itu untuk memastikan kalau istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja. Lalu tak berapa lama wanita cantik yang ada di sebelahnya itu mulai terbangun. Ia mendapati kalau suaminya kini berada di sampingnya terlihat sedang sibuk dengan laptopnya. Sehingga membuatnya merasa sedikit senang dan terharu padanya. "Oh, ternyata sedari tadi dia nungguin aku, ya? Sampai nggak
"Apaa?!" Sontak saja Langit langsung membelalakan mata menatap tidak percaya pada Cahaya. Sungguh ia sangat syok ketika mendengar kata cerai yang keluar dari bibir gadis itu. Lalu dengan segera lelaki itu kembali menggelengkan kepala. "Tidak, aku mohon jangan berkata seperti itu, Aya!" Kini pria itu memeluk erat tubuh gadis yang sedang terduduk di hadapannya kini. Sedangkan gadis itu hanya terdiam seperti patung tidak mau membalas pelukannya. "Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, Aya! Akan aku jelaskan dengan yang sejujur-jujurnya kalau semua ini hanyalah salah paham saja. Jadi, please jangan berburuk sangka dulu, ok?" Lelaki itu menengadahkan wajahnya menatap gadis itu dengan sayu. "Ya ya memang benar kalau selama ini aku sering pergi menemuinya. Akan tetapi kami tidak pernah melakukan apa pun juga, Aya. Ya, aku pun terpaksa melakukan ini, karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya kalau aku akan menemaninya dalam waktu sebulan ini saja." Dengan sangat gugup dan terbat
Pukul jam 03.00 dini hari, tiba-tiba saja Cahaya terbangun. Dengan perlahan gadis itu mulai mengerjapkan mata dan membukanya dengan lebar. Dirinya kini mulai mengingat-ingat kejadian yang semalam. Seketika itu ia pun menoleh ke arah samping dan mendapati tempat itu dalam keadaan kosong tanpa adanya sosok suaminya di sana. Kemudian ia menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu masih jam 03.00 pagi. Lalu sembari tersenyum kecut ia berkata, "Ternyata ini semua bukanlah mimpi. Dan tidur di mana dia sekarang?" Raut wajah gadis itu kembali murung. Pada awalnya ia berharap semua kejadian tadi adalah hanya sebuah mimpi buruk saja. Namun, semua ini nyata. Lagi-lagi ia tertawa miris. "Hahaha ... bodoh sekali kamu, Cahaya! Palingan juga dia pergi ke tempatnya si Cellina. Mending sekarang aku sholat tahajud saja." Tanpa berpikir panjang lagi, kemudian gadis yang sedang dilanda kesedihan itu pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia berniat untuk pergi ke kamar mandi dan akan mengamb
"A-apa?! Ca-cahaya istri kamu?" Sontak saja Aditya terpekik kaget melotot ke arah Langit. "Kamu jangan bercanda deh, Lang!" lanjutnya sambil terkekeh canggung. "Siapa juga yang sedang bercanda? Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Cahaya," jawab Langit dingin. Pria berkemeja krem itu menoleh ke arah gadis yang sedang dicekal tangannya oleh Langit. "Apakah itu benar, Cahaya? Kalau kamu ini adalah istrinya Langit?" tanyanya merasa tak percaya. Cahaya yang masih tetap terdiam menganggukkan kepalanya dengan pelan. Sebagai tanda kalau apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu adalah benar. Sehingga membuat Langit kini tersenyum sinis padanya. "Sudah jelas, 'kan? Jadi, mulai sekarang tolong jauhi Cahaya!" tukasnya tegas. Lalu sembari menarik tangan Cahaya, lelaki itu langsung meninggalkan Aditya yang masih diam mematung karena merasa sangat syok ketika mengetahui bahwa wanita yang ia sukai selama ini sudah mempunyai suami. Dan lebih parahnya lagi suaminya itu ternyata ada