Bruggh!"Aww ...." Selly meringis kesakitan. Dengan tidak berdaya wanita berkemeja putih itu duduk bersimpuh di lantai.Otomatis semua orang yang berada di sekitar sana langsung menoleh ke arah wanit tersebut. Dengan keheranan orang-orang itu mulai berkasak-kusuk membicarakan Selly."Security!" Dengan wajah yang tampak merah padam, Langit langsung memanggil petugas keamanan."Cepat bawa perempuan ini keluar dari sini! Dan kalian semua harus ingat! Jangan pernah biarkan perempuan ini sampai masuk ke sini lagi. Mengerti!" bentak Langit dengan sangat serius ia menatap ke arah semua orang-orang yang sedang berada di sana.Sehingga membuat semua orang, terutama kedua petugas resepsionis tadi langsung merasa ketakutan dibuatnya.Selang beberapa menit kemudian, terlihat ada dua orang laki-lak yang berseragam langsung datang menghampiri Selly. Dengan sigap kedua orang tersebut meraih lengan wanita itu dan akan menyeretnya keluar."Sebelumnya kami meminta maaf atas ketidaknyaman ini! Dan kami p
"Sorry karena aku tadi sudah membentakmu. Aku janji deh, tidak akan pernah melakukannya lagi, Ok? " bujuk Langit sembari duduk di samping Cahaya, ia mengusap lembut kepala gadis cantik yang kini terlihat sedang menekuk wajah kesal."Hmmm!" Tanpa mau menoleh ke arahnya, gadis itu masih terus sibuk menatap ke arah benda pipih yang ada di tangannya.Sehingga membuat Langit yang merasa tak terima diabaikan olehnya, langsung menakup wajah Cahaya agar mau menghadap ke arah dirinya. "Lah, kok cuma hem doang sih? Liat aku dong, Sayang! Aku di sini, bukan di situ, tau!""Ih ... apaan sih, Kak! Lepasin, ah!" Dengan perasaan jengkel, gadis itu meronta berusaha untuk menyingkirkan kedua tangan suaminya dari pipinya."Udah, sana pakai baju dulu!" Cahaya mendorong dada bidang lelaki itu agar bisa menjauh darinya.Namun dengan cepat lelaki yang masih bertelanjang dada itu langsung menangkap kedua tangannya dan tersenyum manis ke arahnya. "Kamu masih marah sama aku? Ya, udah aku minta maaf, de!. Udah
"Hai, Cahaya! Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," ujar laki-laki itu sembari tersenyum menyeringai pada Cahaya.Degg!Sontak Cahaya langsung membelalakkan matanya dengan lebar. Ia merasa sangat syok ketika melihat siapa orang yang sedang menghadangnya kini."Ka- kamu!" pekiknya panik."Ya aku, si Rendy. Mantan terindahmu, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita di muka bumi ini. Termasuk juga kakak sepupu kamu yang bodoh itu!" sahut pria itu narsis.Gadis cantik dengan rambut ikal yang terurai itu hanya memutar bola matanya dengan malas mendengarkan celotehannya."Eh ... tunggu-tunggu! Kamu pasti kaget ya? Kenapa dengan tidak sengaja kita selalu saja dipertemukan seperti ini? Atau ... jangan-jangan kita ini beneran jodoh lagi, Ya?" Dengan senyum mengejek, laki-laki berbadan kekar itu mulai berjalan mengitari gadis tersebut.Sehingga membuat Cahaya merasa sedikit tertekan dan juga was-was, sedang menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh pria ini padanya nanti."Wi
"Aa ... stop! Sudah-sudah ... tolong berhenti! Tolong- tolong!" teriak Cahaya kencang.Sehingga menarik perhathian orang-orang yang ada di sekitar sana langsung tertuju padanya. Dengan segera orang-orang itu segera berlari menghampiri ketiganya.Dan di antara orang-orang itu terlihat dua orang security yang dibantu seberapa orang tersebut langsung melerai keduanya."Hey, berhenti, Tuan! Jika kalian masih tetap akan membuat keributan di sini, dengan terpaksa kami akan membawa kalian ke kantor polisi sekarang juga!" ancam salah satu security itu.Dengan nafas yang rersengal-senggal keduanya masih tampak emosi ingin melanjutkan perkelahian itu. Namun dengan sigap semua orang itu telah menahan tubuh keduanya.Sehingga mereka hanya saling menatap tajam dan mendengus kesal saja.Kemudian Cahaya segera menghampiri suaminya. Lalu sembari memeluk tubuh pria itu, ia pun berucap, "Udah ya, Kak! Aku mohon jangan berantem lagi! Dan mending kita pulang aja ya sekarang. Aku cape banget dan ingin pul
Plakk!!Dengan tanpa terduga laki-laki itu langsung melayangkan sebuah tamparan kepada Selly.Sehingga membuat wanita paruh baya yang berdiri di sampingnya langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan sangat syok melihatnya.Sedangkan Selly, dengan pipi yang memerah dan terasa sedikit perih. Ia hanya diam mematung sambil memegangi pipinya yang sakit. Sungguh ia merasa sangat syok dan sekaligus marah kepada ayahnya dan juga pada Cahaya tentunya."Sudah, Pak! Yang sabar!" Dengan panik Irma segera menghampiri suaminya. Kemudian ia menatap ke arah putrinya yang sedang berdiri tepat di hadapannya kini."Selly, sudah cukup! Jangan kamu ulangi perbuatanmu itu! Ibu mohon, Selly! Ini semua demi kebaikanmu juga. Jadi, mulai dari saat ini jangan kamu sekali-kali mengganggu Cahaya lagi, ya!" pintanya memohon."Tuh, 'kan sudah aku duga. Ternyata benar, si cewek bodoh itu sudah mengadu ke Bapak," ujar Selly membatin."Oh, jadi semua ini gara-gara Cahaya? Sampai Bapak tega menampar aku?" tanya Sell
Setelah menerima tamparan dari ayahnya tadi, Selly benar-benar merasa sangat marah terhadap ayahnya. Sehingga ia pun memutuskan untuk pergi saja dari rumahnya ini."Ya benar, mending aku pergi aja dari sini. Aku udah bosen dan lelah jika terus-terusan dimarahin sama Bapak. Lagi pula kalau aku tinggal di luar, 'kan jadi bisa lebih bebas. Gak ada yang ngatur-ngatur aku lagi dan juga gak ada yang marahin aku lagi jika pulang malam gitu.""Hahaha ... ya bener banget. Lebih baik aku meninggalkan rumah kecil ini. Dan nanti aku, 'bisa tinggal di apartemennya Rendy. Emang cuma Cahaya saja yang bisa tinggal di apartemen mewah. Aku juga bisa, kali."Sambil terus ngedumel kesal, wanita berkulit sawo matang itu sibuk memasukan pakaiannya ke dalam koper. Setelahnya ia pun segera berjalan keluar dari kamar.Begitu sampai di ruang tamu, Irma yang sedang berada di sana seorang diri, tampak kebingungan melihatnya sedang berjalan sambil membawa koper. Dengan panik ia pun bergegas mendekatinya."Loh, Se
Di kantor.Terlihat seorang lelaki tampan berkemeja abu-abu yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu sedang sibuk menelfon seseorang.Tut- tut ....Tak berapa lama sambungan telepon itu pun dijawab."Ya, halo, assalamualaikum! Ada apa, Lang?Tumben telepon?" ucap seorang pria dari seberang telepon."Waalaikumsalam, Dit. Kita ketemuan yuk! Ada yang mau aku omongin nih, sama kamu," sahut Langit."Oke, kebetulan sekali, aku juga lagi gak sibuk nih. Jadi, aku bisa langsung ke kantormu sekarang.""Ok, ya udah aku tunggu?""Oke-oke, aku akan segera ke sana sekarang. Ya udah aku tutup ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Kemudian lelaki itu mengakhiri panggilan teleponnya.Sembari meyenderkan punggung, lelaki itu menghela nafas panjang. Wajahnya kini menengadah ke atas. Pandangannya pun menatap ke arah langit-langit. Lalu, dengan sebelah tangan ia mengusap-usap dagu, raut wajahnya begitu tampak serius terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.Dirinya sedang memikirka
Flashback.Beberapa hari yang lalu. Seperti biasa Cahaya sekarang sedang berada di butik milik ibu mertuanya. Hampir setiap hari gadis itu selalu datang ke sana. Ia akan membantu para karyawan melayani para pengunjung yang datang di butik tersebut.Para karyawan itu pun merasa senang dan terkagum-kagum dengan sikap baik gadis itu. Karena sikap baik dan ramahnya kepada siapa saja. Sehingga tak heran jika Cahaya bisa cepat dekat dan akrab dengan semua karyawan di sana.Tiba-tiba saja ada teman arisan bu Sintya yang kebetulan datang berkunjung ke butik bersama putrinya. Begitu mereka masuk ke butik, salah satu karyawan pun langsung menyambutnya."Selamat datang. Silahkan, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Mbak, Bu Sontya nya ada?" tanya si Ibu tadi."Oh ada. Beliau sedang ada di ruangannya," jawab si karyawan tersenyum ramah."Bisa minta tolong panggilkan Bu Sintya ke sini?""Oh baik. Tunggu sebentar ya, Nyonya!" Kemudian sang pegawai itu langsung saja menuju ruangan Sintya.Begitu sam