Sepulang dari kuliah, dengan sengaja gadis manis berkulit putih, dan berbadan ramping itu ingin menenui kakaknya di kantor. Ia ingin mengatakan sesuatu hal tentang Cahaya kepada sang kakak.Dengan menaiki sebuah taksi online yang telah dipesannya tadi, gadis itu kini telah sampai di depan sebuah gedung bertingkat yang super megah. Setelah membayar, gadis becelana jeans dan berkemeja putih motif polkadot itu segera turun dari taksi. Kemudian dengan berjalan santai ia langsung saja memasuki gedung tersebut.Lalu ia segera menaiki lift untuk menuju ke lantai 10, di mana letak kantor kakaknya berada. Begitu sampai di sana, ia langsung menuju ke resepsionis.Sang pegawai resepsionis itu pun sudah pasti dapat mengenali siapa gadis tersebut. Ya, walaupun Thalita jarang dan bahkan hampir tidak pernah mengunjungi kantor itu. Akan tetapi para karyawan di sana pernah sesekali melihatnya, di saat ia datang ke kantor dalam acara-acara tertentu saja."Mbak, Kak Langit ada?" tanya Thalita."Eh, Non
"Ya, masuk!" ucap Langit.Ceklikk!"Permisi, Pak! Ini minumannya." Terlihat Dilla datang membawa nampan yang berisikan 2 gelas minuman untuk kedua kakak beradik itu."Ya, taruh saja di sini!" Langit menunjuk ke arah meja yang ada di hadapannya.Kemudian si sekertaris itu meletakan 2 gelas minuman yang berisikan orange jus dan es mocacino di atas meja. Setelah itu, ia pun kembali meninggalkan ruangan tersebut.Tanpa disuruh minum pun, si gadis cantik berambut kecoklatan itu langsung menyambar gelas yang berisikan orange jus. Lalu dengan segera ia mulai meminumnya.Sehingga membuat lelaki yang duduk di sebelahnya itu hanya menggelengkan kepala melihatnya. "Pelan-pelan aja, Lita, minumnya. Tar keselek loh!"Seraya terus menyeruput minuman itu dengan sedotan, gadis itu hanya mengangguk pelan. "Haus tau!" sahutnya.Kemudian Langit pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Ia mengambil gelas yang ada di hadapannya, dan mulai meminum minuman tersebut febgan perlahan. Setelah habis separuh
Setelah bertemu dengan Langit di kantor tadi. Kini laki-laki paruh baya itu sudah berada di rumahnya. Ia tidak mengira kalau lelaki itu akan mengatakan tentang perlakuan buruk anak gadisnya kepada Cahaya beberapa hari yang lalu.Sungguh ia merasa cukup syok dan juga sangat malu terhadap laki-laki tersebut. Bagaimana tidak? Karena perbuatan anaknya itu benar-benar telah mempermalukan dirinya di depan lelaki itu.Ya, walaupun Langit tidak meminta uang itu untuk dikembalikan, tetapi tetap saja ia merasa tidak enak hati dan tak habis pikir, bagaimana bisa si Selly meminta uang sebayak itu ke Cahaya. Lalu uang itu ia gunakan untuk apa?Pada akhirnya sang anak dari majikannya yang sekaligus suami dari keponakannya itu hanya memintanya agar dirinya selalu mengawasi putrinya dan juga memberi peringatan agar outri semata wayangnya itu jangan sampai berani menggangu Cahaya lagi.Untuk kali ini lelaki tampan itu masih bisa memberi maaf atas perlakuan buruk anak gadisnya itu. Namun, jika sampai in
Dengan seringai jahat, wanita judes yang usianya 2 tahun lebih tua di atas Cahaya itu berniat mendatangi apartemennya Langit untuk menemui Cahaya.Wanita berkulit sawo matang itu sudah tahu di mana letak apartemennya Langit berada. Karena di saat adik sepupunya itu menginap di rumahnya dulu. Secara tidak sengaja ia sempat mendengar Cahaya yang menyebutkan di mana alamat ia tinggal sekarang.Sehingga tanpa perlu bersusah payah, wanita tersebut langsung saja menuju gedung apartemen di mana tempat Cahaya tinggal.Dengan menaiki sebuah taksi online yang dipesannya tadi, akhirnya perempuan garang itu telah sampai di depan sebuah gedung tinggi pencakar langit yang berdiri kokoh di hadapannya kini.Untuk sesaat wanita berkemeja putih dan celana bahan itu sempat merasa terkagum-kagum dengan bangunan gedung megah yang terkesan mewah dan sangat modern itu terlihat indah dan sangat sedap dipandang mata."Wah ... besar sekali gedung ini. Kira-kira seperti apa ya, di dalam sana? Dari luarnya saja,
Langit yang baru saja sampai di depan gedung apartemennya langsung bergegas masuk. Lelaki itu kini berjalan ingin segera menuju lift.Namun, baru saja ia sampai di depan resepsionis, kedua pegawai resepsionis yang sedang bertugas di sana langsung menyapannya dengan ramah."Selamat sore, Pak Langi! Baru pulang kerja ya, Pak?" tanya salah satu pegawai itu."Hem." Dengan mengulas senyum, laki-laki itu hanya menganggukan kepala.Lalu, lelaki berkemeja hitam itu terus berlalu meninggalkan kedua pegawai resepsionis yang sedang terpesona memandanginya."Duh, ganteng banget sih suami orang! Senyumanya itu loh bikin hatiku meleleh," ujar salah satu pegawai wanita sembari tersenyum sumringah, ia terus menatapnya dengan "Hus! Dia itu udah punya istri tau! Kamu ini mau jadi pelakor, ya?" sahut temannya."Ah ... kamu gangguin imajinasiku saja deh! Iya, aku tau kalau dia udah punya istri. Lagian siapa juga yang mau jadi pelakor? Orang aku cuma mengaguminya saja kok, bukan ingin merebutnya, tau!" j
Bruggh!"Aww ...." Selly meringis kesakitan. Dengan tidak berdaya wanita berkemeja putih itu duduk bersimpuh di lantai.Otomatis semua orang yang berada di sekitar sana langsung menoleh ke arah wanit tersebut. Dengan keheranan orang-orang itu mulai berkasak-kusuk membicarakan Selly."Security!" Dengan wajah yang tampak merah padam, Langit langsung memanggil petugas keamanan."Cepat bawa perempuan ini keluar dari sini! Dan kalian semua harus ingat! Jangan pernah biarkan perempuan ini sampai masuk ke sini lagi. Mengerti!" bentak Langit dengan sangat serius ia menatap ke arah semua orang-orang yang sedang berada di sana.Sehingga membuat semua orang, terutama kedua petugas resepsionis tadi langsung merasa ketakutan dibuatnya.Selang beberapa menit kemudian, terlihat ada dua orang laki-lak yang berseragam langsung datang menghampiri Selly. Dengan sigap kedua orang tersebut meraih lengan wanita itu dan akan menyeretnya keluar."Sebelumnya kami meminta maaf atas ketidaknyaman ini! Dan kami p
"Sorry karena aku tadi sudah membentakmu. Aku janji deh, tidak akan pernah melakukannya lagi, Ok? " bujuk Langit sembari duduk di samping Cahaya, ia mengusap lembut kepala gadis cantik yang kini terlihat sedang menekuk wajah kesal."Hmmm!" Tanpa mau menoleh ke arahnya, gadis itu masih terus sibuk menatap ke arah benda pipih yang ada di tangannya.Sehingga membuat Langit yang merasa tak terima diabaikan olehnya, langsung menakup wajah Cahaya agar mau menghadap ke arah dirinya. "Lah, kok cuma hem doang sih? Liat aku dong, Sayang! Aku di sini, bukan di situ, tau!""Ih ... apaan sih, Kak! Lepasin, ah!" Dengan perasaan jengkel, gadis itu meronta berusaha untuk menyingkirkan kedua tangan suaminya dari pipinya."Udah, sana pakai baju dulu!" Cahaya mendorong dada bidang lelaki itu agar bisa menjauh darinya.Namun dengan cepat lelaki yang masih bertelanjang dada itu langsung menangkap kedua tangannya dan tersenyum manis ke arahnya. "Kamu masih marah sama aku? Ya, udah aku minta maaf, de!. Udah
"Hai, Cahaya! Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," ujar laki-laki itu sembari tersenyum menyeringai pada Cahaya.Degg!Sontak Cahaya langsung membelalakkan matanya dengan lebar. Ia merasa sangat syok ketika melihat siapa orang yang sedang menghadangnya kini."Ka- kamu!" pekiknya panik."Ya aku, si Rendy. Mantan terindahmu, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita di muka bumi ini. Termasuk juga kakak sepupu kamu yang bodoh itu!" sahut pria itu narsis.Gadis cantik dengan rambut ikal yang terurai itu hanya memutar bola matanya dengan malas mendengarkan celotehannya."Eh ... tunggu-tunggu! Kamu pasti kaget ya? Kenapa dengan tidak sengaja kita selalu saja dipertemukan seperti ini? Atau ... jangan-jangan kita ini beneran jodoh lagi, Ya?" Dengan senyum mengejek, laki-laki berbadan kekar itu mulai berjalan mengitari gadis tersebut.Sehingga membuat Cahaya merasa sedikit tertekan dan juga was-was, sedang menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh pria ini padanya nanti."Wi
Bragk! Dengan sangat kasar Langit membanting pintu. Sehingga membuat semua orang yang sedang berada di luar ruangan langsung terjingkat kaget dan sontak menoleh ke arah sumber suara. Sedangkan Cellina yang berdiri di depan pintu, kini mulai menggedor pintu dan terus memohon padanya. "Lang, aku minta maaf! Aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki ini semua, Lang!" bujuknya sedikit memelas. Dengan keheranan semua karyawan yang ada di depan ruang itu pun otomatis melihat ke arahnya dan mulai berkasak kusuk membicarakannya. Kemudian Revan mendekatinya. "Sudahlah, Lin! Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga! Kamu sudah puas, 'kan melihat Langit dan Cahaya jadi salah paham? Dan kau telah berhasil membuat mereka berdua bertengkar seperti tadi?" tukasnya. "Kamu ngusir aku?" sahut Cellina sewot. "Bukan aku, tapi Langit yang ingin kamu pergi dari sini, Cellina! Apa kamu nggak malu? Tuh kamu dilihatin banyak orang!" "Ya ya, oke baiklah. Kali ini aku akan pergi dari s
Karena merasa bingung, tak tahu harus membawa Cahaya ke mana. Pada akhirnya Aditya memutuskan untuk mengantarkan gadis itu ke apartemennya saja. "Ayo masuk, Ya!" ajaknya sambil membuka pintu apartemen. Cahaya masih tampak bingung dan merasa ragu, di antara mau masuk apartemen itu atau tidak. Aditya yang melihatnya hanya diam berdiri di depan pintu pun menghampirinya dan lalu menuntunnya untuk masuk ke dalam. "Kamu tenang saja! Dan nggak usah khawatir. Aku nggak tinggal di sini, Kok. Aku jarang tinggal di sini, cuma kalau lagi mau aja sekali-kali baru akan tidur di sini," terangnya. Kemudian keduanya pun mulai memasuki apartemen. "Ayo duduk dulu, Cahaya!" Sembari menganggukan kepala, gadis itu mulai mengedarkan pandangan mengamati keadaan di sekitar. Lalu ia duduk di sofa yang ada di ruang tersebut. "Em ... biar aku ambilkan minuman buat kamu ya?" tawar Aditya. Cahaya kembali mengangguk. Tak lama kemudian lelaki tampan itu sudah membawa 2 gelas air minum untuk mereka b
"Beraninya kamu bawa pergi Cahaya, huh?" ucap Langit sembari terus memukuli wajah tampan sahabatnya itu. Aditya pun tak mau kalah, dia membalasnya juga. Sontak saja baik Cahaya yang masih berada di dalam mobil dan begitu juga Revan, langsung terlihat panik dan kebingungan melihat kedua pria itu yang kini sedang beradu jotos itu. Tentu saja Dengan segera keduanya pun berlari mendekat mereka berdua. Lalu mereka berusaha untuk melerai perkelahian itu dan juga memisahkan keduanya. "Berhenti, udah stop! Kenapa kalian ini jadi seperti anak kecil gini sih? Semuanya kan bisa bicara dengan baik-baik!" Dengan sebisa mungkin Revan yang kini berdiri di tengah-tengah Langit dan Aditya berusaha memisahkan keduanya. Akan tetapi, tidak berhasil. Ia malah ikut terkena bogem mentah dari mereka berdua dan terombang-ambing di antara kedua orang tersebut. "E-eh ... aduh-aduh- duh! Lang, Dit, udah jangan berantem lagi!" serunya lagi. "Sudah cukup, berhenti!" Akhirnya Cahaya berteriak dengan sa
"Loh, Cahaya!" Sontak saja Aditya kaget melihatnya. Aditya yang memang sengaja datang ke kantor itu karena ingin menemui Langit. Namun, di saat lelaki itu sedang berjalan menuju ruangan lelaki itu, ia malah bertabrakan dengan gadis tersebut. Kemudian lelaki itu pun melihat kalau gadis cantik itu kini sedang menangis. Sehingga membuatnya langsung memegang kedua pundaknya dan bertanya, "Loh, kamu kenapa, Aya, kok menangis? Dan kenapa pula kamu bisa berada dari sini, huh?"Dengan sesegukan, gadis itu hanya menggeleng tak mau menjawab. Sementara dari arah belakang gadis itu, ia melihat Langit yang sedang berlari menuju ke arahnya. Kini ia baru mengerti kalau Cahaya sedang ada masalah lagi dengan Langit. Secara otomatis membuatnya merasa sangat marah kepada lelaki tersebut. "Aya, tunggu! Aku mohon, tolong dengarkan penjelasanku dulu, Aya!" Langit kembali bersuara manggilnya. Dengan sangat panik gadis yang sedang menangis itu langsung memohon pada Aditya agar Ia mau membawanya per
Dengan sangat terburu-buru Cellina terlebih dahulu masuk ke dalam kantor dan ia ingin segera menuju ke ruang kerjanya Langit. Sementara Cahaya yang sedang berjalan ingin memasuki kantor. Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari belakang. "Hay, Cahaya!" Panggil Revan yang kebetulan baru saja datang di kantor itu. Karena merasa ada yang memanggil, gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Revan! Kamu juga kerja di sini bareng Kak Langit, ya?" jawab Cahaya. "Enggak, kok. Kalau aku kerjanya di kantor cabang yang ada di Kebon Jeruk. Biasa aku ke sini karena ada meeting gitu. Nanti setelah meetingnya selesai aku balik lagi deh ke kantor cabang." "Kalau kamu kok tumben datang ke sini mau ketemu sama Langit, ya?" tebaknya. "Oh ini, tadi Kak Langit hp-nya ketinggalan. Jadi aku mau anterin HP ini ke dia." Gadis cantik bergaun putih tulang itu menunjukkan ponsel yang ada di tangan kanannya. "Oh gitu." Revan tampak manggut-mangut. "Ya udah, ayo biar aku antar ke ruangan Lan
Begitu mendengar ucapan Aditya tadi, dengan memasang wajah garang, Cahaya langsung melotot ke arah Langit. "Oh, jadi Kakak masih suka ketemuan sama Mbak Cellina?" tanyanya sewot. "E-eh ... enggak enggak kok!" Dengan gelagapan pria berkemeja hitam itu langsung menggelengkan kepala. "Itu tadi si Aditya berbohong, Sayang. Dia memang sengaja ingin ngerjain aku. Agar kamu marah sama aku. Jadi, jangan percaya ya sama dia! Dan lagi pula mana mungkin aku janjian sama Cellina, sementara ada kamu di sini," lanjutnya lagi. "Oh ... berarti kalau nggak ada aku di sini, Kakak masih suka ketemuan sama dia, gitu?" sahut Cahaya jutek. Lalu dengan terlihat sangat kesal, gadis itu langsung saja melangkah pergi meninggalkan lelaki tersebut. "Ya-ya ... bu-bukan begitu, Sayang. Kok kamu malah jadi marah begini, sih! Ah ... sialan! Ini gara-gara si Aditya rese nih. Eh, tunggu!" Dengan terlihat panik, lelaki itu gegas mengejarnya. "Aya, jangan marah begini, dong! Kan, kamu tahu sendiri. Semenjak
Dengan terus menatap tajam ke arah sepasang suami istri itu, tiba-tiba Cellina terdiam dan menghentikan langkahnya. Sehingga membuat kedua temannya merasa keheranan dan juga ikut menoleh ke arah Langit dan Cahaya. Dengan mata yang membola, kedua wanita itu cukup tercengang ketika melihat Langit yang sedang berjalan sambil bergandengan mesra dengan seorang wanita. "Loh, Itu bukanya si Langit? Kok malah lagi jalan sama si cewek kampungan itu, sih? Bukannya kamu bilang kalau dia masih cinta mati sama kamu. Tapi, kenapa dia malah terlihat sangat mesra dengan cewek udik itu?" ujar Alena merasa keheranan. "Diam! Aku juga kesel tau! Ternyata Langit benar-benar sudah terpikat dengan gadis kampungan itu. Sehingga dia rela meninggalkanku demi cewek murahan itu. Tapi, aku gak akan diam saja seperti ini. Lihat saja akan kuberi pelajaran dia nanti. Karena telah berani merebut Langit dariku," jawab Cellina dengan kesal terus menyorot tajam ke arah sepasang suami istri tersebut. "Terus sek
"Em ... kira-kira siapa, ya? Orang yang aku sukai itu adalah ... Kakak," ucapnya sangat pelan dan nyaris tak terdengar. "Hah! Siapa tadi? Aku nggak dengar, Aya." Langit berpura-pura tidak mendengar. "Ah ... tau, ah!" Karena kesal, gadis itu ingin mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh. Namun kedua tangannya itu langsung di tahan oleh Langit. "Ayo dong, Aya! Katakan sekali lagi. Aku nggak dengar tadi," bujuknya. Pada akhirnya dengan wajah yang bersemu merah, gadis cantik itu pun menjawab pertanyaannya lagi. "Aku ... sukanya ... sama Kak Langit." Lelaki itu langsung tersenyum sumringah ketika mendengar pengakuannya. Lalu sedetik kemudian pria tersebut menyambar bibir ranum gadis itu dan mulai mengechupnya dengan lembut. Cahaya hanya pasrah memejamkan mata dan membalas ciumannya juga. Dan tidak cukup sampai di situ saja. Sepasang suami istri itu pun melanjutkan aksinya hingga sampai tengah malam. Merasakan surga dunia sebagai sepasang suami istri. Dan itulah hal yang te
"Ya, nggak gimana-gimana dong, Sayang." Sembari tersenyum manis, lelaki itu menoel hidungnya gemas. Kemudian ia menakup kedua pipinya dan menatap dalam dua bola mata bening milik gadis itu. "Dengarkan aku, Aya! Yang terpenting, 'kan aku sekarang cuma cintanya sama kamu. Jadi, kamu nggak usah khawatir. Karena mau sampai kapanpun juga, aku berjanji nggak akan pernah mau tinggalin kamu," tukasnya terlihat dengan sangat sungguh-sungguh berusaha untuk meyakinkan sang istri. Sehingga membuat gadis itu tersenyum bahagia mendengar ucapannya. "Tapi ... seumpamanya Mbak Cellina masih pengen balik lagi sama Kakak gimana?" "Hahaha ...." Sontak saja Langit malah tertawa geli, karena nampaknya saat i i sedangmerasa cembur."Hem ... kelihatannya Istriku yang cantik ini lagi cemburu ya? Tapi nggak papa, aku malah seneng kok kalau kamu cemburu kayak gini, itu tandanya kamu cinta banget sama aku." Dengan terseyum tengil, ia malah mengejeknya. "Cih, siapa juga yang cemburu?" elak Cahaya. "Orang