"Em ... se-sebenarnya--" Cahaya terbata, tampak ragu untuk menjawab.Sedangkan Langit dengan wajah yang tampak serius, ia menatap lekat Cahaya. Ia bisa melihat kalau gadis yang ada di sampingnya itu terlihat sedang panik ataupun kebingungan."Katakan saja yang sebenarnya, Aya. Kamu gak usah takut, aku gak gigit, kok!" candanya sembari tersenyum lembut, ia berusaha untuk membuat gadis itu rilek.Dan benar saja, sembari memanyunkan bibir gadis itu tersenyum kecil. Kemudian dengan sedikit gugup ia memghela nafas terlebih dahulu. Setelah itu baru berkata, "Iya, sebenarnya dia adalah mantan pacar aku, Kak." Degh!Hati Langit berdenyut keras. "Ternyata benar dugaanku. Kalau cowok tadi adalah pacar Cahaya. Eh, salah mantan pacar tadi katanya. Tapi, kenapa cowok tadi masih ngedeketin dia?" ujarnya membatin.Untuk sesaat, Cahaya terdiam. Ia memperhatikan wajah suaminya. Ingin tau bagaimana reaksinya kini. Dan tenyata lelaki itu malah diam terbengong seperti sedang memikirkan sesuatu. "Apakah
Lalu dengan segera ia memejamkan mata berpura-pura sedang tertidur. Hingga setelah ia menunggu beberapa menit kemudian, ia pun memicingkan mata untuk mengintipnya. Dan ia melihat ternyata gadis masih tertidur nyenyak.Seketika itu ia merasa lega. "Oh, ternyata dia cuma menggeliat doang. Huff ... bikin kaget aja sih kamu, Aya!" Sembari menggelengkan kepala lelaki itu terkekeh, merasa geli dengan tingkah konyolnya tadi.Baru kemudian ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres di bagian bawah tubuhnya kini."Uh ... sial! Apa yang kamu lakukan, Langit! Liat adik kecilmu mulai jadi terbangun, 'kan! Terus sekarang bagaimana, coba? Tidak mungkin, 'kan jika kamu langsung menyerang Cahaya sekarang?" batin Langit merasa resah. Karena tindakannya tadi membuat benda pusakanya kini mulai menegang dan ia tidak tau harus berbuat apa sekarang.Dengan dada yang kempang kempis, lelaki itu berusaha untuk mengontrol dirinya. "Huff ... tenangkan dirimu, Langit! Jangan sampai kamu menerkamnya sekarang! Kamu
Begitu sampai di apartemen, sepasang suami istri itu langsung masuk ke dalam kamar. Seperti biasa laki-laki itu meletakkan tas kerjanya di atas kasur. Kemudian dengan dibantu sang istri ia melepaskan jas beserta dasi yang masih melingkar di leher."Em ... Kakak mau mandi dulu atau aku dulu?"Pria itu tersenyum mendengar pertanyaan istrinya."Em ... gimana kalau kita mandi bareng aja, Ya?" celetuk Langit sambil tersenyum tengil ke arah gadis yang berdiri tepat di hadapannya kini."Hah!" Otomatis Cahaya langsung terbengong kaget mendengarnya."Hehehe ... bercanda kali, Aya. Ya udah sana buruan kamu yang mandi dulu!"Tanpa menunggu lama lagi, gadis itu segera masuk ke dalam kamar mandi.Sementara Langit memilih untuk duduk di pinggir ranjang.Karena saking gupupnya, gadis cantik itu lupa tidak membawa baju ganti ke dalam kamar mandi. Pada akhirnya ia keluar lagi dari kamar mandi tersebut."Loh, kamu udah selesai, Ya? Cepet banget mandinya?" Dengan dahi yang mengkerut, Langit merasa kehera
Beberapa jam kemudian.Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB.Kini gadis cantik itu sedang berada di dalam kamar, ia sedang kebingungan sendiri saat memilih pakaian yang akan ia kenakan saat makan malam nanti."Haduh, aku gak punya pakaian yang bagus nih!" Cahaya melihat ke arah lemari yang ada di depannya itu. Tadi ia sudah mengbrak-abrik isi lemarinya, untuk mencari gaun yang sesuai dengan keinginannya.Ia juga sudah mengirim beberapa foto baju yang akan menjadi pilihannya kepada Novi. Namun, bukannya membantu, teman baiknya itu malah membuatnya semakin bingung saja. Karena ternyata gadis itu juga ikut merasa kebingungan untuk menentukan gaun yang mana yang akan ia kenakan sekarang.Lalu setelah cukup lama ia berpikir, Akhirnya pilihanya pun jatuh pada gaun tanpa lengan sebatas lutut dengan berhiaskan renda bunga di dadanya yang berwarna putih tulang itu, kini sudah melekat indah di tubuh rampingnya."Aduh, belum make up lagi." Gadis itu melirik ke arah cermin yang memantulkan waja
Revan Maulana Putra, nama pria berdarah campuran sunda dan betawi itu merupakan teman dekat Langit semenjak masa kuliahnya dulu. Sebenarnya pria yang lebih akrab dipanggil dengan nama Revan itu tidak satu angkatan dengan Langit, melainkan ia adalah adik seniornya di kampus.Namun karena hampir setiap hari mereka berada dan bertemu di kampus yang sama, sehingga lambat laun mereka berdua menjadi kawan dekat. Ditambah dengan 1 orang lagi yg merupakan kakak senior satu angkatan di atas mereka berdua yaitu Aditya. Dan akhirnya mereka bertiga menjadi sahabat dekat hingga sampai sekarang.Sebenarnya Revan bukanlah dari kalangan keluarga yang kaya raya seperti Langit dan Aditya. Namun bisa dibilang keluarganya cukup berada dan sederhana.Dulu sebelum ayahnya meninggal, orangtuanya mempunyai beberapa toko sembako yang tersebar di beberapa pasar yang ada di sekitar daerah tempat ia tinggal.Namun, setelah ayahnya mengalami sakit parah, berapa cabang tokonya harus mereka jual untuk biaya pengobat
Thalita langsung dibuat melongo merasa cengoh mendengarnya.Revan tertawa sinis menatap pria itu. "Iya dia adalah tunanganku." Ia kembali menarik tangan Thalita mendekat ke arahnya."E-eh ...." Sehingga membuat Thalita yang masih terbengong itu reflek menabrak tubuhnya.Lalu Revan memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Hingga membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun."Cih, ternyata kamu udah punya tunangan!" Johan menatap sinis Thalita."E-eh ... e-enggak. Bukan-bukan! Dia bukan tunanganku, kok. Dia bohong!" Dengan sangat panik gadis itu menggelengkan kepalanya."Ih, lepasin! Kamu apa-apaan sih!" bentak Thalita merasa sangat jengkel dengan Revan. Ia berusaha melepaskan tangan laki-laki itu dari pinggangnya."Jika kamu tidak mau berpura-pura menjadi tunanganku, maka jangan salahkan aku jika aku akan mengadukan soal ini pada kakakmu nanti!" Dengan berbisik pria berkemeja putih itu sengaja mengancamnya.Deg!Sehingga membuat gadis muda berambut terurai itu langsung mati kutu. Tak berani
Otomatis Thalita langsung membelalakkan matanya karena syok. Saking kagetnya ia langsung terdiam tak bergerak sedikitpun. Seluruh badannya kini seolah-olah telah membeku seketika.Dug-dug!Dug-dug!Jantung Thalita bertedak dengan sangat kencang dan tak beraturan. Sungguh ia tidak mengira dan tak percaya kalau sahabat dari kakaknya itu kini tengah mencium bibirnya.Sedangkan Revan dengan memejamkan kedua mata, tangannya bergerak menahan tengkuk leher gadis tersebut. Dan ia semakin memperdalam ciumannya, ia terus mengecup bibir kenyal itu dengan sangat lembut dan penuh dengan perasaaan.Sehingga dengan tanpa sadar, membuat Thalita yang semula marah dan ingin menolaknya. Kini malah ikut memejamkan mata mulai terbuai dengan permainannya.Dengan sangat lihay, pria itu terus menikmati bibir manis milik adik perempuan dari sahabatnya ini. Hingga setelah beberapa menit kemudian Thalita pun tersadar. Dengan seketika ia langsung mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh darinya.Lalu ....Pla
"Hay, Cahaya! Kok, kalian bisa berada di sini, sih?" Thalita langsung berteriak kegirangan saat melihat sahabatnya ataupun kakak iparnya itu sedang bersama dengan kakaknya ada di sana.Otomatis kedua orang yang semula sedang asyik mengobrol itu langsung menoleh ke sumber suara. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Thalita dan Revan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada."Thalita! Kamu kok, bisa berada di sini?" Sontak Cahaya langsung berdiri dan cipika-cipika dengan gadis tersebut."Revan! ngapain kamu di sini?" Dengan menautkan kedua alis, Langit merasa keheranan melihat pria tersebut bisa berada di tempat ini bersama adiknya."Hai, Bos!" Revan memasang cengir kuda menyapanya. Lalu pria itu beralih menoleh ke arah Cahaya. "Hay, Aya, Apa kabar?" Sembari maju ke depan pria berkemeja putih itu ingin melakukan hal yang sama dengan Thalita yaitu cipika cipiki dengan Cahaya juga.Namun, belum sempat dia melakukannya, suara deheman seseorang pria langsung menghentikannya. D