Haryo menjelaskan dengan detai mengenai perjanjian yang bertahun-tahun lalau dia sepakatai dengan keluarga Aditya Suherman. Sebuah perjanjian yang tercipta karena saat itu Nana sedang sakit dan membutuhkan biaya banyak sehingga keluarga Adit memberikan pinjaman dan menjadikan Nana sebagai imbalan. Bram menginginkan Nana yang manis menjadi calon menantunya. Laki-laki itu merasa bahwa Nana adalah orang yang tepat untuk bersanding bersama putra semata wayangnya itu. Dalam keadaan terdesak Haryo menyetujuinya.
Awalnya Haryo merasa tidak ada masalah dengan semua perjanjian itu. Sekalipun awalnya dia melihat Nana tidak bisa dekat dengan Adit karena laki-laki itu jutek, tapi Haryo pikir cinta bisa ditanam seiring berjalannya waktu. Haryo bahkan sangat menjaga putrinya, terutama dari laki-laki lain karena dia merasa bertanggungjawab untuk menjaga Nana karena dia sudah di jodohkan dengan seorang laki-laki. Tapi tiga bulan lalu, ketika Haryo dapat tugas ke luar kota dia melihat Adit di
Warning!! 21+Tapi rupanya malam ini hingga pagi tidak terjadi apapun. Raven hanya memeluk Nana dengan hangat, mengusap rambutnya dengan lembut hingga Nana terlelap. Nana tahu laki-laki itu sudah ingin tapi Raven tidak egois, dia menunggu Nana siap. Dia menunggu perasaan Nana lebih baik. Dia menunggu Nana menjadi lebih tenang. Hingga pagi ini Nana terbangun dan merasakan kehangatan luar biasa di hatinya. Dia merasa beruntung sekali karena berakhir dengan Raven yang menghargainya bukan dengan Adit yang kasar. Maka sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mencintai suaminya itu bukan?Untuk pertama kali dalam pernikahan mereka, Nana memberanikan diri untuk mengecup pipi Raven. Mendekatkan wajahnya pelan-pelan ketika Raven masih terlelap, kemudian menempelkan bibirnya di pipi Raven pelan sekali tapi laki-laki itu ternyata sudah bangun. Raven tersenyum tipis, kemudian tiba-tiba menarik Nana berguling di kasur dengan dia berada di atas tubuh gadis itu. Wajah Nana merah sekal
Ketika Nana membuka mata hari sudah siang, matahari terlihat sudah tinggi. Gadis itu sedikit kaget karena kesiangan. Raven juga sudah tidak ada di sampingnya. Dan kemudian tersadar bahwa tidak ada selembar kainpun yang melekat di tubuhnya membuat Nana memerah malu mengingat percintaan mereka semalam. Dia sudah tidak suci lagi, sudah bukan gadis ingusan lagi tapi sudah menjadi seorang istri sesungguhnya. Dan dia merasa malu sekali pada mertuanya karena hari ini dia bangun siang. Mungkin saja orang-orang sudah sibuk ke sana ke sini tapi dia malah baru bangun.Nana menarik selimutnya menutupi dadanya yang polos, mencari bajunya yang mungkin berjatuhan di bawah ranjang tapi sepertinya sudah di rapihkan oleh Raven. Nana memutuskan melilitkan selimutnya dan hendak turun menuju kamar mandi ketika Raven masuk dan tersenyum padanya. Wajah Nana memerah. Dia masih malu gara-gara kejadian semalam, merasa tidak nyaman di bagian yang dimasuki Raven semalam, mungkin akan terasa sakit jika d
Raven terdiam menatap raut wajah Peter yang sangat tidak ramah padanya. Raven tahu pasti ini ada hubungan dengan apa yang Raka lakukan pada Bunga. “Lepaskan Bunga!” Ucap Peter membuat Raven terkekeh dengan tidak ramah juga.“Kalau gue belum melepaskannya untuk apa gue nikah.” Jawab Raven dengan Nada tidak bersahabat.“Bokap lo lukai Bunga.”“Bunga terlebih dulu lukai istri gue.” Peter terlihat diam ketika Raven mengatakan Bunga juga melukai Nana.“Nnggak mungkin! Bunga bukan orang kaya gitu, lo kenal dia dari lama Ven, Bunga bukan orang yang kasar dengan orang lain. Lo gak usah fitnah dia begitu sekalipun lo udah dapet yang batru.” Ucap Peter tidak percaya. Jika Raven tidak melihat sendiri luka di wajah Nana dan ditambah bukti Jayden sebagai saksi, mungkin Raven juga tidak akan percaya. Selama ini sekalipun sering merepotkan karena manja, Bunga bukan jenis orang yang akan melukai orang lain ketik
Warning!! 21+Raven bangun pagi dengan bahagia. Dilihatnya Nana masih terlelap di sampingnya dan tampak kelelhan. kondisi kamar berantakan, baju berserakan dan seprei acak-acakan. Semalam Raven memang menyentuh Nana lagi habis-habisan. Dia sepertinya mulai kecanduan kegiatan itu. Dan merasa senang juga karena Nana juga tampak menikmatinya walaupun masih malu-malu.Sebelumnya Raven tidak pernah memikirkan tentang masa depan pernikahan. Tapi semenjak Nana hadir, mimpinya yang dulu berisi sebagian besar tentang perusahaan dan menjadi kekasih Bunga, berubah drastis. Raven ingin segera memiliki anak sekarang. Dengan wajah perpaduan antara dirinya dan Nana. Pasti menggemaskan jika setiap dia pulang bekerja ada yang berlari terseok-seok minta di peluk olehnya sambil meneriakan ayah. Raven bahkan sudah segera memikirkan rumah ketika hendak menikah dengan Nana dulu. Benar-bemar rumah bukan apartemen. Raven ingin keluarga kecilnya hidup di linghkungan yang lebih baik.Tap
Raven datang menemui Haryo di kantor polisi. Sedikit prihatin melihat kondisi ayah mertuanya itu. Tapi Haryo tetap tersenyum menyambutnya, tidak terlihat menyesal sama sekali. Haryo malah terlihat lebih lega dibanding ekspresinya sebelum Raven menikahi Nana.“Bagi orang tua, anak adalah segalanya. Mungkin kejadian yang menimpa ayah bisa memberimu pelajaran berharga Ven, bahwa orang tua akan melakukan segalanya untuk melindungi anaknya. Ayah tidak pernah menyesali keputusan ayah menikahkanmu dengan Nana sekalipun ayah harus berakhir disini.” Ucap Haryo tulus. Raven mengangguk, sedikit murung dimata Haryo tapi sebenarnya memang seperti itu ekspresinya jika sedang berpikir.“Raven akan berusaha untuk membantu ayah keluar dari sini.” Ucap Raven pelan.“Ayah dan Bunda sudah merundingkan ini. Lindungi Nana saja Ven, tidak masalah ayah berada disini. Memang ini resiko yang sudah ayah pertimbangkan sejak awal.” Jawab Haryo sabar. Juju
Raven terus merenungi apa yang terjadi dengan keluarga mertuanya sembari menunggu kopi dari Nana. Haryo terlihat sangat ikklas menerima semuanya tapi bagi Raven ini sangat tidak adil. Keluarga Adit terasa sangat keterlaluan yang justru membuat Raven curiga. Ada apa dengan Nana? Kenapa mereka begitu menginginkan Nana padahal banyak sekali wanita di luar sana. Adit sendiri tidak terlihat seperti cinta mati dengan Nana. Lalu kenapa harus Nana?“Mas, ini kopinya.” Ucap Nana lembut membuat Raven sedikit terlonjak kaget. Dia bahkan tidak sadar Nana masuk ke dalam ruangannya karena terlalu asyik berpikir.“Terimakasih.” Balas Raven dengan senyuman manis. Tepat ketika Nana berbalik hendak pergi, Raven menarik pinggang ramping istrinya itu dan membuat Nana duduk di pangkuannya. Menghirup aroma Nana dalam-dalam sambil tersenyum bahagia.“Mas, lepasin Nana! Mama udah nunggu di dapur.” Cicit wanita itu sambil berusaha melepaskan diri tapi
Ada yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata jika itu tentang cinta. Bahkan Raven sendiri kadang tidak mengerti kenapa kehadiran Nana bisa merubah hampir sebagian besar cara hidupnya. Raven jadi lebih pengertian, lebih ingin berjuang, lebih ingin melakukan yang terbaik. Raven ingin selalu terlihat sempurna di mata Nana, karena ketakutan akan kehilangan begitu besar. Kehadiran Nana di hidupnya, membuat Raven berkesimpulan bahwa rasa sukanya pada Bunga dulu, bukanlah cinta yang sesungguhnya.Raven sedang duduk bersama Miko ketika tiba-tiba saja Bunga datang. Terlihat masih ada bekas luka di wajahnya seperti milik Nana.“Ven bisa bicara sebentar?” Tanya wanita itu terlihat murung.“Gue lagi kerja Nga.” Tolak Raven halus. Memang dia sedang membicarakan pekerjaan bersama Miko.“Sebentar doang Ven, aku Cuma mau bicara sebentar doang.” Ucap Bunga memohon. Tiba-tiba merasakan sakit teramat sangat di hatinya mendengar Raven m
Semua orang yang berhubungan buruk dengan Raka maka akan dihancurkan perlahan. Mulai dari pekerjaanya, reputasinya, hingga ke keluarganya. Raven sedikit ngeri membayangkan apa yang akan terjadi pada keluarga Adit mengingat Raka begitu murka. Anggi yang biasanya kalem dan tidak mau ikut campur urusan orang lain saja terlihat sangat marah.“Sakit yah mas?” Tanya Nana lembut sambil menyentuh luka di wajah Raven pelan-pelan sekali. Mata Nana memerah karena banyak menangis. Sesuatu yang sangat tidak disuakai Raven.“Enggak kok, kan udah kamu obati tadi.” Jawab Raven sambil tersenyum.“Maafin Nana yah mas, semuanya jadi terluka gara-gara Nana.” Ucap Nana sambil kembali mengeluarkan air mata. Raven segera menghapusnya.“Siapa yang bilang gara-gara kamu hmm? Bukan salah kamu kok, ini mutlak salah Adit dan keluarganya karena menginginkanmu padahal kamu kan punya mas.” Raven mengusap lembut rambut Nana menenangkan.