Raven di samping Nana sambil menggenggam sebelah tangan gadis itu. Membuat wajah Nana memerah malu tapi Raven tidak mau melepaskannya. Saat ini mereka hanya berdua saja karena yang lain harus bekerja sementara Raven memutuskan untuk membolos. Dia tidak mau meninggalkan Nana, terlebih karena sebentar lagi mereka harus dipingit. "Udah tahu gak bisa makan pedes terus kenapa masih dimanakan?" Raven memulai omelannya. Nana menggigit bibir bawahnya merasa bersalah sambil menghindari tatapan Raven. "Na, mas lagi ngomong sama kamu loh." Ucap Raven lagi, kemudian Nana menoleh ke arah Raven dengan takut.
"Iya mas maaf." Ucapnya pelan.
"Mau di ulang lagi?" Nana menggeleng.
"Janji?" Gadis itu mengangguk. Kemudian Raven mencium kening Nana membuat wajah gadis itu semakin memerah.
"Mas marah pokoknya kalau kamu gak nurut."
"Iya mas, Nana gak akan makan mie itu lagi." Ucap Nana membuat Raven tersenyum. Nana juga ikut tersenyum membuat sesuatu di dada Raven berget
Dua hari yang lalu Nana akhirnya diijinkan pulang ke rumah. Rasanya sudah rindu sekali pada kamar mungilnya yang sering dia buat berantakan. Semua orang dewasa tampak sangat sibuk mengurusi pernikahan sehingga membuat Nana tidak enak karena dia sebagai calon pengantin malah bersantai-santai di rumah sampai bosan. Bahkan kak Miko saja ikutan sibuk membantu mengurus pernikahannya, ayahnya juga menjadi sibuk kesana kemari. Sementara ponsel Nana di sita sebagai bagian dari pingitan yang menurut Raven sangat berlebihan. Nana menjadi bosan sendiri karena tidak tahu harus melakukan apa. Tapi siang ini ternyata mama Anggi datang bukan dengan Papa Raka saja. Tapi ada seorang laki-laki dengan wajah sedatar Raven dan mereka rupanya sangat mirip. Nana berpikir dia pasti yang bernama Jayden, adik Raven yang tinggal di luar negri itu. Ekspresinya terlihat sangat tidak ramah, Nana pikir anak itu pasti lebih datar dan cuek dari Raven. Tapi ekspresi laki-laki itu langsung berubah menjadi cerah begit
Nana tidak bisa berhenti tersenyum membaca isi surat Raven yang terasa dipenuhi kerinduan yang mendalam. Tidak menyangka bahwa pertemuan mendadaknya yang penuh insiden dengan laki-laki itu bisa mengantarkannya pada perasaan bahagia seperti ini. Nana mulai percaya bahwa seberapa lama mengenal seseorang tidak menjamin apapun karena semuanya tergantung bagaimana cara Tuhan mengirimkan perasaan indah itu di hati masing-masing. Hingga pagi ini gadis itu masih senyum-senyum aja. Miko ikut tersenyum bahagia melihat adik kecilnya tampak begitu bahagia."Dicariin Jayden dek, katanya kemarin pulpen dia ketinggalan di simpen kamu?" Ucap Miko membuat Nana berdebar. Di laci mejanya sudah ada balasan surat untuk Raven yang sudah dia semprot parfumnya dan dia tulis dengan penuh perasaan. Ketika Miko keluar Nana tidak mampu lagi menyembunyikan senyumnya. Mengambil surat itu memeluknya sekali lagi kemudian mengambil sebuah pulpen asal dan keluar untuk menemui Jayden. Tapi Nana kaget bukan mai
Dua hari menjelang pernikahan Raven semakin uring-uringan. Pasalnya acara surat menyuratnya dengan Nana ketahuan oleh Anggi dan sukses membuat Raven mendapatkan ceramah panjang dari ibunya yang cerewet itu. Jayden juga tidak membantunya sedikitpun mengenai masalah itu. Anak itu masih jengkel karena Raven tidak mau membantunya membujuk Raka soal sekolahnya."Mau kemana kamu Raven? gak boleh kemana-mana! nanti kamu ngeluyur ke rumah Nana lagi." Ucap Anggi sengit, Raven mendesah. Memang dia ada rencana seperti itu sebenarnya. Sayang sekali Anggi sangat peka orangnya."Raven bosan mah, cuma mau cari angin doang." Jawabnya. Berharap Anggi akan berbaik hati melepaskannya tapi tentu saja tidak. Wanita itu melotot dengan galak dan memberi isyarat pada Raven untuk duduk di hadapannya."Calon pengantin itu gak boleh ngeluyur Raven, pamali kalau kata orang dulu. Banyak sialnya loh nanti. Kamu mau pernikahan yang udah kamu tunggu itu terpaksa gagal karena kamu kena
Sehari menjelang pernikahan, Raven sudah berdebar. Entah kenapa banyak sekali perasaan yang sulit untuk di ungkapkan. Semuanya jadi semakin mendebarkan melihat semua orang terlihat sibuk kesana kemari mengurus yang belum selesai. Tadi pagi Raven ikut Anggi meninjau gedung tempat resepsi akan diadakan. Dia cukup puas dengan pilihan bunga-bunga putih kesukaan Nana dan ada sentuhan warna biru kesukaannya juga. Terasa sempurna sesuai dengan apa yang selama ini dimpikannya. Dulu bersama Bunga tapi kali ini seribu persen bersama Nana."Ven ini baju yang akan dipakai resepsi besok, ayo cobain dulu sekali lagi." Anggi mengintruksi yang diangguki anak itu tanpa protes. Setelah semuanya pas, Anggi tersenyum puas dan kembali disibukkan dengan urusan lain. Miko juga tampak sibuk ikut mengurus pernikahannya, beberapa kali Raven melihatnya datang ke rumah ikut berdiskusi dengannya maupun Anggi dan Raka. Saat inipun demikian, laki-laki itu terlihat datang mengantarkan bundanya untuk urusan
Nana melihat pantulan dirinya di cermin. Hampir tidak percaya bahwa dia bisa terlihat secantik itu. Gaunnya sederhana, tidak terlalu banyak renda atau manik-manik seperti yang biasanya digunakan pada gaun pengantin. Tapi semuanya seolah pas sekali di tubuh Nana. Riasan dan gaya rambutnya juga sederhana. Hanya ada sanggul modern dan hiasan bunga putih yang menghiasinya. Tapi karena semua itu melekat di tubuh Nana siapapun akan setuju bahwa itu sempurna. Cantik dengan berkelas. Cantik yang tidak palsu, yang tidak dibuat-buat. Cantik yang Anggi sangat yakin mampu membuat mata Raven mebelalak sampai mau keluar."Menantu mama memang cantik banget deh." Puji Anggi senang. Akad pernikahan memang sudah selesai di kumandangkan oleh Raven dalam satu kali tarikan napas beberapa menit lalu. Itu artinya Nana sudah sah menjadi seorang istri dari Raven Dirgantara. Nana semakin berdebar karena sekarang sudah saatnya dia keluar untuk menemui suaminya dan para tamu undangan. Untungnya tamu und
Warning 21+Semakin malam akhirnya Nana terpaksa harus masuk juga ke kamar Raven. Kamar yang dominan dengan warna putih dan abu-abu itu tercium harus sekali oleh Nana. Harum khas laki-laki yang seperti biasa Nana cium dari tubuh Raven. Jantung Nana semakin berdebar, bau itu membuatnya semakin gugup. Karena memperjelas diamana dia berada sekarang."Mau sampai kapan berdiri di pintu?" Ucap Raven geli. Dia sudah menunggu di belakang Nana beberapa menit setelah menyelesaikan pekerjaanya di ruang kerja dan mendapati Nana terus berdiri di pintu kamarnya. Tubuhnya setengah masuk dan setengah di luar.Nana yang kaget langsung menoleh ke belakang dengan cepat, tapi posisi Raven terlalu dekat sehingga membuat Nana kehilangan keseimbangan. Raven dengan sigap menangkap pinggang Nana sebelum terjatuh. Meneriknya mendekat ke arah laki-laki itu dengan senyuman jahil. Wajah Nana memerah, sudah tidak perlu ditanya lagi. Dan itu menggemaskan sekali dimata Raven."Mas lepas
Nana berganti baju cepat-cepat sebelum Raven selesai mandi kemudian mendekati ranjang besar milik Raven yang sebelumnya hampir saja menjadi saksi malam pertama mereka. Saat ini dia sudah mengganti pakaiannya dengan piama gambar kodok yang lucu. Dan mulai membaringkan tubuhnya yang lelah disana.Jantungnya berdebar ketika beberapa menit kemudian dia mendengar pintu kamar mandi terbuka, suara pelan seperti berganti baju dan dilanjutkan dengan langkah kaki mendekat membuat Nana reflek meremas sprei. Gadis itu berbaring miring dan berusaha memejamkan matanya karena malu. Tapi matanya kembali terbuka dengan sempurna ketika sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Wangi tubuh Raven sehabis mandi langsung menguar dan memanjakan indra penciumannya."Baju tidur kamu emang lucu-lucu begini yah Na?" Ucap Raven sambil terkekeh geli."Kaya anak kecil yah mas?" Tanya Nana malu-malu. Raven terkekeh sambil mengeratkan pelukannya. Nana sedikit risih dengan pelukan itu karen
Anggi terus menemani Nana di ruang keluarga, anak itu terlihat lemah tapi tidak separah saat dia masuk rumah sakit sebelum pernikahan saat itu. Sepertinya memang pernikahan mendadak ini membuat gadis itu stress sehingga membuat haidnya tidak begitu lancar. Raven sedikit merasa bersalah karena membuat Nana seperti itu. Laki-laki itu diam saja sambil terus berada di samping Nana berusaha menenangkan.“Mama ada jadwal di rumah sakit, Jayden juga sudah berangkat sekolah. Kalian baik-baik berdua di rumah yah. Nanti mama ngonrolin masalah haid setelah mama pulang. Lagipula Nana terlihat pulas tidurnya.” Ucap Anggi yang diangguki oleh Raven.“Kamu jangan kemana-mana Ven!” Tambahnya lagi. Raven lagi-lagi hanya mengangguk saja membuat Anggi berdecak kesal.“Ngomong iya doang aja pelit banget.” Gumam Anggi seorang diri. Padahal putranya memang seperti itu sejak dulu tapi Anggi tetap saja kesal.“Mama tadi ngomong apa?&rdquo
Sejak kehadiran Vena di rumah, semua orang harus rela mengucapkan selamat tinggal pada ketentraman dan kedamaian. Pertama karena anak kecil itu sangat cengeng dan kedua karena anak itu tidak suka jika tidak digendong. Selain itu orang favoritnya adalah Jayden. Dia terpaksa menjadi korban hingga tangannya pegal dan punggungnya sakit setiap hari karena Vena akan menangis jika lepas dari gendongannya ketika sudah nyaman. Sebenarnya Jayden bisa saja tidak menggendong Vena agar tidak terjebak dalam kelelahan, Tapi dia juga tidak tahan jika sehari saja tidak menggendong keponakan lucunya itu.Lalu setelah umurnya genap setahun, yang menjadi favoritnya gantian Raven. Vena benar-benar tidak bisa ditinggal oleh Raven pergi jika ketahuan. Karena itu Nana akan mengajak Vena jalan-jalan sebentar ke luar agar Raven bisa berangkat kerja. Anggi benar-benar menghentikan segala kegiatannya di luar kecuali Rumah Sakit semenjak kehadiran Vena di rumah. Nana sendiri tetap melanjutkan kuliahnya s
Menjelang minggu-minggu terakhir kehamilan Nana, Raven mulai mempersiapkan pekerjaanya agar bisa segera di kerjakan di rumah saja. Raven tidak ingin kehilangan moment paling penting sebagai seorang ayah dan seorang suami hanya gara-gara pekerjaan saja. Raven ingin berada di samping Nana ketika istri kecilnya itu melahirkan nanti.Anggi dan Raka juga sudah mewanti-wanti kepada Raven agar lebih siaga di rumah. Raka bahkan sudah mengomel karena sampai sekarang Raven masih saja berangkat ke kantor padahal kehamilan Nana sudah besar. Raven bukan bermaksud kejam, dia hanya berusa untuk bertanggung jawab baik itu usrusan kantor maupun urusan keluarga. Hari ini Raven benar-benar mengerjakan semua pekerjaan yang harus di selesaikannya sampai tuntas, dia juga menyerahkan beberapa hal penting pada Fitri dan sebagian lagi di pegang oleh Raka sehingga besok dia sudah bisa bekerja dari rumah dan menemani Nana hingga melahirkan kelak.Dokter bilang, sekitar tiga minggu lagi Nana akan
Raven tidak pernah menyangka bahwa akan memiliki seorang anak membuat hari-harinya berubah drastis. Pertama dia jadi tidak betah berada di kantor lama-lama. Lebih tidak betah dibanding ketika dia menikahi Nana. Kedua dia jadi merasa selalu was-was, sehingga menambah jumlah orang yang dia suruh mengawasi Nana. Dan yang paling berubah adalah dia jadi sangat sensitif dengan berbagai macam wewangian. Untuk hal yang satu ini, Raven bahkan sampai membuat peraturan bahwa karyawannya tidak boleh memakai parfum ketika meeting dengannya.Anggi dan Raka saja selalu dia protes jika pagi-pagi sudah wangi sekali. Awalnya kedua orang tua Raven itu merasa sedikit aneh dengan sifat Raven itu tapi sekarang sudah paham dan malah tertawa geli. Rupanya bayi yang di kandung Nana sangat adil, tidak hanya membuat ibunya merasakan penderitaan mual muntah saja tapi juga menyiksa ayahnya agar tidak tahan mencium berbagai wewangian. Raven akan mual dan muntah jika mencium wangi yang tidak dia sukai. Dan
Semenjak Nana hamil, Raven mulai tidak tenang berada di kantor. Hampir setiap sepuluh menit sekali dia akan mengirim pesan pada istrinya itu atau sedikit menyusahkan Laras jika Nana sedang di kampus. Raven merasa jam di kantor setiap hari jadi lebih panjang padahal sebenarnya sama saja.Sejauh ini belum ada permintaan aneh dari istrinya yang membuat Raven kesulitab. Nana hanya lebih sensitif kadang menangis tanpa sebab yang jelas. Atau kadang suka marah-marah dengan menggemaskan. Sejauh ini hanya tentang mood Nana saja yang berubah.Tapi sehari yang lalu, Laras melaporkan sesuatu yang mengejutkan. Dia bilang Nana mendorong kakak kelas yang mengganggu hingga terjatuh dengan keras ke tembok dan dia tidak merasa bersalah. Nana bukan orang yang seperti itu, apa kehamilan mempengaruhi hal itu? Raven sendiri sejujurnya masih belum mau percaya tapi Laras untuk apa berbohong bukan?“Ven, ngalamun aja? Nih berkas yang papa pengen kamu lihat.” Raka tiba-tiba s
Raven tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa bahagianya ketika mengetahui bahwa istrinya yang kini sudah tumbuh dewasa itu sedang mengandung anaknya. Seisi rumah langsung bersuka cita membuat ruang gerak Nana seketika berkurang. Nana tidak boleh ke dapur, tidak boleh mngerjakan hal berat pokoknya tidak boleh mngerjakan pekerjaan rumah apapun. Dan ketika berita itu sampai ke telinga keluarga Nana pun mereka langsung bergembira sekali. Haryo, Yuli dan Miko datang dan menginap beberapa hari untuk menemani Nana dan membuat gadis itu merasa senang sekali karena keluarganya berkumpul.Dan Nana mulai menyadari bahwa kehamilan ternyata tidak mudah. Nana mual dan muntah hebat pada awalnya sampai tidak bisa makan apapun dan membuat Raven panik sekali. Untung saja Anggi adalah seorang dokter yang bisa menenangkan keluarganya megenai kondisi Nana.Tapi Raven berubah jadi lebih romantis menurut Nana. Seperti sekarang ketika Nana bangun, maka secangkir teh mint dan biskuit per
Hallo teman-teman pembaca. Kenalkan saya Desti penulis kisah manis ini yang semoga saja mampu menghibur kalian semua. Kisah ini saya akhiri di bab 54 setelah mengantarkan Nana dan Raven pada kebahagiaan yang mereka harapkan. Tapi semua belum benar-benar berakhir karena akan ada beberapa ekstra part bonus berisi keseruan pasangan gemas ini dalam menantikan buah hati. Terimakasih pada teman-teman yang bersedia menunggu cerita ini setiap hari sedikit demi sedikit hingga akhirnya selesai. Terimakasih untuk setiap komentar kalian baik di review maupun di setiap bab yang membuatku seperti merasa lebih bersemangat ketika membacanya. Terimakasih buat kalian yang mencintai Raven dan Nana dengan tulus. Terimakasih karena mau memaklumi segala kekuranganku yang masih banyak ini. Tidak ada kisah yang sempurna, layaknya sebuah kehidupan. Tapi terimakasih banyak karena cinta kalian pada karya ini, menyempurnakan kebahagiaanku. Aku bukan penulis hebat, kesalahanku masih ribuan atau
Semua lebih Ringan untuk Nana lewati setelah langkah baru yang berhasil dia mulai. Kehidupan kampusnya menjadi sangat menyenangkan dan kehidupannya menjadi istri seorang CEO juga tidak kalah menyenangkan. Raven mulai berani mengajak Nana menemaninya pada acara-acara penting di kantor maupun acara penting di tempat kolega-koleganya. Seluruh staf kantor Raven juga sudah mengenal Nana sebagai istri boss yang baik hati dan sangat lembut.Anggi dan Raka lega sekali karena akhirnya Nana terlihat tidak lagi tertekan berada di samping Raven. Haryo, Yuli dan Miko merasa bersyukur sekali karena princess mereka yang polos dan masih belum mengerti banyak hal kini lebih terlihat bahagia dalam menjalani perannya sebagai istri dan mahasiswa. Seminggu sekali, Nana dan Raven akan menginap di rumah Haryo mengobati rindu Nana. Kerja sama Miko dan Raven juga berjalan dengan sangat lancar. Perusahaan Miko kini sudah berkembang semakin pesat dan memiliki banyak cabang atas dukungan Raven. Begitupu
"Kita nggak pulang ke rumah mas?” Tanya Nana melihat bahwa jalan yang Raven lalui berbeda.“Temenin mas Meeting dulu yah Na, nggak formal banget kok Cuma sama temen-temen mas aja. Sekalian mas kenalin kamu kan, walaupun beberapa diantara mereka ada yang datang di pernikahan.” Ucap Raven membuat Nana terdiam sambil merasakan gemuruh di dadanya. Tapi bukankah ini saatnya dia mempraktekan semua wejangan Laras? Jika Nana terus takut maka sampai kapan dia bisa berbaur dengan teman-teman Raven?Gadis itu menghembuskan napas kemudian tersenyum. “Oke mas, tapi baju Nana nggak jadi masalah kan?” Tanya gadis itu terlihat Ringan membuat Raven sedikit kaget karena dia pikir Nana akan sedikit mengeluarkan drama ketakutan.“Nggak masalah kok, mas aja santai kan?” Tutur Raven sambil mengeluarkan senyuman yang menurut Nana selalu yang paling indah.“Oke deh, nanti Nana ikut meetingnya juga apa Nana nunggu dimana gitu?&rdquo
Raven makin uring-uringan karena memakai baju apapun Nana terlihat begitu cantik. Bahkan memakai kemeja kebesaran dan celana jins saja Nana malah terlihat seperti artis Korea. Sudah seminggu istrinya itu kuliah dan setiap hari selalu terjadi perdebatan mengenai pemilihan baju.Anggi tersenyum geli melihat putranya mulai terusik karena tidak mau membagikan kecantikan istrinya itu. “Udah dong Ven, Nana itu anak yang baik. Dia nggak mungkin macam-macam di kampus. Kamu tuh jangan cemburuan kelewatan gitu dong.” Tegur Anggi di ruang keluarga. Hari ini Raven libur ke kantor tapi Nana harus tetap kulian. Raven hanya ada meeting saja nanti siang sambil menjemput Nana pulang kuliah.“Mama nggak tahu aja sih, baru hari pertama aja udah ada cowok yang nempel. Raven pengen ajakin ribut jadinya.” Jawab Raven kesal. Anggi malah ketawa.“Ya kan Nana memang cantik, wajar saja kalau ada cowok yang deketin. Yang penting kan Nana tidak merespon Ven. M