Warning 21+
Semakin malam akhirnya Nana terpaksa harus masuk juga ke kamar Raven. Kamar yang dominan dengan warna putih dan abu-abu itu tercium harus sekali oleh Nana. Harum khas laki-laki yang seperti biasa Nana cium dari tubuh Raven. Jantung Nana semakin berdebar, bau itu membuatnya semakin gugup. Karena memperjelas diamana dia berada sekarang.
"Mau sampai kapan berdiri di pintu?" Ucap Raven geli. Dia sudah menunggu di belakang Nana beberapa menit setelah menyelesaikan pekerjaanya di ruang kerja dan mendapati Nana terus berdiri di pintu kamarnya. Tubuhnya setengah masuk dan setengah di luar.
Nana yang kaget langsung menoleh ke belakang dengan cepat, tapi posisi Raven terlalu dekat sehingga membuat Nana kehilangan keseimbangan. Raven dengan sigap menangkap pinggang Nana sebelum terjatuh. Meneriknya mendekat ke arah laki-laki itu dengan senyuman jahil. Wajah Nana memerah, sudah tidak perlu ditanya lagi. Dan itu menggemaskan sekali dimata Raven.
"Mas lepas
Nana berganti baju cepat-cepat sebelum Raven selesai mandi kemudian mendekati ranjang besar milik Raven yang sebelumnya hampir saja menjadi saksi malam pertama mereka. Saat ini dia sudah mengganti pakaiannya dengan piama gambar kodok yang lucu. Dan mulai membaringkan tubuhnya yang lelah disana.Jantungnya berdebar ketika beberapa menit kemudian dia mendengar pintu kamar mandi terbuka, suara pelan seperti berganti baju dan dilanjutkan dengan langkah kaki mendekat membuat Nana reflek meremas sprei. Gadis itu berbaring miring dan berusaha memejamkan matanya karena malu. Tapi matanya kembali terbuka dengan sempurna ketika sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Wangi tubuh Raven sehabis mandi langsung menguar dan memanjakan indra penciumannya."Baju tidur kamu emang lucu-lucu begini yah Na?" Ucap Raven sambil terkekeh geli."Kaya anak kecil yah mas?" Tanya Nana malu-malu. Raven terkekeh sambil mengeratkan pelukannya. Nana sedikit risih dengan pelukan itu karen
Anggi terus menemani Nana di ruang keluarga, anak itu terlihat lemah tapi tidak separah saat dia masuk rumah sakit sebelum pernikahan saat itu. Sepertinya memang pernikahan mendadak ini membuat gadis itu stress sehingga membuat haidnya tidak begitu lancar. Raven sedikit merasa bersalah karena membuat Nana seperti itu. Laki-laki itu diam saja sambil terus berada di samping Nana berusaha menenangkan.“Mama ada jadwal di rumah sakit, Jayden juga sudah berangkat sekolah. Kalian baik-baik berdua di rumah yah. Nanti mama ngonrolin masalah haid setelah mama pulang. Lagipula Nana terlihat pulas tidurnya.” Ucap Anggi yang diangguki oleh Raven.“Kamu jangan kemana-mana Ven!” Tambahnya lagi. Raven lagi-lagi hanya mengangguk saja membuat Anggi berdecak kesal.“Ngomong iya doang aja pelit banget.” Gumam Anggi seorang diri. Padahal putranya memang seperti itu sejak dulu tapi Anggi tetap saja kesal.“Mama tadi ngomong apa?&rdquo
Bunga tidak tahu bahwa ditinggal menikah oleh Raven akan sehancur sekarang. Sebelumnya dia pikir perasaanya pada Raven tidak sebesar ini tapi ternyata dia salah. Dulu dia selalu beranggapan bahwa Raven tidak mungkin memiliki wanita lain. Karena selalu Bunga yang jadi prioritasnya. Sekalipun Raven tidak pernah berusaha mendekatinya secara intim atau secara terang-terangan tapi Bunga tahu bahwa laki-laki itu memiliki perasaan dengannya. Bahkan ketika wanita bernama Vera sempat mengisi hari-hari Raven dulu, Bunga tidak bereaksi berlebihan seperti sekarang. Sebab dia tahu bahwa Raven memacari Vera hanya untuk membuat pacar Bunga dulu tidak cemburu.Tapi dengan Nana berbeda. Tatapan Raven pada gadis yang Bunga anggap ingusan itu berbeda. Raven menatap Nana lebih berharga dari cara laki-laki itu menatap Bunga dan itu membuat Bunga tidak terima. Bunga merasa seperti Nana mencuri Ravennya. Padahal sebenarnya Nana tidak mencuri apapun. Karena Bunga tidak pernah memiliki Raven. Dia sib
Sampai pukul delapan malam lebih, Raven mengurung dirinya di ruang kerja. Memikirkan segalanya masak-masak. Menanyai hatinya apakah masih ada bunga disana ataukah rasa ibanya hanya karena mereka berteman lama saja. Raven belum sanggup menemui Nana jika dia belum mendapatkan jawaban tentang perasaaannya. Dia tidak mau melukai Nana lagi lebih dari ini.Nana sudah mengorbankan banyak hal dan masih harus mengorbankan perasaannya lagi hanya karena sikap Raven yang tidak dewasa. Gadis itu yang paling terluka disni dan Raven merasa semua itu gara-gara dia. Setelah di pikirkan ulang, perasaan Raven tetap lebih berat ke Nana. Dari segi manapun jawabannya tetap Nana. Membuat laki-laki itu memberanikan diri untuk keluar dari ruangan itu menuju kamarnya. Dimana disana Nananya yang polos tertidur cukup lelap.Raven kembali tersayat melihat luka diwajah cantik istrinya itu. Jika saja dia tidak meninggalkannya maka semua itu tidak akan terjadi. Jika saja dia lebih menjaganya maka Nan
Setelah semuanya menjadi baik, malam ini Raven menunggu Nana memasak dengan bahagia. Dia memang kelaparan sekali karena dari siang dia belum makan. Istri kecilnya itu rupanya memang sudah terbiasa di dapur melihat dari betapa lihainya dia di sana. Raven tersenyum karena merasa beruntung mendapatkan Nana.“Kamu biasa masak di rumah Na?” Tanya Raven pelan. Laki-laki itu kemudian mendekat dan berdiri sambil bersandar di meja dapur memperhatikan Nana. Membuat gadis itu merasa sedikit grogi diperhatikan seintim itu.“Iya mas, bunda sama ayah kan sibuk ngajar kadang sampai sore baru pulang. Jadi Nana yang masak dan mengerjakan pekerjaan rumah.” Jawab Gadis itu pelan. Wajahnya sedikit memerah karena Raven memperhatikannya degan penuh cinta. Itu membuatnya malu.“Miko juga jarang di rumah yah?”“Kak Miko malah sering di rumah mas, soalnya Nana kan sendirian. Nana suka kasihan sebenernya malam minggu aja kalau ayah sama bu
Pagi hari yang cerah, semua kembali seperti kemarin sebelum masalah Bunga ada. Raka juga sudah biasa saja karena kemarin dia dan Raven sudah menyelesaikan permasalahan mereka. Nana tersenyum senang. Dia sudah takut semua akan terasa canggung tapi ternyata keluarga Raven bukan jenis orang-orang yang memendam kekesalan hingga mempengaruhi keseharian mereka. Nana betah sekali berasa disini. Semua orang tidak ada yang jahat padanya. Semuanya penuh kasih sayang.“Luka kamu udah diobatin kan Na pagi ini?” Raka bertanya. Nana yang sedang membantu Anggi mempersiapkan sarapan langsung menoleh kemudian tersenyum.“Sudah pah tadi diobatin sama mas Raven.” Ucapnya, Raka tersenyum.Raka sendiri mirip dengan Raven. Bukan orang yang suka berbicara tapi bukan jenis yang cuek dan peduli. Mereka mungkin bisa dibilang jenis yang romantis karena diam-diam ternyata peduli.“Hari ini nggak ke kantor kan Ven?”“Nggak pah, sudah d
Ketika Raven masuk kembali ke dalam kamar, Nana tampak sedang menunggunya. Wajah Raven tampak sangat marah tapi begitu Nana menoleh ke arahnya laki-laki itu tersenyum lembut. Nana merasa tersentuh sekali dengan sikap Raven mempertahankannya tadi. Dia tidak tahu bahwa Raven yang tenang dan tidak banyak bicara itu ternyata bisa semarah itu bahkan berbicara kasar hanya untuk mempertahankannya. Nana merasa sangat berharga dan itu membuatnya berkaca-kaca tanpa diminta.Raven kemudian menghampiri istrinya itu dan memeluknya dengan erat. Nana yang tadinya tidak ingin menangis jadi terisak. Raven mengerti pasti istrinya itu kaget sekali dengan suaranya yang sedikit membentak dan keributan yang terjadi. Raven mengelus rambut wanita itu dengan lembut tanpa banyak bicara. Kemudian setelah isakkan Nana rena, Raven menyuruhnya duduk di ranjangnya dan dia beranjak ke dapur membuatkan teh hangat.“Kamu minum dulu nanti kita bicara.” Ucap Raven lembut. Nana kembali tersent
Anggi dan Raka mendengarkan cerita Raven dengan cermat dan terlihat sangat marah. Tapi mereka tidak menyela sedikitpun apapun yang Raven katakan hingga laki-laki itu selesai bercerita.“Jadi ini alasan Haryo tiba-tiba saja meminta pernikahan tanpa membuktikan kamu dan Nana melakukan hal yang tidak baik?” Raka yang petama berbicara. Raven mengangguk dan Anggi mulai mengerti tentang semua kecurigaanya.“Tapi mama yakin Nana tidak tahu apapun. Pokoknya papa sama Raven nggak boleh hakimi Nana atau mama akan marah.” Ucap Anggi membela. Dia sudah sayang sekali pada Nana karena menantunya itu mewujudkan impian Anggi untuk memiliki anak gadis yang manis dan baik hati. Dia pokoknya tidak rela jika putri kesayangannya itu sampai terluka.“Mana mungkin kami begitu mah, papa tahu Nana tidak tahu apapun dan dia mungkin sekarang sedang menanggung beban rasa bersalah. Kamu harus terus disampingnya Ven!” Ucap Raka yang diangguki oleh putranya