Share

Kamila & Arkam

Penulis: Ana j
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Kata Rendra dia punya kolam baru, Bu. Anak itu sendiri yang memberitahu aku di sekolah tadi pagi,” celetuk Ayana seraya menatap ke arah Kamila.

Sudah pukul tiga sore, dan mereka menuju kediaman Relin. Tentu saja dengan berjalan jalan kaki. Toh, jaraknya tak jauh dari rumah mereka.

“Tidak, Yaya. Rendra punya mobil remote control, bukan kolam renang,” timpal Saga.

“Kamu tadi tidak dengar, ya? Dia bilang kolam renang, jangan ngeyel kalau dikasih tahu! Perkataanku itu selalu benar, lihat saja nanti!” balas Ayana tak mau kalah.

Kamila yang mendengar itu mengacak gemas surai si kembar. “Ayo, lebih baik cek sendiri di rumah Rendra.”

Kamila dan putra putrinya memasuki pagar rumah besar itu, lantas langsung melangkah ke pintu utama. Bertepatan dengan Masayu yang keluar membawa Rendra.

“Mila,” sapa Masayu seraya memeluk wanita itu. “Aduh, si kembar juga sudah di sini saja.” Ia mencubit gemas pipi Ayana serta Saga setelah melepas pelukannya dari Kamila.

“Ayo, aku tunjukkan kolamku, ada ju
Ana j

Takyut

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Muda   Tidak Ada Titik Temu

    “Selamat pagi, Nyonya. Anda mau sarapan apa hari ini?” Pria itu mengusap lembut pipi sang istri.Kamila tersenyum ketika membuka mata, dan melihat Aron yang menatapnya lembut. “Memangnya Tuan mau masak apa hari ini?” Alih-alih menjawab, ia justru bertanya balik.“Terserah apa pun yang Anda inginkan, Nyonya. Saya usahakan untuk menghidangkannya.” Aron bangkit dari tidurnya, pria itu membenarkan rambutnya yang acak-acakan. Lalu menaruh tangan di dada—seolah siap melayani Kamila.“Baik, tolong buatkan saya muffin, tapi jika tidak enak—Anda sendiri yang harus menghabiskannya,” tentang wanita itu tersenyum miring.“Siap! Tunggu sebentar.” Aron bangkit dari kasur dan melangkah keluar. Bahkan ia tidak sadar hanya mengenakan celana piyama tanpa atasan.Kamila berdecak melihat itu, membayangkan tubuh sang suami dilihat oleh para pelayan membuatnya tak suka. Ia bangkit dari kasurnya dan menuju kamar mandi, setelah itu keluar menyusul Aron.Berhubung ini weekend, mereka akan menghabiskan waktu

  • Terpaksa Menikah Muda   Pergi Begitu Saja

    “Nyonya, biar saya saja yang lanjutkan masakannya. Ini sudah pukul lima sore, jika Tuan Aron pulang dan melihat Anda di dapur, pasti dia akan marah.” Nasihat Sari, berharap wanita di depannya ini mendengarkan. “Tapi ini tinggal menambah coklat saja.” Kamila tetep kukuh, padahal wajahnya sudah belepotan oleh tepung. “Bagaimana jika Anda bermain bersama si kembar saja? Pasti mengasyikkan sembari menunggu Tuan Aron pulang, dan adonan brownies ini saya yang ambil alih.” Sari kembali memberi penawaran dengan tutur formalanya, walau Kamila sudah menyuruhnya bersikap biasa.“Kau mungkin lupa jika si kembar sedang jalan-jalan sore bersama Kakek dan nenek mereka,” sahut Kamila santai. Sari menggaruk tengkuk yang tak gatal, pusing memikirkan alasan apalagi. “Pantas saja aku tidak menemukanmu di kamar,” celetukan itu membuat Kamila menoleh. Ia meringis kala melihat sang suami yang sedang bersedekap dada. “Kau membantah lagi, Nyonya?” Aron melangkah mendekat, menyentill pelan ujung hidung wan

  • Terpaksa Menikah Muda   Aron & Sandra

    “Hai, kau ke sini,” sapa wanita cantik yang sedang berbincang dengan Relin. Aron mengangkat bahu, lalu mengambil duduk pada sofa. “Di mana Rendra?” tanya pria itu to the point, karena tujuannya ke sini hanya menemui anak laki-laki itu. “Wah, kau mengabaikanku? Benar-benar Tuan Dewangga ini!” Wanita cantik itu terkekeh, membenarkan duduknya dan menatap Aron dengan pandangan tak terbaca. “Dia sedang ada di kamarnya, kau langsung ke sana saja. Maaf ya, merepotkanmu.” Relin menyahut, sebenarnya Rendra menangis dan mencari Erza. Namun, berhubung ia sungkan menghubungi pria itu. Akhirnya ia meminta Aron ke sini dan mengatakan Rendra ingin bertemu serta bermain. Aron yang mendengar perkataan Relin langsung bangkit dari duduknya, dan bergegas menuju kamar Rendra tanpa mengucapkan apa pun. “Sungguh, pria itu memang sangat susah ditebak,” celetuk Sandra sembari bersedekap dada. Relin tersenyum singkat. “Bagaimana dengan butiikmu, apa ada yang bisa aku bantu?” tanyanya tanpa menjawab celet

  • Terpaksa Menikah Muda   Noda Itu ....

    Kamila mengerang perlahan tatkala membuka mata, melihat jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Astaga, ia ketiduran. Padahal niatnya untuk menunggu Aron, wanita itu melihat sekeliling kamar, tak ada tanda-tanda keberadaan sang suami. Wanita itu menguap sebentar, lalu bergegas mencuci wajah. Setelah itu melangkah menuju lantai satu, mencari keberadaan Aron. Tidak mungkin sang suami tidur di ruang kerjanya, bukan? Akan tetapi, langkahnya terhenti kala melewati dapur. Ia tergugu saat melihat Aron dengan apron yang membungkus dada telanjangnya. Pria itu benar-benar, kebiasaan sekali tidak memakai baju ketika keluar dari kamar. Perlahan tapi pasti, Kamila melangkah mendekat. Napasnya tercekat ketika Aron langsung menoleh. “Maaf jika aku mengganggu, Mas,” ucapnya kikuk. Aron menatap datar, lalu kembali mengiris tomat di hadapannya. Kamila terdiam, ia menjadi serba salah. Alhasil menyaksikan pria itu yang sedang membuat sandwich dalam diam. Sepuluh menit berlalu, A

  • Terpaksa Menikah Muda   Kehebohan Di Rumah Sakit

    Aron tampak cerah pagi ini, Bimo saja terheran-heran melihat sang majikan. Namun, biarlah— ia tak ingin memikirkannya, justru bagus karena dengan begitu ia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang“Selamat pagi, Tuan. Hari ini ada meeting selesai makan siang.” Lapor Bimo.Pria itu tersenyum lebar. “Baik, persiapkan semuanya. Hari ini kau tak perlu mewakili saya.” Aron berucap santai karena suasana hatinya sangat membaik, mengingat tadi malam ia makan malam romantis bersama sang istri. Apalagi sikap lembut Kamila yang membuat berdebar kala mengingatnya.“Siap, Tuan!” jawab Bimo saraya kembali mengambil duluk. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu, disusul oleh eksistensi seorang manajer yang melangkah masuk dengan wajah pucat pasif“Selamat pagi, Tuan Aron. Saya ingin menginformasikan jika ada pihak berwajib yang ingin bertemu,” ujar pria itu.Sontak saja Aron langsung bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Bimo.“Ada apa memangnya?” tanya Arun to the point.“Sekitar

  • Terpaksa Menikah Muda   Saran Dari Relin

    “Seharusnya kasus ini tak perlu dibesarkan, Anda cukup beritahu pihak rumah sakit dan kami sendiri yang akan mengurusnya. Tidak sampai melibatkan awak media sekalipun,” kata Aron santai. “Jadi, Anda menganggap remeh keselamatan pasien? Apa rumah sakit sebesar ini memang sangat buruk perihal keamanan, sampai-sampai ada orang asing masuk dan ingin membunuh putri saya. Bagaimana jika itu terjadi pada keluarga Anda?” tanya pria dengan setelan formalnya. Wajah santai yang Aron tunjukkan seketika berubah menjadi ekspresi dingin, ia tak suka jika ada yang membawa-bawa nama keluarganya. “Saya mengatakan beritahu pihak rumah sakit, dan di mana letak meremehkan keselamatan pasien? Justru dokter kami mengorbankan dirinya demi keselamatan putri Anda.” Pria itu tampak gelagapan, sementara pihak kepolisian yang ada di sana sama sekali belum mendapatkan kesempatan berbicara. Karena baik Aron, atau pun lawan bicaranya, sama-sama saling melempar opini sejak duduk satu jam yang lalu. “Pak Reno—” Aro

  • Terpaksa Menikah Muda   Lebih Memilih Dia

    Kamila membuka mata secara perlahan, ia tersentak ketika melihat Aron yang sudah berada di sampingnya. Wanita itu mengambil ponsel di atas nakas dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam pagi, ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelahnya kembali duduk di samping Aron yang sedang tertidur pulas. Kamila menghembuskan napas, bahkan ia tak tahu Aron pulang jam berapa. Wanita itu memejamkan mata sebari menyadarkan punggung pada headboard, mengingat kembali apa yang ia temukan pada kemeja sang suami kemarin malam.“Engh … Sayang,” bisik Aron serak. Ia menggeliat seraya merentangkan tangan, berharap Kamila masuk ke dalam pelukannya. “Sudah bangun,” ucap wanita itu sembari mengacak surai halus pria di hadapannya. “Peluk …,” pinta Aron serak. Kamila tersenyum tipis, lalu memeluk Aron dan menepuk pelan punggung pria itu, membuat sang empu kembali memejamkan mata. “Katanya hari ini mau jalan-jalan pagi, masa lanjut tidur,” celetuk Kamila. Aron kembali mendusel kepalany

  • Terpaksa Menikah Muda   Kebenaran Yang Terungkap

    “Akhirnya kau menyetujuinya, aku pastikan jika Paman Atma bisa membantumu.” Sandra tersenyum simpul seraya menyantap sarapannya. Ya, mereka sedang di kantin rumah sakit saat ini. Tentunya ada Bimo juga, pria itu selalu mengekori ke mana pun sang tuan pergi.“Sebenarnya ini tidak perlu dibawa ke jalur hukum, tapi sepertinya Pak Reno ingin bermain-main. Jadi, semoga pamanmu itu bisa menanganinya,” balas Aron santai. Pada akhirnya ia menyetuji jiak kasus ini ditangani oleh paman Sandra. Mengingat Kenanga yang tak mungkin ke Indonesia dalam janga waktu dekat ini. Sandara mengelap bibir menggunakan tisu, lantas menatap Aron serius. “Tentu saja, kau tak perlu khawatir. Dan mungkin Paman Atma akan sampai ke kota ini nanti malam.” Setelahnya mereka kembali melanjutkan sarapan, sesekali Sandra mengajak Aron berbincang, walau hanya ditanggapi gumanan oleh sang empu. Dan itu semua tak lepas dari pengamatan Bimo.Suara deringan ponsel Bimo membuat yang ada di meja makan itu langsung menoleh k

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Muda   Selesai

    Kamila menatap kosong ke depan, Aron yang sejak tadi memeluknya ikut merasa sedih. Ini semua adalah mimpi buruk baginya, ia hanya tertidur sebentar di mobil. Lalu tiba-tiba sudah berakhir di rumah sakit, setelah siuman justru menerima berita kehilangan sang buah hati. “Aku egois ya, Mas? Andai aku tidak membuntuti Relin, mungkin anak kita masih ada di sini,” kata Kamila setelah kebisuan panjang. Wanita itu mengusap perutnya yang rata, satu bulan berlalu. Duka itu masih menyapa, sakit dan perih akan kehilangan yang tak pernah terduga. “Sayang, dengarkan aku.” Aron menangkup wajah Kamila, menatap mata wanita yang dicintainya itu. “Kau boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Aku tidak mau Ayana serta Saga merasa tersisihkan.” Kamila tertegun, tanpa sadar sudah abai dengan keberadaan si kembar lantaran larut akan kesedihan. “Ayana, Saga ….” Lirih wanita itu. “Ya, mereka takut mendekat padamu. Terkadang Ayana maupun Saga hanya melihatmu dari celah pintu,” jelas Aron, membuang pa

  • Terpaksa Menikah Muda   Benar-benar Pergi

    Nyatanya, kebahagian itu tak pernah berpihak padaku ~Kamila Cahaya *** Semua yang terjadi di hadapannya begitu cepat, menarik napas pun terasa sulit. Kamila memegang tangan dingin Aron. Ia bodoh dan ceroboh, sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. “Tolong! Siapa pun tolong!” Wanita itu menjerit seraya memukul kaca mobilnya. Tak berselang lama, suara pecahan kaca serta teriakan orang-orang mulai terdengar. Sedangkan Kamila, bukannya merasa lega. Justru ia semakin panik kala melihat darah yang mengaliri betisnya. Kamila tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Ia menoleh ke arah Aron, memegang tangan sang suami kuat. Sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. *** Masayu duduk lemas tak bertenaga setelah menerima kabar jika mobil yang Relin serta Sandra tumpangi menabrak pembatas jembatan. Lantas jatuh ke bawah dan sampai sekarang tak bisa ditemukan. Belum lagi Kamila, Aron serta Bimo kecelakaan di lokasi yang sama dengan Relin, tapi bedanya mereka hanya

  • Terpaksa Menikah Muda   Mengejar Relin

    “Mas .…” Kamila menyentuh pelan bahu Aron. Ia menggigit bibir bawah ketika melihat tatapan kosong sang suami. “Mila, Erza pergi untuk selamanya. Apakah sikapku keterlaluan selama ini? Aku kecewa padanya. Tapi bukan berarti dia—” Napas Aron tercekat, pria itu mendongkak, menghalau air mata yang hendak keluar. Ia kembali menunduk, melihat gundukan tanah di hadapannya. Erza memeng tak bisa diselamatkan, pria itu ditemukan sudah tak bernyawa. Mengingat terlalu banyak menghirup asap, serta luka bakar yang yang didapat. “Mas, aku tahu jika ini pasti sangat berat. Ada aku di sini, Mas tidak sendiri.” Kamila memeluk sang suami, ia bisa merasakan napas lelah pria itu yang berhembus di ceruk lehernya. “Tuan, hujan sudah mulai turun. Apakah tidak sebaiknya kita berteduh?” tanya Bimo pelan. Tak tahan melihat Aron yang mendapat kesedihan secara bertubi-tubi. Bimo sudah menganggap pria itu seperti adiknya sendiri, dan ia ikut merasakan kesakitan Aron.Aron melepas pelukannya dari Kamila, lant

  • Terpaksa Menikah Muda   Pergi Untuk Selamanya

    “Kemungkinan besar dia dijatuhi hukuman seumur hidup, mengingat Erza juga terlibat dalam pembunuhan berencana. Ayahnya pun sudah tutup mata dan memutuskan hubungan dengan Erza. Sementara Relin, hingga saat ini belum ditemukan,” jelas Tama menatap ke arah Aron yang sedang menatap jauh ke depan. Satu bulan sejak terakhir kali ia bertemu dengan Erza, Tama ingat betul kala orang tua Panji menyumpahi Erza dengan kemarahan membeli buta, tak lupa mengutuk menantunya yang tidak lain adalah Relin, meskipun wanita itu menghilang entah ke mana.“Apa si Brengsek itu menyesali semua perbuatannya?” tanya Aron dingin, setelah keheningan panjang.Tama menghembuskan napas berat, meneliti ekspresi sang putra yang terlihat kecewa serta marah. “Tentu saja dia menyesal, seperti yang Ayah katakan satu bulan yang lalu. Jika dia ingin bertemu denganmu untuk meminta maaf, tapi mengingat kau yang tak mau melihat wajahnya. Jadi, Ayah tidak bisa memaksa.”“Syukurlah dia sadar diri, memang orang jahat sepertin

  • Terpaksa Menikah Muda   Hukuman Erza

    “Setelah saya selidiki semuanya, ternyata Tuan Erza juga yang membakar kebun apel Anda. Dia mengaku telah mengambil cincin Tuan Farzan dan ditaruh di lokasi kejadian, agar kecurigaan kita mengarah padanya,” jelas Bimo. Pria itu menyesal karena dulu sempat berburuk sangka pada Farzan, tapi siangka Erza adalah dalang dari semua ini. Sungguh, tak pernah terbesit dalam pikirannya. Bimo kembali mengalihkan atensi pada Aron, terlihat jelas wajah kecewa serta terluka sang tuan. Ia turut sedih, mengingat Aron serta Erza berteman sejak kecil.“Lalu mengenai kasus Panji bagaimna?” tanya Aron setelh kebungkamn yang cukup panjang. “Sedang diurus oleh pengacara Anda, Tuan Erza juga sudah ditahan. Tadi siang ketika saya ke selnya, dia berpesan ingin melihat Anda,” ungkap Bimo hati-hti. “Tidak akan.” Aron mengeraskan rahang. “Jika saya bertemu dengannya, saya tak yakin jika dia masih bernapas esok hari.” Pria itu mengepalkan tangan, sudah seminggu sejak kematian Rendra, ia sama sekali tidak sudi

  • Terpaksa Menikah Muda   Kematian Rendra

    “Tunggu dulu, apa maksudnya jika Erza mendonorkan darahnya pada Rendra?” tanya Aron. Mencegah Erza yang hendak mengikuti Relin. “Mengapa kau memikirkan itu! Yang terpenting sekarang kami harus menyelamatkan Rendra!” bantah Relin kuat, menatap Aron tajam. “Bukan maksud saya seperti—” Perkataan Aron terhenti ketika dokter serta suster tergesa-gesa menuju ruangan Rendra. Mereka semua yang melihat itu tentu saja panik. Relin yang hendak masuk langsung dihentikan oleh Farzan. Membuat wanita itu menangis karena panik. “Mas ….” Lirih Kamila sembari memegang lengan Aron. Pria itu tersentak, baru menyadari jika sang istri sedari tadi bersamanya.“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” kata Aron lembut. Berbanding terbalik dengan tatapan tajamnya ke arah Relin serta Erza. Satu jam berlalu, seorang dokter keluar. Pria itu menatap keluarga pasien dengan wajah tak terbaca. Lalu berucap, ”Pasien tidak bisa diselamatkan. Dia terlalu banyak kehilangan darah, ditambah lagi dengan penyakit

  • Terpaksa Menikah Muda   Janggal

    “Jadi, aku sudah boleh pulang?” tanya Aron sekali lagi. Kamila mengangguk pelan, sudah pukul delapan malam. Lantas mereka keluar dari hotel, menuju kediaman Dewangga. “Apa pun yang terjadi ke depannya, kau harus percaya padaku.” Aron mengecup punggung tangan Kamila, mengabaikan Bimo yang seperti nyamuk di antara mereka.“Ya, asalkan jangan sembunyikan hal besar lagi dariku,” jawab Kamila. Aron mengangguk, mengusap rambut wanita itu lembut. Lalu menyandarkan kepala Kamila di dada bidangnya. “Mengenai Relin, ternyata dulu Mas tidak direstui, ya?” tanya Kamila pelan. Tubuh Aron terlihat menegang, tapi dengan cepat rileks kembali. “Ya, itu dulu. Sekarang ada dirimu da si kembar. Kami juga sudah bahagia dengan jalan hidup masing-masing.” Kamila terdiam, ia pikir Relin begitu diterima di keluarga Aron, mengingat dulu Dona sangat menyanjung sang sepupu.“Tuan, kita disuruh ke rumah sakit. Rendra jatuh dari tangga, dan keadaannya drop.”Perkataan Bimo menyentak Kamila dari lamunannya, b

  • Terpaksa Menikah Muda   Ketakutan Kamila & Aron

    “Enam tahun penjara?” tanya Aron dengan wajah kaku. “Benar, Tuan. Namun, hukuman yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada pertimbangan hakim dan fakta yang terungkap dalam proses peradilan. Hakim bisa saja menjatuhkan hukuman penjara di bawah atau di atas enam tahun. Tapi balik lagi, itu semua tergantung pada keadaan kasus dan pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti keadaan pelaku, korban, serta faktor-faktor pengurangan hukuman lainnya.”“Apanya yang enam tahun!” Seruan itu membuat Aron menoleh, ia tersentak ketika melihat Kamila yang menatapnya marah.“Jawab! Kenapa kau lakukan hal ini, Mas!” Kamila memukul dada Aron kuat, meremas kemeja yang pria itu kenakan dengan air mata yang sudah berjatuhan. “Ka–kamila … kau di sini?” tanya Aron linglung. Mengapa sang istri ke hotel tempatnya menginap? Wanita itu mendongak. “Ya, aku ke sini untuk membawamu pulang. Sudah cukup kebodohan yang kau lakukan, Mas. Ayo, lupakan semuanya. Ak–aku ….” Napas Kamila tercekat, tak bisa melanj

  • Terpaksa Menikah Muda   Jeruji Besi

    “Ibu, mengapa Ayah selalu menemuiku dan Saga di luar? Memangnya kenapa tidak di rumah saja?” tanya Ayana sembari menatap ke arah Kamila.Gadis kecil itu melihat kembali penampilannya pada cermin, setelah merasa cantik ia kembali menghadap ke arah Kamila.“Ayah sedang bekerja, Sayang. Mungkin setelah semuanya selesai baru dia pulang.” Wanita itu menjawab pelan, meski terdapat kekhawatiran pada raut wajahnya. “Oh … begitu. Padahal aku kangen tahu dibacakan dongeng sama Ayah. Memangnya Ibu tidak kangen sama Ayah?” Kamila melotot kaget, setelah itu tertawa canggung. “Ah, Yaya sangat cantik hari ini. Bagaimana jika sore ini kita ke taman? Ajak Aga juga nanti.” Ia mengalihkan pembicaraan, dan benar saja Ayana langsung mengangguk.“Siap, Bu! Nanti aku boleh makan ice cream ya, soalnya sudah satu minggu aku libur.” Gadis kecil itu mengerjap lucu, berharap Kamila luluh. “Tentu, Sayang. Hari ini Yaya dan Aga boleh makan ice cream, dan sekarang ambil tasnya ya.” Kamila mengacak rambut Ayana g

DMCA.com Protection Status