Rudi melangkah dengan perlahan menujuh kuburan sang istri tercinta, Mita. Saat dia melangkah dia menggendong Nia yang sudah berumur tiga tahun, kuburan sang istri berlokasih di pinggir kota, dan di kelilingi oleh perpohonan yang sangat rimbun. Sinar matahari susa masuk menyinari kuburan itu karena terhalang olah perpohonan di sekitar kuburan sang Istri. Dia berjalan sambil menahan rindu sama istri tercintahnya.Rudi menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri saat sampai di makam Mita. la meletakkan bunga mawar putih di atas batu nisan yang terletak di tengah-tengah lapangan hijau dan tertutup oleh rimbunnya pohon. Nia memandangi makam tersebut dengan pandangan bingung di wajahnya. Nia masih belum mengerti apa dan dia belum perna bertemu sang ibunya secara langsung karena sang ibu meninggal sesaat melahirkanya.Indah juga ikut meletakan bunga yang dia beli tadi. Walau pun mereka kurang akur, dia tetap menyayangi kakaknya itu. Indah selalu mengangap sang kaka seperti kaka kandungn
Setelah mengantar anak dan istrinya pulang, Rudi langsung pamit kembali pergi. Dia ingin bertemu dengan orang suruhannya untuk mencari tau gimana almarhum istrinya mita dulu."Jangan menunggu aku pulang. Tidurlah jika kamu mengantuk. Aku masih ada urusan. Aku tidak tau cepat atau tidaknya urusan ku," ucap Rudi dengan istrinya."lya, Mas," jawab Indah singkat.Nia yang tertidur segera dipindahkan ke kamarnya. Rudi lalu membantu sang istri menuju kamar mereka. Di dalam kamar pria itu mengecup dahi Indah sebelum pergi. Gadis itu memandang kepergian suaminya dengan pikiran bercampur. Di satu sisi dia masih membenci Rudi karena penyebab kematian Dicky, di sisi lain dia membutuhkan pria itu sebagai tempat bersandar. Tiada lagi yang dia miliki selain suaminya itu. Apalagi sikap suaminya beberapa hari ini udah berubah banyak.Dulu dia masih merasa memiliki keluarga, yaitu ibu Rahma. Namun, sejak dia tahu kebenaran siapa dirinya, dia merasa sebatang kara. Rudi memang berjanji akan mencari tahu
Rudi terdiam dengan menatap wajah Nia yang sedang duduk. Tak tahu bagaimana jika memang bocah itu bukan darah dagingnya, dia tidak akan tau gimana hancurnya hati dia kalo emang Nia bukan anaknya. Dia sangat menyanyangi anaknya ini.Nia yang baru menyadari kehadiran Rudi, lalu berteriak memanggil namanya dengan nada khas anak-anak. Tersenyum simpul pria itu menjawabnya."Papi ...," teriak Nia dengan suara anak-anaknya."Ya, Sayang," jawab Rudi datar dia tidak tau gimana hatinya.Indah yang baru selesai masak, menyiapkan semuanya di atas meja makan. Dia heran melihat interaksi Rudi dan Nia yang tak biasa, dia bingung apa yang salah antara mereka. Hari ini pria itu tampak sedikit kaku dengan anaknya."Mas, apa ada masalah? Kenapa kamu sangat dingin?" tanya Indah akhirnya.Rudi yang sedang melamun, memikirkan ucapan orang suruhannya tak mendengar pertanyaan Indah. Karena tidak ada tangapan dari Rudi, Gadis itu akhirnya kembali pertanyaannya. "Mas, apa kamu ada masalah? Kenapa sikap kamu
Meraka berdua tidak sadar dan mengetahui, Rudi sudah berdiri di belakang mereka berdua. Dia bermaksud ingin pulang makan siang dengan istrinya. Tapi dia mendengar semua ucapan mertuanya."Syukurlah kalau kamu tidak mengiginkan harta Rudi, karena kau memang harus sadar diri, jika semua yang dimiliki Rudi harus jatuh ke tangannya Nia yang merupakan anaknya Rudi dan Mita. Jangan coba kau rebut semuanya dari tangan Nia. Walaupun nantinya kau memiliki anak lagi dengan Rudi, kau harus ingat, jika anakmu akan dapat bagian kecilnya saja. Kau harus mengingat itu!" ucap Ibu Rahma."Terserah apa yang ibu katakan. Semua keputusan ada di tangan Mas Rudi. Jadi percuma saja Ibu bicara denganku, aku tidak mau mencampuri urusan harta Mas Rudi" balas Indah.Indah kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan, dia udah tidak mau berdepat sama Ibu Rahma. Namun, Ibu Rahma tak tinggal diam, dia lalu menahan dengan memegang pergelangan tangannya Indah untuk menghalangi jalannya Indah."Kau jangan sombong k
Indah yang mendengar obrolan yang sedikit sensitif dan akan ada perbedatan dari obrolan ini, Indah langsung meminta bibi membawa Nia ke kamar terlebih dahulu supaya Nia tidak memdengar perdebatan ini. Indah meminta bibi mandikan Nia yang tangannya penuh cat karena habis melukis tadi. Indah hanya duduk memdengar perdebatan itu dan dia tidak mau ikut campur dalam perdebatan itu. Dia hanya mendengar tanpa memberikan pendapat atau suara. "Apa Ibu yakin tidak mengetahui semuanya?" tanya Rudi dengan tersenyum miris dengan kata Ibu Rahma. Ibu Rahma tampak gugup. Dia meremas tangannya sendiri. Dia tak menyangka jika Rudi akan permasalahan semua ini setelah sekian tahun lamanya. Sebagai ibu, sebenarnya dia juga tak menginginkan Mita melakukan semua itu, tapi dia mau bagaimana lagi, dia tetap harus membela dan melindungi anak kesayangannya hingga rela berbohong. Apapun akan dia lakukan untuk membela anaknya kandungnya itu. "Ibu tidak tahu. Dan Ibu percaya semua yang Mita katakan. Sebagai an
Mama Reni menganggukan kepala tanda setuju. Rusi juga sepertinya menyetujui pendapat Indah. Dia mengumpulkan foto Mita yang tadi di serakan di atas meja makan. Dia tidak mau kalo sampe Nia melihat foto-foto itu. Rudi tidak mau kalo anaknya itu melihat foto mamanya berselingku sama laki-laki lainNia menatap semua dengan penuh tanda tanya. Nia tampak binggung sama suasana di ruang itu. Mama Reni mengajak cucunya itu duduk untuk mencairkan suasana. Ibu Rahma dengan terpaksa juga ikutan duduk.Mereka makan siang dengan saling diam. Tak ada yang buka suara. Sepertinya semua sedang diliputi ketegangan."Kenapa semua diam?" tanya Nia merasa sangat aneh.Indah lalu tersenyum menanggapi ucapan Nia. Dia tak ingin ponakannya itu merasa ada yang salah di rumah mereka saat ini."Mungkin karena masakannya sangat lezat. Sehingga semua asyik menikmati," jawab Indah. Ibu Rahma tak menyentuh makanan apa pun yang disediakan. Dia termenung dan pandangannya entah kemana. Setelah semua makan, Indah menga
Setelah mama Reni pulang, Rudi dan Indah masuk ke kamar. Mama Reni pulang dengan membawa Nia. Dia sengaja agar putranya bisa lebih dekat dengan Indah. Setelah tahu kalau Mita tidak sebaik yang dia kira, mama Reni ingin putranya cepat melupakan wanita itu.Indah naik ke atas tempat tidur. Rudi juga mengikuti. Hujan yang mengguyur bumi membuat keduanya jadi malas beraktivitas. mereka berdua hanya duduk kasur karena bingung mau melakukan apa, apa lagi mereka berdua lagi banyak pikiran. Padahal baru jam lima sore.Rudi mendekati istrinya dan tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Imdah. Tangannya memeluk pinggang wanita itu."Aku merasa, aku ini pria paling bodoh," ucap Rudi.Indah yang merasa sedikit canggung karena di peluk Rudi, hanya diam sambil menarik napas. Dia tak pernah sedekat ini dengan seorang pria, juga termasuk Dicky. Walau Rudi telah menjadi suaminya, tatap saja terasa aneh. Karena masih berpikir dia abang iparnya. "Selama dua tahun kami menikah, aku tak tahu jika Mita m
Mendengar apa yang bisikan Rudi, gadis itu langsung berdiri dan berjalan cepat menuju ranjang. Suaminya tidak mau tahu. Dia mengikuti langkah sang istri."Menolak permintaan suami itu dosa loh, Indah," ucap Rudi.Indah melototkan matanya mendengar ucapan Rudi. Bisa-bisanya pria itu mengancamnya sekarang. Dia juga tahu itu dosa. Tapi apa secepat ini mereka melakukan itu. Baru dekat satu bulan sejak kecelakaan. Dia masih merasa sangat canggung.Rudi tertawa dengan kerasnya melihat wajah Indah yang terkejut itu. Dia mendekati istrinya dan langsung menggendongnya. Membawa masuk ke kamar mandi.Sampai di kamar mandi, Indah di dudukan di closed. Rudi berjongkok di depan gadis itu.Indah tampak sangat gugup karena Rudi yang berjongkok di hadapannya dengan kedua tangan berada di paha gadis itu."Maafkan aku, jika selama ini sering membuat kamu menangis. Membuat kamu sedih. Aku janji mulai hari ini tiada lagi air mata di pipimu," ucap Rudi dengan menggenggam tangan istrinya.Indah memandangi w