Rudi meraih ponselnya dan menekan tombol biru untuk menerima pangilan. Menerima panggilan orang kepercayaannya itu. "Besok pagi kita bertemu di kafe biasanya. Aku sudah pulang ke rumah," jawab Rudi. Setelah itu ponsel kembali di tutupnya. Dia kembali fokus untuk menonton televisi menemani Indah dan Nia. Nia dan Indah begitu nikmatnya menyantap brownies yang dia beli. Mereka sambil bercanda dan nonton televisi. "Bagaimana kakinya kamu? Apa sudah bisa digerakkan secara normal?" tanya Rudi kepada Indah yang lagi asik makan brownies sambil bercanda sama Nia. "Sudah, Mas. Sudah jauh lebih baik. Aku sudah kuat berjalan walau belum sanggup laju seperti biasanya," jawab Indah yang masih asik makan brownies. "Syukurlah. Pasti sebentar lagi akan kembali normal," jawab Rudi. Indah memandangi suaminya dengan intens. Sepertinya ada yang ingin dia katakan kepada Rudi. Rudi yang merasa diperhatikan menatap balik sang istri. "Ada yang ingin kamu katakan?" tanya Rudi. "Mas, apa aku boleh ke ku
Rudi melangkah dengan perlahan menujuh kuburan sang istri tercinta, Mita. Saat dia melangkah dia menggendong Nia yang sudah berumur tiga tahun, kuburan sang istri berlokasih di pinggir kota, dan di kelilingi oleh perpohonan yang sangat rimbun. Sinar matahari susa masuk menyinari kuburan itu karena terhalang olah perpohonan di sekitar kuburan sang Istri. Dia berjalan sambil menahan rindu sama istri tercintahnya.Rudi menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri saat sampai di makam Mita. la meletakkan bunga mawar putih di atas batu nisan yang terletak di tengah-tengah lapangan hijau dan tertutup oleh rimbunnya pohon. Nia memandangi makam tersebut dengan pandangan bingung di wajahnya. Nia masih belum mengerti apa dan dia belum perna bertemu sang ibunya secara langsung karena sang ibu meninggal sesaat melahirkanya.Indah juga ikut meletakan bunga yang dia beli tadi. Walau pun mereka kurang akur, dia tetap menyayangi kakaknya itu. Indah selalu mengangap sang kaka seperti kaka kandungn
Setelah mengantar anak dan istrinya pulang, Rudi langsung pamit kembali pergi. Dia ingin bertemu dengan orang suruhannya untuk mencari tau gimana almarhum istrinya mita dulu."Jangan menunggu aku pulang. Tidurlah jika kamu mengantuk. Aku masih ada urusan. Aku tidak tau cepat atau tidaknya urusan ku," ucap Rudi dengan istrinya."lya, Mas," jawab Indah singkat.Nia yang tertidur segera dipindahkan ke kamarnya. Rudi lalu membantu sang istri menuju kamar mereka. Di dalam kamar pria itu mengecup dahi Indah sebelum pergi. Gadis itu memandang kepergian suaminya dengan pikiran bercampur. Di satu sisi dia masih membenci Rudi karena penyebab kematian Dicky, di sisi lain dia membutuhkan pria itu sebagai tempat bersandar. Tiada lagi yang dia miliki selain suaminya itu. Apalagi sikap suaminya beberapa hari ini udah berubah banyak.Dulu dia masih merasa memiliki keluarga, yaitu ibu Rahma. Namun, sejak dia tahu kebenaran siapa dirinya, dia merasa sebatang kara. Rudi memang berjanji akan mencari tahu
Rudi terdiam dengan menatap wajah Nia yang sedang duduk. Tak tahu bagaimana jika memang bocah itu bukan darah dagingnya, dia tidak akan tau gimana hancurnya hati dia kalo emang Nia bukan anaknya. Dia sangat menyanyangi anaknya ini.Nia yang baru menyadari kehadiran Rudi, lalu berteriak memanggil namanya dengan nada khas anak-anak. Tersenyum simpul pria itu menjawabnya."Papi ...," teriak Nia dengan suara anak-anaknya."Ya, Sayang," jawab Rudi datar dia tidak tau gimana hatinya.Indah yang baru selesai masak, menyiapkan semuanya di atas meja makan. Dia heran melihat interaksi Rudi dan Nia yang tak biasa, dia bingung apa yang salah antara mereka. Hari ini pria itu tampak sedikit kaku dengan anaknya."Mas, apa ada masalah? Kenapa kamu sangat dingin?" tanya Indah akhirnya.Rudi yang sedang melamun, memikirkan ucapan orang suruhannya tak mendengar pertanyaan Indah. Karena tidak ada tangapan dari Rudi, Gadis itu akhirnya kembali pertanyaannya. "Mas, apa kamu ada masalah? Kenapa sikap kamu
Meraka berdua tidak sadar dan mengetahui, Rudi sudah berdiri di belakang mereka berdua. Dia bermaksud ingin pulang makan siang dengan istrinya. Tapi dia mendengar semua ucapan mertuanya."Syukurlah kalau kamu tidak mengiginkan harta Rudi, karena kau memang harus sadar diri, jika semua yang dimiliki Rudi harus jatuh ke tangannya Nia yang merupakan anaknya Rudi dan Mita. Jangan coba kau rebut semuanya dari tangan Nia. Walaupun nantinya kau memiliki anak lagi dengan Rudi, kau harus ingat, jika anakmu akan dapat bagian kecilnya saja. Kau harus mengingat itu!" ucap Ibu Rahma."Terserah apa yang ibu katakan. Semua keputusan ada di tangan Mas Rudi. Jadi percuma saja Ibu bicara denganku, aku tidak mau mencampuri urusan harta Mas Rudi" balas Indah.Indah kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan, dia udah tidak mau berdepat sama Ibu Rahma. Namun, Ibu Rahma tak tinggal diam, dia lalu menahan dengan memegang pergelangan tangannya Indah untuk menghalangi jalannya Indah."Kau jangan sombong k
Indah yang mendengar obrolan yang sedikit sensitif dan akan ada perbedatan dari obrolan ini, Indah langsung meminta bibi membawa Nia ke kamar terlebih dahulu supaya Nia tidak memdengar perdebatan ini. Indah meminta bibi mandikan Nia yang tangannya penuh cat karena habis melukis tadi. Indah hanya duduk memdengar perdebatan itu dan dia tidak mau ikut campur dalam perdebatan itu. Dia hanya mendengar tanpa memberikan pendapat atau suara. "Apa Ibu yakin tidak mengetahui semuanya?" tanya Rudi dengan tersenyum miris dengan kata Ibu Rahma. Ibu Rahma tampak gugup. Dia meremas tangannya sendiri. Dia tak menyangka jika Rudi akan permasalahan semua ini setelah sekian tahun lamanya. Sebagai ibu, sebenarnya dia juga tak menginginkan Mita melakukan semua itu, tapi dia mau bagaimana lagi, dia tetap harus membela dan melindungi anak kesayangannya hingga rela berbohong. Apapun akan dia lakukan untuk membela anaknya kandungnya itu. "Ibu tidak tahu. Dan Ibu percaya semua yang Mita katakan. Sebagai an
Mama Reni menganggukan kepala tanda setuju. Rusi juga sepertinya menyetujui pendapat Indah. Dia mengumpulkan foto Mita yang tadi di serakan di atas meja makan. Dia tidak mau kalo sampe Nia melihat foto-foto itu. Rudi tidak mau kalo anaknya itu melihat foto mamanya berselingku sama laki-laki lainNia menatap semua dengan penuh tanda tanya. Nia tampak binggung sama suasana di ruang itu. Mama Reni mengajak cucunya itu duduk untuk mencairkan suasana. Ibu Rahma dengan terpaksa juga ikutan duduk.Mereka makan siang dengan saling diam. Tak ada yang buka suara. Sepertinya semua sedang diliputi ketegangan."Kenapa semua diam?" tanya Nia merasa sangat aneh.Indah lalu tersenyum menanggapi ucapan Nia. Dia tak ingin ponakannya itu merasa ada yang salah di rumah mereka saat ini."Mungkin karena masakannya sangat lezat. Sehingga semua asyik menikmati," jawab Indah. Ibu Rahma tak menyentuh makanan apa pun yang disediakan. Dia termenung dan pandangannya entah kemana. Setelah semua makan, Indah menga
Setelah mama Reni pulang, Rudi dan Indah masuk ke kamar. Mama Reni pulang dengan membawa Nia. Dia sengaja agar putranya bisa lebih dekat dengan Indah. Setelah tahu kalau Mita tidak sebaik yang dia kira, mama Reni ingin putranya cepat melupakan wanita itu.Indah naik ke atas tempat tidur. Rudi juga mengikuti. Hujan yang mengguyur bumi membuat keduanya jadi malas beraktivitas. mereka berdua hanya duduk kasur karena bingung mau melakukan apa, apa lagi mereka berdua lagi banyak pikiran. Padahal baru jam lima sore.Rudi mendekati istrinya dan tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Imdah. Tangannya memeluk pinggang wanita itu."Aku merasa, aku ini pria paling bodoh," ucap Rudi.Indah yang merasa sedikit canggung karena di peluk Rudi, hanya diam sambil menarik napas. Dia tak pernah sedekat ini dengan seorang pria, juga termasuk Dicky. Walau Rudi telah menjadi suaminya, tatap saja terasa aneh. Karena masih berpikir dia abang iparnya. "Selama dua tahun kami menikah, aku tak tahu jika Mita m
Rudi yang mendengar Ibu Rahma membentak Indah tentu saja tidak terima dengan ucapan sang mertua. Dia lalu mendekati istrinya dan memeluk bahunya."Jangan membentak istriku, Bu! Apa yang dia katakan benar. Apa Ibu ingin menjadi pusat perhatian karena suara Ibu yang besar dan tinggi itu?" tanya Rudi dengan suara yang penuh penekanan.Jack tersenyum melihat kedua orang itu bertengkar. Dia memang menginginkan satu keluarga itu menjadi pecah belah.Ibu Rahma terdiam saat mendengar suara Rudi yang memarahinya. Dia tampak sangat kesal."Sebaiknya kita pulang, di sini hanya buat keributan," ujar Rudi lagi."Nenek jahat. Marahi Mimi," ucap Nia.Ibu Rahma yang mendengar itu jadi berubah wajahnya. Dia selalu saja dikatakan jahat oleh Nia jika marah dengan Indah. Padahal siapa pun ayah biologisnya, bocah itu keturunannya. Anak kandung Mita.Dari kecil dia lebih nurut dan manut apa yang Indah katakan. Dengan Ibu Rahma dia sedikit takut. Kalo Nia sampai membencinya. Ibu Rahma tidak mau kalo cucunya
"Apa kabar Ibu Rahma, sudah cukup lama kita tak bertemu. Ibu masih sama seperti saat terakhir kita jumpa. Masih tetap cantik," ucap Jack.Ibu Rahma hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Jack. Wajahnya terlihat tak suka atas sapaan pria itu. Dia juga terlihat gelisah.Hal itu tak luput dari perhatian Rudi. Dia jadi tersenyum miris dengan mertuanya itu. Tadi di rumah seolah dia tak mengenalnya, tapi kenyataannya mereka sudah akrab."Sepertinya kamu sangat mengenal mertuaku?" tanya Rudi. Pertanyaan pria itu membuat Ibu Rahma sedikit kikuk. Dia seperti tak nyaman. Jack tersenyum menanggapi pertanyaan Rudi. Dia makin mendekati Ibu Rahma. Dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.Tapi tangannya tidak disambut wanita itu, sehingga pria itu menarik kembali tangannya."Aku lebih mengenal siapa Ibu Rahma dari kamu. Kami sudah saling kenal lebih kurang delapan tahun yang lalu. Sebelum kamu mengenal Mita, aku sudah mengenal dia dan ibu mertuamu ini, juga Indah yang manis," ucap Jack.Indah
"Apakah ini putriku ...?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Jack. Dia tersenyum pada Nia dan Indah.Indah menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang menyapanya. Dia langsung memeluk Nia dan menggendong bocah itu. Berjalan meninggalkan Jack.Jack lalu memegang dengan memegang tangan Indah. Wanita lalu berusaha melepaskan."Apa maumu ...?" tanya Indah dengan suara gemetar."Aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan putriku!" ucap Jack dengan tersenyum."Dia putriku, bukan putrimu!" balas Indah."Jika dia putrimu juga, berarti kita berjodoh," ujar Jack masih dengan senyuman."Mimi, Om itu siapa?" tanya Nia.Indah terdiam saat mendengar pertanyaan Nia. Dia tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Belum sempat dia menjawab, Rudi telah berucap terlebih dahulu."Bukan siapa-siapa, Nia," jawab Rudi. Dia lalu mengambil putrinya dari gendongan Indah.Jack tersenyum menanggapi ucapan Rudi. Indah lalu memeluk lengan suaminya. Tak mau pria itu terbawa emosi lagi."Mas, janga
Indah masih tertidur. Subuh tadi kembali sang suami meminta jatahnya. Setelah mandi, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin kelelahan dan Rudi-pun tak tega mengganggu.Rudi berdiri dekat jendela kamar. Memandangi jalanan dari lantai atas ini. Mata pria itu menerawang entah kemana. Terlihat banyak sekali yang sedang dia pikirkan."Mita, hingga detik ini rasanya aku tak percaya, kau tega mengkhianati aku. Dan pengkhianat yang kau lakukan di luar batas. Jika kau memang tak mencintaiku, seharusnya kau jujur. Walau itu sangat menyakitkan tapi mungkin tak sesakit yang kini aku rasakan," ucap Rudi dalam hatinya.Setengah jam lagi mama dan Nia sampai. Rudi tak tahu harus bersikap bagaimana dengan bocah itu. Memang dia lahir dalam pernikahan mereka, tapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu bukan darah dagingnya. Bisa saja anak dari Jack. Rudi menarik rambutnya frustasi. Dia sudah sangat menyayangi putrinya itu. Indah juga memohon padanya, darah dagingnya atau pun bukan, dia mau Nia tetap
Indah langsung meraih ponsel Rudi. Dia menyimpan ke dalam tas. Wanita itu yakin video yang dikirim Jack pasti sesuatu yang tidak baik."Kenapa kamu simpan ponselku?" tanya Rudi."Sebaiknya kita lihat di kamar saja nanti, Mas. Sekarang makan dulu. Perutku lapar. Apa Mas mau asam lambungku kambuh?" tanya Indah.Indah sengaja mengatakan asam lambungnya agar suaminya kuatir dan tak jadi meminta ponselnya. Terbukti Rudi langsung panik."Kamu tak pernah mengatakan jika memiliki riwayat penyakit asam lambung," ucap Rudi.Rudi lalu meminta Indah duduk. Pesanan mereka kebetulan telah siap dihidangkan. Dia lalu mengambil nasi dan langsung menyuapi istrinya.Air mata Indah tanpa sadar jatuh. Dia tak menyangka jika Rudi sekuatir ini mendengar dia memiliki satu penyakit. "Lain kali, kamu jangan pernah telat makan," omel Rudi sambil terus menyuapi istrinya."Kamu juga harus makan, Mas. Aku tak mau kamu sakit lagi. Badanmu juga masih sedikit panas," balas Indah.Rudi tersenyum dan mengacak rambut i
Setelah mandi, Rudi mengajak istrinya Indah untuk makan malam yang romantis di restoran hotel itu. Rudi pamit keluar sebentar, entah apa yang mau dia lakukan.Indah mencari gaun yang dia bawa di dalam tas kopernya. Beruntung ada satu dress merah selutut dengan model ikat di bahu. Entah kenapa dia kemarin teringat membawa satu baju gaun.Setelah memakai bajunya, Indah merias wajahnya dengan sapuan make up yang tipis dan natural. Dia lalu mematut dirinya di cermin. Walau dia tidak se modis Mita, dia sebagai istri juga ingin tampil cantik."Apakah baju ini pantas untuk dipakai pergi makan malam?" tanya Indah dalam hatinya. Dia merasa kurang percaya diri.Ketika dia sedang memutar tubuhnya, mematut penampilannya, Rudi muncul. Wajah pria itu tampak tegang. Rahangnya mengeras. Memandangi Indah tanpa kedip. Tentu saja hal itu membuat istrinya heran dan terkejut. Dia takut melihat wajah sangar sang suami."Siapa yang suruh kamu pakai baju seperti itu?" tanya Rudi."Maaf, Mas. Jelek ya. Aku ta
Rudi langsung menuju kamar dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat langsung pria selingkuhan istrinya Mita.Dalam hatinya Rudi masih berharap jika semua yang orang suruhannya lapor itu salah. Dia juga sangat berharap jika Nia adalah putri kandungnya. Tapi kenyataannya, Mita memang mengkhianati dirinya hingga sejauh ini. Selama ini dia telah ditipu.Indah naik ke atas tempat tidur. Dia mengerti pasti saat ini Rudi sangat terluka dan hancur. Wanita itu memeluk tubuh suaminya sebagai penguat, dia berharap suaminya itu bisa tenang dengan dia memeluk suaminya itu.Rudi membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. Dia lalu membalas pelukan Indah dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu. Dapat dirasakan jika air mata pria itu jatuh membasahi bajunya."Aku suami yang jahat ya? Kenapa Mita tega mengkhianati aku sejauh itu? Aku berharap jika dia hanya sekedar selingkuh dan tidak sampai berhubungan badan," ucap Rudi."Mas, semua sudah jalannya. Kita tak tahu
"Saya hanya ingin tahu kabar mengenai anak saya. Saya mendengar Mita melahirkan dia dengan selamat, hanya nyawa dia sendiri yang tak tertolong," ucap Jack.Tangan Indah gemetar mendengar ucapan pria yang mengaku bernama Jack itu. Walau dia telah mengetahui dari Rudi jika Mita berselingkuh saat masih bersama Rudi, tapi dia masih berharap semua itu tidak benar. Apa lagi mengenai Nia. Dia tak mau di ambil orang lain."Maksud Anda apa...?" tanya Indah dengan suara gemetar.Jack memasukan kedua tangannya di saku celana. Menatap Indah dengan tersenyum. Matanya tak berkedip memandangi wanita itu. Merasa di perhatian begitu, wanita itu menunduk, dia tidak suka dengan tatapan pria itu."Aku ayah anak dari Mita, apakah kata-kataku ini juga tidak kamu pahami, Indah!" ucap Jack dengan penuh penekanan. "Kaka mita memiliki suami, tentu saja ayah Nia adakah Mas Rudi yang merupakan suaminya saat itu. Bagaimana kamu bisa mengaku ayahnya?" tanya Indah, dia masih tidak ingin mempercayai pria itu."Aku
Indah menangis sambil terus memukul dada suaminya, tapi Rudi tak juga melepaskan pelukannya. Capek memukul dada pria itu akhirnya sang istri hanya menangis di dada bidang suaminya.Rudi menarik tubuh istrinya dengan pelan agar duduk di ranjang. Indah masih menangis, suaminya lalu memeluknya. Berharap kalo istrinya bisa tenang."Menangislah sepuasnya, setelah itu jangan ada lagi air mata itu," ucap Rudi.Indah masih terus menangis dalam pelukan suaminya hingga baju Rudi basah. Setengah jam mengeluarkan air matanya, akhirnya tangisan itu berhenti.Rudi menghapus sisa air mata itu dan mengecup mata Indah. Dia lalu tersenyum dengan istrinya itu."Jangan menangis lagi. Kamu tambah cantik kalau menangis, aku takut banyak yang suka nantinya," ucap Rudi bercanda agar sang istri tersenyum.Indah menatap suaminya. Matanya tertuju pada baju Rudi yang basah karena air matanya. Dia memegang dada pria itu."Kenapa ...? Ada ingusnya ya?" tanya Rudi.Mendengar pertanyaan sang suami, Indah mencubit le