Mendengar apa yang bisikan Rudi, gadis itu langsung berdiri dan berjalan cepat menuju ranjang. Suaminya tidak mau tahu. Dia mengikuti langkah sang istri."Menolak permintaan suami itu dosa loh, Indah," ucap Rudi.Indah melototkan matanya mendengar ucapan Rudi. Bisa-bisanya pria itu mengancamnya sekarang. Dia juga tahu itu dosa. Tapi apa secepat ini mereka melakukan itu. Baru dekat satu bulan sejak kecelakaan. Dia masih merasa sangat canggung.Rudi tertawa dengan kerasnya melihat wajah Indah yang terkejut itu. Dia mendekati istrinya dan langsung menggendongnya. Membawa masuk ke kamar mandi.Sampai di kamar mandi, Indah di dudukan di closed. Rudi berjongkok di depan gadis itu.Indah tampak sangat gugup karena Rudi yang berjongkok di hadapannya dengan kedua tangan berada di paha gadis itu."Maafkan aku, jika selama ini sering membuat kamu menangis. Membuat kamu sedih. Aku janji mulai hari ini tiada lagi air mata di pipimu," ucap Rudi dengan menggenggam tangan istrinya.Indah memandangi w
Rudi menarik napasnya dan mencoba menetralisir degup jantungnya yang berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Padahal ini bukan yang pertama bagi pria itu, tapi dia merasa jauh lebih gugup dari pertama melakukannya. Rudi tidak bisa menjelaskan kenapa bisa segugup ini sama istrinya ini. Rudi mengecup bibir Indah dengan pelan. Gadis itu menahan napasnya karena gugup dikecup oleh Rudi, itu membuat suaminya ingin tertawa karena kepolosan istrinya itu. "Jangan di tahan napasnya, Sayang. Nanti kamunya pingsan karena tidak bernapas," bisik Rudi di telinganya Indah. Indah lalu tersenyum sehingga kesempatan itu tak disia-siakan Rudi. Dia memainkan bibir gadis itu. Menciumnya dalam. Puas melakukan itu dan melihat Indah yang mulai kekurangan oksigen, pria itu melepaskan penyatuan bibir mereka. Dia lalu menghapus air liur di sekitar bibir istrinya dengan lembut. "Boleh aku meminta lebih dari ini?" tanya Rudi dengan berbisik di telinganya. Dia sudah tidak bisa menahan lagi hasrat untuk bercin
Indah menangis lebih dari satu jam, dia mencoba bangun. Terasa sakit di bagian inti tubuhnya. Namun, dia paksakan untuk tetap berjalan menuju kamar mandi. Di bawah shower, Indah kembali menangis. Padahal dia sudah berusaha menerima semuanya dengan rasa ikhlas tapi akhirnya kekecewaan yang dia terima. Saat hati dikecewakan berkali-kali dengan permasalahan yang itu lagi terus memerus, dan saat kesabaran mulai runtuh, aku mencoba mewaraskan pikiran untuk selalu kuat melalui semuanya. Aku dipaksa untuk harus menerima semua yang aku rasakan dan hanya air mata yang bisa menenangkan hati yang kecewa. Setelah selesai mandi, Indah duduk di sofa dekat jendela kamar. Hujan turun membasahi bumi, seakan ikut bersedih. Hujan seakan mengetahui kalo hatinya saat ini sedang gelap. Indah memutuskan menerima Rudi setelah tahu jika dia bukan anak kandungnya Ibu Rahma. Dia pikir pria itu bisa tempatnya bersandar dan berbagi. Namun, semua sama saja. Hanya bisa memberikan luka dan kekecewaan di hatinya
Rudi terus mempercepat laju mobilnya mencari jejak taksi yang membawa Indah. Saat di persimpangan, lampu merah menyala, dia melihat taksi yang membawa istrinya itu.Lampu hijau menyala, dia langsung tancap gas, mengejarnya dan sekarang jarak mereka tidak begitu jauh. Rudi merasa lega udah bisa menyusul taksi yang di tumpangi istrinya. Dia terus mengikuti taksi itu dan tidak mau kehilangan jejak taksi itu."Bukankah ini jalan menuju pemakaman Dicky?" tanya Rudi dalam hatinya.Taksi itu berhenti tepat di depan pemakaman umum. Indah turun dari taksi. Rudi terkejut saat melihat istrinya juga menurunkan tas koper dari dalam taksi."Indah, apa kamu bermaksud meninggalkan aku dan Nia? Apa yang akan aku katakan saat Nia ataupun mama nanti bertanya tentang kamu?" tanya Rudi dalam hatinya.Indah menitipkan tas kopernya pada penjaga makam. Dia lalu masuk menuju kuburan Dicky. Wanita itu lalu duduk di sampingnya. Memegang batu nisan kekasihnya itu.Indah memandangi makam kekasihnya, Dicky, dengan
Sementara menunggu taksi yang dia pesan datang, Indah mengganti bajunya yang basah di toilet umum yang berada di pemakaman. Rudi masih setia menunggu istrinya. Dia engan kalo ditinggal sama Indah.Indah keluar dari kamar mandi. Bajunya telah berganti. Dia melihat Rudi yang menunggu di luar kamar mandi sambil menunduk.Hujan sudah mulai reda. Tampaknya berteman dengan wanita itu yang ingin pergi meninggalkan makam. Dia kaya lagi menunggu temannya untuk mengajaknya makan saja."Mas, kenapa masih di sini?" tanya Indah. Dia sebenarnya kasihan melihat pria itu, kedinginan karena bajunya yang basah.Rudi seakan tidak merasakan dingin karena diguyur hujan deras tadi. Hatinya yang terbakar karena akan di tinggal istri menolak akan rasa dingin. Betapa perihnya hatinya saat ini."Indah, aku mohon. Pikirkan lagi semua. Jangan pergi!" Aksa memohon lagi sama Indah untuk memikirkan keputusannya tadi."Mas, perpisahan ini hanya untuk sementara. Kita perlu menjauh untuk tahu seberapa besar kita salin
Mendengar apa yang di katakan mama Reni. Rudi langsung menghubungi orang suruhannya untuk mencari tiket paling pagi yang bisa membawanya terbang ke tempat sang istri. Mengingat kata sang mama, Rudi jadi takut. Dia tak mau kehilangan wanita untuk kedua kalinya. Dia udah sangat mencintai Indah seprti yang dia rasakan sama Mita dulu.Nia yang telah mandi tak bisa di tahan lagi untuk bertemu sang Papi. Mama Reni akhirnya mengizinkan sang cucu masuk ke kamar Rudi. Tadi malam wanita itu terpaksa menginap atas permintaan Rudi. Mama Reni tidak tega meninggalkan Rudi yang sedang hancur juga."Papi mau kemana?" tanya Nia melihat Rudi yang sedang memegang tas koper.Rudi lalu berlutut dihadapan sang putri untuk menyamakan tingginya dengan Nia. Dia memegang kedua lengan anaknya itu."Papi mau jemput Mimi, sayang. Nia tinggal sama Nenek dulu ha, sayang" jawab Rudi."Mimi kemana ...?" tanya Nia dengan suara serak karena menangis. Mendengar Mimi nya pergi dia langsung menangis."Mimi pergi sebentar
Indah yang sedang bermain dengan putri kakak laki-lakinya terkejut dengan kedatangan ibunya. Ibu rahma duduk di sofa di hadapan gadis itu.“Indah, apakah kamu benar-benar mencintai Nia?” tanya Bu Rahma."Pertanyaan macam apa ini, Bu? Tentu saja aku sangat menyayanginya. Ibu tidak perlu menanyakan itu," jawab Indah."Kalau kamu memang mencintai Nia, menikahlah dengan Rudi. Jadilah pengganti Mita. Hanya kamu yang layak menjadi ibu bagi keponakanmu. Ibu tidak mempercayai gadis lain. Ibunya Rudi pun berpendapat demikian. Kamu satu-satunya wanita yang layak menjaga Nia dan bisa menyayanginya seperti anak sendiri,” kata Bu Rahma.Indah sangat terkejut dengan permintaan ibunya. Meskipun dia sangat mencintai Nia, dia tidak pernah membayangkan menjadi ibu pengganti keponakannya. Terlebih lagi ia harus menikah dengan Rudi, kakak iparnya yang banyak bicara dan sangat dingin.Indah saja tak tahu, bagaimana bisa Mita mencintai pria seperti Rudi. Sangat irit bicara dan juga sangat dingin pada siapa
Hari ini di rumah kediaman orang tuanya, Indah akan melangsungkan pernikahan dengan kakak iparnya, Rudi. Dia akhirnya menyetujui pernikahan ini karena tak mau ibu berlutut dan memohon padanya.Sudah dua hari Indah mematikan ponselnya. Dia tak siap menerima chat atau telepon dari kekasihnya Dicky. Gadis itu merasa sangat bersalah pada pria yang telah lima tahun ini menjalin hubungan dengannya.Air mata tak bisa Indah tahan. Impian untuk membina rumah tangga dengan kekasih hati harus kandas.Ibu Rahma masuk ke kamar. Melihat sang putri menangis, dia lalu menghampiri. Sebenarnya tak tega melihatnya. Namun, ini harus dia lakukan agar Rudi tak jatuh ke pelukan wanita lain. Ibu Rahma merasa sayang jika menantunya itu memilih orang lain, takut hartanya yang melimpah tak turun ke sang cucu."Hapus air matamu, indah! Apa kau ingin seluruh dunia tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Rudi? Seharusnya kamu bersyukur Rudi memilihmu sebagai pendamping. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan