Share

Bab 44 (Balasan)

"Ada yang bercanda sebut enam?" tanya Bang Ochi.

"Nggak, Bang. Kayaknya kita diikuti," jawab Ibnu.

Bang Ochi memperhatikan timnya sejenak. Dadanya berdegup kencang berusaha melawan perasaan cemas.

"Semua hati-hati, jangan pisah. Jangan lari, ini turunan berbatu! Ingat, mereka hanya ingin kita panik dan celaka!" tegas Bang Ochi.

Suasana mistis semakin terasa. Di depan, di balik kabut putih pekat, tampak cahaya-cahaya obor bergerak turun menuju danau. Lalu, lamat-lamat suara gamelan dan gong kembali terdengar. Teriak sorak-sorai terdengar begitu jelas, tetapi entah bahasa apa yang mereka pakai. Tak ada yang mengerti.

"Jangan ikuti suara-suara aneh yang kalian dengar! Wajah tetap menunduk lihat jalur. Nggak usah lihat kiri kanan, apalagi memperhatikan mereka." Bang Ochi terus memberikan arahan.

"Baik, Bang," balas Alit.

Mereka terus meniti jalur dengan wajah hanya menunduk ke bawah melihat pijakan. Telinga mereka dipenuhi oleh suara-suara seperti pasar yang ramai. Sebisa mungkin, mereka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status