Share

Bab 62

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2024-04-02 02:27:36

Pov Alex

Alex berjalan di belakang Anita yang melangkah dengan riang sambil membawa totebag yang entah berisi apa? Alex berbaik hati membawakan totebag tersebut tapi malah kena marah Anita.

"Sebenarnya apa isi totebag tersebut sih? Apa jangan-jangan bom," Batin Alex berucap penuh curiga sambil terus memperhatikan totebag tersebut.

"Ah gak mungkin," elak Alex sambil menggelengkan kepalanya kiri dan ke kanan

"Ngapain juga emak gue bawain bom ke rumah sakit, mau jadi teroris dia," lanjut Alex kembali.

Plak

"Awwsss," ringis Alex sakit dan terkejut, ia menatap Anita penuh tanda tanya.

"Kamu gak dengerin mama ngomong Lex?" Tanya Anita penuh selidik.

Alex terbengong seketika, "Boro-boro dengerin mama ngomong, sedari tadi gue mikirin isi dari totebag tersebut," ucap Alex yang hanya bisa terucap dalam hati, kalau sampai ia ucapkan sih bisa-bisa kena pukul plus di marahi habis-habisan.

"Hehehe," aku hanya tersenyum sambil memperlihatkan barisan gigi ku.

"Ketawa kamu?" Sentak Anita garang.

Ale
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Teror Mantan   Bab 63

    Pov Alex"Sorry Ra aku gak ada niat untuk buat kamu sedih lagi kayak tadi," ucap ku lirih sambil berjalan di lorong rumah sakit, perasaan bersalah kian membuncah aku tak mengira jika lelucon ku akan membuat Laura histeris kembali."Gue bener-bener bodoh, harusnya gue bisa jaga ucapan gue sama Laura, apalagi gerak-gerik Laura yang seakan memang menghindar dari gue," ucapku sendiri yang kini sudah sampai parkiran rumah sakit tempat motorku di parkirakan."Gue harus nyelesaikan masalah ini secepatnya," tekad ku kuat, aku yakin jika masalah ini akan cepat selesai termasuk cepat juga Laura sembuhnya.Aku meronggoh saku celana di mana ponsel ku letakan di sana, dengan lincah aku mengutak-ngetik ponsel ku."Lo di mana?" Tanya Ku to the point setelah panggilan tersambung."Apaan sih Lex! Gue baru bangun elah," kesal Rafa di ujung telepon."Kebo lo, matahari udah naek lo masih tidur, cepet siap-siap kita ketemuan di panti jompo sekarang juga," ucap ku."Sekarang Lex," tanya Rafa memastikan."

    Last Updated : 2024-04-18
  • Teror Mantan   Bab 64

    ''Tentang Ibu Mirna dan Lala yang di bawa ke sini tanpa sepengatahuan saya, saya minta maaf sebelumnya Fatan,'' ucap Dimas yang merasa sedikit tak enak hati, pada Fatan atau membuat dia berpikiran yang bukan-bukan tentang Dimas sejak awal karena membiarkan Rafa yang mengurus hal ini, padahal Dimas memang tidak tahu sejak awal.''Aku pun sama merasa heran waktu Rafa bawa mereka ke sini apalagi dengan kondisi ibu Mirna yang kurang stabil, juga dengan Lala yang membuat saya cemas jika ia tinggal di sini dengan kondisi di panti jompo yang kaya gini membuat mental dia juga tidak sehat,''''Aku sudah bilang dari awal untuk membiarkan polisi yang menanangani masalah ini, tapi dia dan anak mu itu sangat keras kepala,'' ucap Fatan sambil menggelengkan kepala, mengingat percakapan mereka bertiga beberapa hari yang lalu.''Tapi aku bersyukur mereka berdua akan pergi dari panti jompo ini,'' ucap Fatan yang merasa lega, bukan apa-apa tapi dengan kondisi Mirna yang kurang stabil ia takut para lansi

    Last Updated : 2024-04-19
  • Teror Mantan   Bab 65

    Sesampainya di depqn kantor polisi Pak tua yang bernama Udin Itu menghentikan motornya, "Berhenti di sana saja yah, motor saya bodong takut di ambil," ucap Udin tersebut sambil melihat dengan waspada ke arah pintu kantor polisi yang terasa sepi."Yasudah pak, gak papa," ucap Ezra sambil turun dari motornya."Saya pamit yah," ucap Udin sambil melajukan motornya dengan cepat meninggalkan kantor polisi dan juga Ezra yang menatap kepergian Udin tanpa ekspresi.Dengan langkah gontai karena Ezra masih merasa lemas pada tubuhnya meskipun di jalan tadi ia sempat istirahat di rumah makan sekedar menghilangkan lapar dan dahaga sejak semalam, tapi tenaganya memang belum pulih sepenuhnya.Ezra sedikit takut melangkah ke dalam kantor polisi karena ini tempat ia awal di tahan karena kasus Laura, yah Ezra sengaja menyuruh Udin agar mengantarkannya langsung ke sini ia ingin menebus semua kesalahannya termasuk membebaskan adik dan juga ibunya yang di tahan oleh mereka untuk menakut-nakutu Ezra.Ezra m

    Last Updated : 2024-04-27
  • Teror Mantan   Bab 66

    Pov Bianca"Sialan di mana Ezra?" Teriak ku sambil melihat ke sudut ruangan di mana iya menyekap Ezra, tapi tak ada siapapun di sini."Di mana dia Hans?" Tanya Ku pada Hans yang berdiri di belakang ku sambil memegang kursi roda karena dia yang mendorong ku ke ruangan di mana Ezra berada.Tak ada jawaban dari Hans, yang ada hanya teriakan dia memanggil anak buahnya yang berjaga semalam di sini."Iya bos ada apa?" Jawab dua orang anak buah Hans yang datang dengan nafas tak beraturan seperti habis berlari."Kalian dari mana saja?" Bentak Hans."Gue bayar kalian buat ngejagain satu bocah doang, lo berdua kagak becus," lanjut Hans lagi.Sementara Boby dan Pian hanya busa menundukan kepalanya yak berani melihat ke arah Hans yang terlihat seram sekali ketika marah."Jawab, lo berdua kagak budeg kan," teriak Hans murka, karena belum mendapat jawaban dari mereka berdua."Ma...af bos," jawab Boby dengan terbata-bata."Anjing lo pada," maki Hans.Bugh bugh bughHans melayangkan pukulan pada mere

    Last Updated : 2024-05-04
  • Teror Mantan   Bab 67

    "Syukurlah jika dalang dari semua masalah ini sudah tertangkap, aku sangat lega," Sinta tersenyum lega setelah menerima kabar tersebut dari Dimas lewat telepon, ia tak henti-hentinya tersenyum senang sambil berjalan dengan riang, menelusuri lorong rumah sakit, yah sinta baru saja sampai ke rumah sakit untuk melihat Laura."Mereka pasti akan akan bahagia jika aku beritahu kabar ini," Sinta tersenyum membayangkan wajah bahagia Laura dan Anita nanti.Beberapa menit kemudian, Sinta sudah berdiri di depan ointu kamar inap Laura.Tok tok tokLalu membuka pintu kamar tersebut, terlihat di sana ada Anita Laura yang sedang berbaring dan juga Rio yang sedang bersiap-siap dengan tergesa-gesa seperti akan pergi."Mau kemana?" Tanya Sinta sambil melihat ke arah Rio lalu ke arah Anita."Kami dapat kabar bahwa dalang dari kejadian Laura sudah di tangkap tadi,""Jadi mas Rio akan pergi ke kantor polisi sekarang," jawab Anita dengan wajah yang terlihat lega."Aku pergi dulu yah," pamit Rio lalu pergi

    Last Updated : 2024-05-08
  • Teror Mantan   Bab 68

    "Tapi bunda siapa dalang dari penculikan Laura?" Tanya Laura setelah beberapa saat terdiam, ia baru saja ingat jika ia belum mengetahui siapa orang tersebut, kenapa ia sampai bisa melakukan hal keji tersebut padaku, apakah aku pernah punya salah sampai dia melakukan hal tersebut? Sinta dan Anita saling tatap dalam Diam, mereka saling mengalihkan tatapannya dari Laura dengan raut wajah yang bingung. "Kenapa bun?" Tanya Laura dengan kening berkerut, "Jangan menutupi apapun dari ku, Laura juga berhak tahu siapa dalangnya!" Lirih Laura dengan mata yang mengiba dan berkaca-kaca. "Jangan karena rasa sayang kalian pada Laura, bunda dan momy menutupi hal ini," lanjut Laura lagi sambil melihat ke arah Sinta dan Anita secara bergantian. "Bunda dan momy cuman gak tega ngeliat kamu terluka lagi," Sinta dan Anita berjalan mendekat ke arah Laura. "Laura lebih terluka jika bunda dan momy menutupi hal ini dari Laura," aku melihat ke arah bunda yang melihat ku dengan raut wajah yang penuh kek

    Last Updated : 2024-05-20
  • Teror Mantan   Bab 69

    Hari yang penuh ketegangan akhirnya tiba untuk Laura Langkahnya menuju sel tahanan Bianca mungkin terasa berat, tetapi juga penuh dengan harapan untuk mendapatkan jawaban. Setelah semua yang terjadi, alasan apa yang akan Bianca berikan? Apakah itu sekadar pembelaan, penyesalan? Bagi Laura, momen ini bukan hanya tentang mendapatkan penjelasan, tetapi juga tentang keberanian menghadapi rasa sakit dan mencari kebenaran, Laura tidak datang sendiri, ia di temani kedua orangtuanya dan juga kedua orang tua Alex termasuk Alex yang sendiri yang ikut hadir, Dimas yang seorang kepala Polisi memudahkan Laura untuk bertemu dengan Bianca di sel tahanan tanpa hambatan. Saat Laura melangkah masuk ke ruangan itu, suasana terasa tegang dan berat. Di tengah ruangan, Bianca duduk dengan tangan terborgol, namun sorot matanya tajam, penuh dengan dendam dan kebencian yang hampir membakar. Tidak ada tanda penyesalan di wajahnya, hanya aura kebencian yang membuat udara di sekitar terasa semakin dingin.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Teror Mantan   Bab 70

    Setelah pertemuan yang menguras emosi dengan Bianca, Aruna dan keluarganya akhirnya tiba di rumah. Suasana hening menyelimuti sepanjang perjalanan, dan kini di kediaman mereka, keheningan itu terasa semakin berat.Aruna duduk di sofa, menatap lurus ke depan tanpa fokus, pikirannya melayang-layang. Sejak pembicaraan dengan Bianca, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Rasa sakit dan kebingungan memenuhi hatinya, membuatnya sulit untuk memproses semuanya.Bunda mencoba mendekatinya dengan lembut. "Nak, kamu tidak apa-apa? Kalau kamu butuh cerita, kami di sini," ucapnya dengan nada penuh kasih.Namun, Aruna hanya menggeleng pelan tanpa menoleh. Bibirnya terbuka sedikit, seakan ingin berkata sesuatu, tapi tak ada suara yang keluar.Alex, yang juga berada di sana, menatap Aruna dengan penuh kekhawatiran. Ia merasa bersalah meski tahu ini bukan salahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi takut malah memperburuk keadaan.Sementara itu, ayah Aruna memecah kesunyian. "Aruna, apa pun yang kamu

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Teror Mantan   Kabar yang memyebar

    POV AlexSetelah kejadian yang menimpa Laura, Alex akhirnya kembali ke sekolah. Ini adalah pertama kalinya ia melangkahkan kaki ke sana lagi setelah sekian lama. Ia sebenarnya enggan, tapi momy terus memaksa, mengingat tengah semester sudah dekat dan ia sudah terlalu banyak membolos. Dengan langkah lesu, ia memasuki gerbang sekolah, perasaan berat menggelayutinya.Alex tahu, kabar tentang apa yang menimpa Laura sudah pasti tersebar luas. Kemarin, salah satu akun Instagram bahkan dengan terang-terangan mengungkapkan identitas Laura—nama lengkapnya, Laura Varista Safa dan di mana ia bersekolah. Entah siapa yang tega menyebarkan berita itu, tapi Alex tidak akan tinggal diam. "Gue akan menemukan pelakunya," pikirnya. Meskipun kabar itu benar, Alex tak tahan membayangkan bagaimana perasaan Laura jika tahu dirinya menjadi bahan gunjingan publik.Sepanjang jalan menuju kelas, bisik-bisik dan tatapan siswa lain menghantam Alex seperti duri yang menyayat. Mereka membicarakan Laura—buruk-buruk,

  • Teror Mantan   73

    Alex turun dari mobilnya, diikuti oleh Rafa dan Agatha. Karena keduanya datang dengan motor, Alex tidak akan mengantar mereka pulang ke rumah masing-masing. Setelah memastikan Rafa dan Agatha sudah pergi, Alex bergegas masuk ke rumahnya." "Kamu sudah pulang, Lex?" tanya Anita yang tampak akan pergi keluar rumah. "Iya. Mau ke mana, Mom?" balas Alex. "Mau ke rumah Laura. Papa juga sudah ada di sana. Ada hal yang mau Papa bicarakan dengan orang tuanya Laura, soal masalah persidangan nanti. Makanya Momy mau ke sana juga, buat nenangin Laura," jelas Anita. "Mom, emang harus, ya? Apa nggak bisa persidangannya tanpa Laura? Momy tahu sendiri kan, kondisi Laura belum pulih sepenuhnya," ujar Alex dengan nada khawatir. "Lex, Momy tahu," Anita menjawab dengan nada lembut tapi tegas. "Tapi Momy juga nggak bisa berbuat apa-apa, termasuk Papa. Ini sudah keputusan hukum. Kamu mau kan, Ezra sama Bianca mendapatkan hukuman yang setimpal?" Alex terdiam, hatinya bergejolak antara rasa kasihan

  • Teror Mantan   72

    Di perjalanan menuju Dufan, Laura hanya duduk diam di kursi belakang, mendengarkan candaan Rafa dan Alex yang seperti biasa tak ada habisnya. Sesekali, ia tersenyum kecil saat Agatha memutar lagu-lagu favorit mereka. Namun, senyum itu segera pudar, tergantikan oleh perasaan ragu—apakah ia benar-benar pantas menikmati momen ini?"Lo nggak ikut nyanyi, Ra? Padahal ini lagu kesukaan lo. Meski... suara lo nggak bagus-bagus amat sih," ejek Agatha sambil melirik Laura di kaca spion.Laura mendengus pelan, "Gue lagi nggak mood.""Meskipun suara Laura nggak bagus-bagus amat, tapi dia tetap juara di hati gue," timpal Alex dengan nada menggoda.Rafa tertawa keras. "Aduh, Lex. Jadi mantan aja gombalnya nggak hilang-hilang!"Candaan itu membuat Laura tersenyum kecil lagi, meski ia berusaha menyembunyikannya. Ada kehangatan di antara mereka, sesuatu yang membuatnya merasa sedikit lebih ringan, walau hanya sesaat.---Setibanya di Dufan, suara ramai langsung menyambut mereka. Anak-anak berlari kegi

  • Teror Mantan   71

    "Hallo raf, lo di mana?" tanya Alex pada Rafa di seberang telepon sana."Gue lagi jalan-jalan sama Agatha, kenapa, Lex?" tanya Rafa kembali."Gue perlu bicara sama kalian berdua, tentang Laura," jawab Alex dengan nada serius."Kenapa sama Laura?" tanya Rafa, mulai khawatir."Dia kambuh lagi?" lanjut Rafa, menebak keadaan."Bukan. Laura udah pulang, cuma dia masih sedih. Gue butuh bantuan kalian buat ngehibur dia," jelas Alex.Rafa terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh Alex. "Oke, gue dan Agatha bakal ke sana, Lex. Tenang aja, kita bantu. Laura nggak sendiri," jawabnya dengan penuh perhatian.Alex menghela napas panjang. "Makasih, Raf. Gue nggak tahu lagi harus gimana, tapi jangan ke sini sekarang, besok pagi aja, Kalau sekarang Laura udah istirahat, "Rafa mengangguk, meskipun Alex tidak bisa melihatnya. "Oke, besok pagi kita datang. Jangan khawatir, kita pasti bantu. Laura nggak akan sendirian," jawabnya dengan yakin."Makasi, Raf. Gue bener-bener nggak tahu h

  • Teror Mantan   Bab 70

    Setelah pertemuan yang menguras emosi dengan Bianca, Aruna dan keluarganya akhirnya tiba di rumah. Suasana hening menyelimuti sepanjang perjalanan, dan kini di kediaman mereka, keheningan itu terasa semakin berat.Aruna duduk di sofa, menatap lurus ke depan tanpa fokus, pikirannya melayang-layang. Sejak pembicaraan dengan Bianca, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Rasa sakit dan kebingungan memenuhi hatinya, membuatnya sulit untuk memproses semuanya.Bunda mencoba mendekatinya dengan lembut. "Nak, kamu tidak apa-apa? Kalau kamu butuh cerita, kami di sini," ucapnya dengan nada penuh kasih.Namun, Aruna hanya menggeleng pelan tanpa menoleh. Bibirnya terbuka sedikit, seakan ingin berkata sesuatu, tapi tak ada suara yang keluar.Alex, yang juga berada di sana, menatap Aruna dengan penuh kekhawatiran. Ia merasa bersalah meski tahu ini bukan salahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi takut malah memperburuk keadaan.Sementara itu, ayah Aruna memecah kesunyian. "Aruna, apa pun yang kamu

  • Teror Mantan   Bab 69

    Hari yang penuh ketegangan akhirnya tiba untuk Laura Langkahnya menuju sel tahanan Bianca mungkin terasa berat, tetapi juga penuh dengan harapan untuk mendapatkan jawaban. Setelah semua yang terjadi, alasan apa yang akan Bianca berikan? Apakah itu sekadar pembelaan, penyesalan? Bagi Laura, momen ini bukan hanya tentang mendapatkan penjelasan, tetapi juga tentang keberanian menghadapi rasa sakit dan mencari kebenaran, Laura tidak datang sendiri, ia di temani kedua orangtuanya dan juga kedua orang tua Alex termasuk Alex yang sendiri yang ikut hadir, Dimas yang seorang kepala Polisi memudahkan Laura untuk bertemu dengan Bianca di sel tahanan tanpa hambatan. Saat Laura melangkah masuk ke ruangan itu, suasana terasa tegang dan berat. Di tengah ruangan, Bianca duduk dengan tangan terborgol, namun sorot matanya tajam, penuh dengan dendam dan kebencian yang hampir membakar. Tidak ada tanda penyesalan di wajahnya, hanya aura kebencian yang membuat udara di sekitar terasa semakin dingin.

  • Teror Mantan   Bab 68

    "Tapi bunda siapa dalang dari penculikan Laura?" Tanya Laura setelah beberapa saat terdiam, ia baru saja ingat jika ia belum mengetahui siapa orang tersebut, kenapa ia sampai bisa melakukan hal keji tersebut padaku, apakah aku pernah punya salah sampai dia melakukan hal tersebut? Sinta dan Anita saling tatap dalam Diam, mereka saling mengalihkan tatapannya dari Laura dengan raut wajah yang bingung. "Kenapa bun?" Tanya Laura dengan kening berkerut, "Jangan menutupi apapun dari ku, Laura juga berhak tahu siapa dalangnya!" Lirih Laura dengan mata yang mengiba dan berkaca-kaca. "Jangan karena rasa sayang kalian pada Laura, bunda dan momy menutupi hal ini," lanjut Laura lagi sambil melihat ke arah Sinta dan Anita secara bergantian. "Bunda dan momy cuman gak tega ngeliat kamu terluka lagi," Sinta dan Anita berjalan mendekat ke arah Laura. "Laura lebih terluka jika bunda dan momy menutupi hal ini dari Laura," aku melihat ke arah bunda yang melihat ku dengan raut wajah yang penuh kek

  • Teror Mantan   Bab 67

    "Syukurlah jika dalang dari semua masalah ini sudah tertangkap, aku sangat lega," Sinta tersenyum lega setelah menerima kabar tersebut dari Dimas lewat telepon, ia tak henti-hentinya tersenyum senang sambil berjalan dengan riang, menelusuri lorong rumah sakit, yah sinta baru saja sampai ke rumah sakit untuk melihat Laura."Mereka pasti akan akan bahagia jika aku beritahu kabar ini," Sinta tersenyum membayangkan wajah bahagia Laura dan Anita nanti.Beberapa menit kemudian, Sinta sudah berdiri di depan ointu kamar inap Laura.Tok tok tokLalu membuka pintu kamar tersebut, terlihat di sana ada Anita Laura yang sedang berbaring dan juga Rio yang sedang bersiap-siap dengan tergesa-gesa seperti akan pergi."Mau kemana?" Tanya Sinta sambil melihat ke arah Rio lalu ke arah Anita."Kami dapat kabar bahwa dalang dari kejadian Laura sudah di tangkap tadi,""Jadi mas Rio akan pergi ke kantor polisi sekarang," jawab Anita dengan wajah yang terlihat lega."Aku pergi dulu yah," pamit Rio lalu pergi

  • Teror Mantan   Bab 66

    Pov Bianca"Sialan di mana Ezra?" Teriak ku sambil melihat ke sudut ruangan di mana iya menyekap Ezra, tapi tak ada siapapun di sini."Di mana dia Hans?" Tanya Ku pada Hans yang berdiri di belakang ku sambil memegang kursi roda karena dia yang mendorong ku ke ruangan di mana Ezra berada.Tak ada jawaban dari Hans, yang ada hanya teriakan dia memanggil anak buahnya yang berjaga semalam di sini."Iya bos ada apa?" Jawab dua orang anak buah Hans yang datang dengan nafas tak beraturan seperti habis berlari."Kalian dari mana saja?" Bentak Hans."Gue bayar kalian buat ngejagain satu bocah doang, lo berdua kagak becus," lanjut Hans lagi.Sementara Boby dan Pian hanya busa menundukan kepalanya yak berani melihat ke arah Hans yang terlihat seram sekali ketika marah."Jawab, lo berdua kagak budeg kan," teriak Hans murka, karena belum mendapat jawaban dari mereka berdua."Ma...af bos," jawab Boby dengan terbata-bata."Anjing lo pada," maki Hans.Bugh bugh bughHans melayangkan pukulan pada mere

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status