Di sebrang rumah Laura terlihat ramai oleh orang-orang yang sedang mengangkut barang-barang untuk menempati rumah tante Laura yang sudah kosong selama sebulan ini.Konsentrasi belajar Laura terganggu sedari tadi akibat suara tukang angkut yang terus berteriak, apalagi sekarang di tambah suara nyanyian melengkik dari seorang pria yang berdiri di atas kap mobil barang sambil memetikan gitarnya.Laura menggeram marah, dan berjalan ke arah jendela lalu membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua, dengan raut wajah yang sudah memerah.Mata Laura melebar, mulutnya mengangak ketika mengenali pria yang sudah membuatnya kesal itu, pria itu lantas melambaikan tangannya ke arah Laura dan tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya."Hai Mantan," teriak pria yang berdiri di atas kap mobil itu."Gila yah lo, siang bolong gini berisik di depan rumah orang," teriak Laura marah."Gak usah marah-marah mantan! makin cakep tau," goda pria itu sambil
Di sepanjang perjalanan Alex terus saja mengoceh hal yang tak penting membuat Laura pusing mendengar ocehannya. "Bisa gak sih diem!" teriak Laura yang kehabisan kesabaran sambil memukul keras bahu Alex. "Aww," teriak Alex kesakitan. "Yah abisnya kamu diem aja," balas Alex sambil mengusap bahunya bekas pukulan laura yang cukup sakit. "Berhenti!"perintah Laura. "Kenapa? belum sampaikan," tanya Alex heran. "Gue bilang berhenti," teriak Laura tepat di sebelah telingga Alex. Repleks Alex menghentikan motor sprotnya karena teriakan Laura yang membuatnya kaget. "Ini belum sampai Ra," ucap Alex sambil melirik ke arah spion untuk melihat Laura yang berada di jok belakang. "Gue mau turun di si...,"Tau kelanjutan dari ucapan Laura, tanpa pikir panjang Alex langsung menancap gas. "Aakhhhh," teriak Laura saat Alex tiba-tiba melajukan motornya dengan cepat membuat Laura refleks memeluknya. "Gila yah lo," teriak Laura marah."Kenapa?
Kini Laura dan Gretha sudah berada di dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, padahal sudah waktunya jam pertama di mulai tapi entah kemana gurunya itu menghilang sampai sekarang tak nampak batang hidungnya. Laura sudah bosan mendengar kegaduhan di dalam kelas akibat ulah anak-anak apalagi sang biang keroknya Rafa, di tambah sejak tadi Gretha terus merengek meminta maaf dan minta Laura untuk memeperkenalkan dia pada cowok yang telah mencium Laura padahal ciuman juga tidak."Gretta benar-benar goblok lah," monolog Laura kesal."Di bilang gue kagak ciuman," sengit Laura. "Lagian lo tolol bodoh atau idiot Gretta mana ada cewek duluan minta di cium," greget Laura tak habis pikir pada sahabatnya satu ini. "Tapi gue pengen di cium Laura," kekeh Gretta. "Sini gue cium," "Ogah, lo bau iler," tolak Gretta sambil menjulurkan lidahnya mengejek. "Mana ada bau iler gue udah mandi yah," sewot Laura tak suka di sebut bau iler. "Tapi tetap a
"Gue tau Ra," pekik Gretta tiba-tiba, yang kini sedang berjalan ke arah parkiran karena jam pulang telah tiba."Tau apaan?" jawab Laura malas sambil duduk dan menyenderkan punggungnya di kursi panjang sementara Gretta malah jongkong di bawah, random banget tingakah ni bocah. "Yang nyium lo tadi pagi Alexkan," heboh Gretta. "Kata siapa?" heran Laura."Kata alex, dia yang bilang sendiri sama gue pas di kantin tadi," jelas Gretta. Laura memutar kedua matanya malas, mendengar penjelas Gretta dari Alex yang tak ada benarnya. "Setelah gue tau yang nyium lo itu Alex, lo tau Ra apa yang gue lakuin?" tanya Gretta pada Laura. "Lo pukul, tendang atau lo bunuh orangnya," tebak Laura antusias merasa Gretta sedang melindunginya. Gretta menggelengkan kepalanya cepat mendengar jawaban Laura. "Terus lo apain?" tanya laura dengan kening berkerut. "Gue minta di cium sama Alex, eh malah di toyor kepala gue sama si curut Rafa," emosi Gretta sambil men
"Ra lo punya hubungan apa sama Alex," tanya Ezra yang kini tengah mengendarai motornya membelah kerumunan yang cukup padat sore ini. "Gak ada," jawab Laura malas. "Tapi dia....""Udahlah gak usah ngomongin Alex bisa," bentak Laura masam memotong perkataan Ezra. Ezra langsung membukam mulut saat mengetahui suasana hati Laura sedang berantakan terlihat dari ucapannya. Sepanjamg perjalananpun hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Tak lama mereka telah tiba di tempat yang Ezra tuju, di tepi pantai dengan semilir angin yang menyejukan apalagi pantai dan langit yang terluhat indah di sore hari ini. Mereka berdua turun dari motor, " kenapa kita kesini," tanya Laura sambil melihat sekitar yang tak ada pengunjung satu pun."Kenapa gak suka," tanya Ezra balik."Gak bukan gitu, suka kok," ucap Laura cepat takut Ezra akan salah paham sama pertanyaannya tadi. Sebenarnya Laura sangat suka pantai tapi tubuh Laura seolah tak mendukung, kep
Laura mengerjakapan mata dan melihat sekeliling yang sudah gelap, ia bangun dan melihat jam ternyata sudah pukul 8 malam.Laura bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menutup jendela kamar dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi Laura bergegas ke luar kamar dan melihat keadaan di sekitar rumah yang sama gelapnya, dia mengerutkan keningnya bingung. Laura menyalakan lampu di semua ruangan sambil menutup semua jemdela. "Bun, bunda," panggil Laura. Merasa tak ada jawaban, Laura pergi ke kamar bunda.Laura membuka pintu kamar Sinta, kosong tak ada Sinta bahkan lampu kamar pun sama belum nyala. Laura berjalan masuk dan menutup jendela menyalakan lampu."Bunda," panggil Laura. "Bunda, di mana Laura takut sendirian," teriak Laura lagi. Merasa ada yang tak beres Laura berlari menaiki tangga kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak. Laura mengotak ngatik ponselnya dengan nafas yang tak beraturan karena
Sejak tadi Laura hanya memperhatikan Alex yang terus saja merokok, sudah berapa batang yang Alex hisap tapi sepertinya Alex sudah kencanduan oleh benda itu."Lo bisa gak sih berhenti ngerokok," ucap Laura."Kenapa?" ucap Alex sambil memperhatikan Laura yang kini menatapnya dengan tatapan tak suka."Lo gak sayang sama badan lo?""Gue lebih sayang lo Laura," ucap Alex lembut."Kalau lo gak suka liat gue ngerokok, ada syaratnya," ucap Alex lagi."Apa?" tanya Laura."Kita balikan," ucap Alex serius."Gak," tolak Laura cepat.Alex mematikan rokok terakhirnya dan membuang puntungnya ke asbak yang di depan Alex.Lalu menatap lekat Laura, "Ra mau sebanyak apa pun kamu nolak aku dan nyuruh aku menjauh dari kamu, aku gak pergi Ra, karena aku yakin di hati kamu masih ada aku," ucap Alex dengan pedenya.Laura memalingkan mukanya tak mau melihat Alex. "Oh iya Ucul gimana keadannya sekarang?" tanya Alex menganti topik pembicaraan."Dia baik," jawab Laura malas."Aku boleh liat, di mana di sekarang?
Laura sejak tadi terus mencari Alex yang entah di mana keberadaannya, selain untuk meminta uang jajan yang bunda titipkan padanya, Laura juga ingin memarahi Alex yang tak memberitahunya tentang handuk yang masih melilit di kepala Laura.Pelajaran pertama dan kedua bebas karena rapat yang di adakan dadakan, membuat sekolah kini ramai oleh anak-anak yang berlalu lalang.Laura berjalan cepat ketika melihat Alex tengah berada di sisi lapang basket berkumpul dengan anak cowok yang lainnya.Laura melepaskan sebelah sepatunya dan hap tepat sasaran"Aww," ringis Alex."Siapa yang berani lempar gue pake sepatu?" bentak Alex marah, yang membuat suasana lapangan yang tadi riuh seketika sunyi."Gue yang lempar," teriak Laura lantang sambil berjalan maju tanpa menggunakan sepatu sebelah."Eh mantan," ucap Alex nyengir, wajahnya yang tadi marah langsung terlihat berseri-seri ketika melihat Laura yang kini sedang berkacak pinggang."Balikin sepatu gue," pinta Laura galak.Alex melemparkan sepatu Lau