Emma bersalaman dengan kedua orang tuanya ketika tiba di ruang tamu. Setelah memastikan tak ada satu pun barangnya yang tertinggal, Emma lalu berjalan mendekati pintu.“Kamu menginap berapa hari di villa itu, Nak?” tanya Lily.Emma berbalik. “Dua malam, Bu,” katanya, “Minggu siang aku pulang.”“Ya sudah jaga dirimu baik-baik,” kata Lily.Emma mengangguk. Dia lalu berbalik lagi.Di teras rumah, Emma melihat Tony sudah duduk di sebuah kursi. “Kamu sudah dateng dari tadi?” tanya Emma.Tony mengangguk. Dia lalu berdiri.“Kenapa nggak masuk?” tanya Emma.“Baru mau masuk kamu udah keluar,” kata Tony.“Oh gitu,” kata Emma, “by the way, yang lain mana?”“Tadi sih katanya Jake mau menyusul ke sini sama Ethan,” jawab Tony, “nggak tau mampir ke mana aja tuh anak kok lama.”“Eh itu bukan sih mobil Jake,” kata Emma saat melihat sebuah mobil mendekati gerbang rumahnya.“Iya itu,” kata Tony, “yaudah ayo ke mobilku.”Rupanya ada satu mobil lain yang mengiringi mobil Jake. Mobil itu berisi para member
Sabrina mengucapkan terima kasih setelah dua petugas villa meletakkan tubuh lemas Jake ke atas ranjang kamarnya. Setelah mereka berdua keluar, Sabrina lalu menyuruh kedua temannya pergi.Dengan hati-hati, Sabrina lalu melepaskan kedua sepatu Jake. Setelah itu, dia mulai menanggalkan setiap helai kain yang menempel di tubuh Jake dengan hati-hati juga. Dia membuang baju-baju itu ke sembarang arah, untuk menciptakan kesan berserakan. Nanti, dia juga akan membuang bajunya dengan berserakan juga untuk lebih meyakinkan kalau mereka telah bercinta malam ini.Setelah selesai mengurus Jake, Sabrina lalu pergi ke kamar mandi. Dia mengambil botol parfum plastik yang sebelumnya telah dia potong menjadi dua bagian. Dia pakai bagian bawah botol itu untuk diisi dengan cabai bubuk dan dicampur dengan air. Setelah memastikan bubuk dan air tercampur rata, Sabrina lalu keluar dari kamar mandi. Dia meneteskan beberapa tetes cairan merah itu ke atas seprai.Setelah bercak merah hasil rekayasa yang ada di
“Oke, aku mau jadi pacar kamu,” kata Jake.Dalam hati, Sabrina bersorak girang. Dia lalu berjalan mendekati Jake. Dengan manja, dia menyandarkan kepalanya di pundak Jake.Jake lalu mendorong kepala Sabrina. “Boleh aku balik ke kamar sekarang?” tanyanya.“Untuk apa?” kata Sabrina, “tadi malam kan kita sudah tidur sekamar dan sudah bercinta dengan sangat hebat. Kamu bisa terus tidur sekamar denganku kapan pun kamu mau.”“Aku mau nemuin Ethan dan Tony,” kata Jake, “mana tahu mereka nyariin.”Sabrina memasang wajah cemberut. “Cium dulu,” katanya.Jake memutar bola matanya. Meski begitu, dia tetap mendekati Sabrina. Namun belum sempat dia memulai semuanya, Sabrina sudah menyerangnya dulu. Gadis itu menyerangnya dengan kecupan-kecupan dalam yang sarat akan hasrat. Meski awalnya terpaksa membalas, pada akhirnya Jake menikmati juga. Dia malah berinisiatif menggigit Sabrina agar gadis itu kesakitan. Setelah Sabrina mundur, Jake lalu berbalik dengan cepat dan berjalan meninggalkan ruangan.***
“Kenapa?” tanya Ethan.“Karena aku tidur di kamarnya Sabrina?” jawab Jake, ragu-ragu.Ethan melotot. “Hah?” serunya, “sumpah?!”Jake mengangguk. “Iya,” pas habis minum itu aku teler. Terus aku nggak inget lagi apa yang terjadi habis itu. Paginya pas bangun aku udah ada di atas ranjang kamar Sabrina sama Sabrina juga. Kita sama-sama nggak pake baju.”“Gila kamu,” kata Ethan, “terus reaksi Sabrina gimana?”“Ya sia minta aku jadi pacar dia,” kata Jake.Ethan membelalakkan mata lagi. “Demi Tuhan?”Jake mengangguk.“Menurutku kamu dijebak sih, Jake,” kata Ethan.Jake merenung. Dia mencoba mengingat-ingat semuanya dari awal. Mulai dari awal permainan sampai dia terbangun di kamar Sabrina. Semuanya terasa natural. Seperti tidak ada skenario yang dibuat-buat. Kalau ada satu hal yang paling mengganjal adalah apa yang dia lakukan kepada Sabrina. Dirinay sendiri tidak menyangka dia bisa melakukan hal sejauh itu.“Kayaknya semuanya normal deh, Ethan,” kata Jake.“Yaudah sih,” kata Ethan, “semuany
“Gimana kalo ternyata dia punya ayah gula,” kata Sabrina.Anne mengerutkan kening. “Ayah ... ah, sugar daddy maksud kamu?”Sabrina mengangguk.Mata Anne berbinar. “Wah, asyik dong,” katanya, “aku juga mau kalo gitu.”“Ye ... dasar,” kata Sabrina.***Emma duduk di bangku taman bersama degan Ethan dan Tony. Gadis itu melihat sekeliling, menunggu kalau-kalau Jake datang.“Tumben amat jam segini Jake belum berangkat,” kata Tony. Dia menoleh pada Ethan yang duduk di sampingnya, “nggak sama kamu lagi. kalian berantem?”Ethan menggeleng. “Entar juga kalian tahu sendiri,” katanya.“Maksud kamu apa sih?” tanya Emma.Ethan tak menjawab. Dia terus menatap ke koridor fakultas hukum, jalan yang biasa dilewati mahasiswa saat datang dan pulang.“Itu lihat aja ke koridor. Dia dateng,” kata Ethan saat melihat Jake.Emma dan Tony mengikuti arah pandangan Ethan. Keduanya membelalakkan mata saat melihat Jake datang bersama Sabrina dan dua temannya. Sabrina bergandeng tangan dengan Tony sementara Desy da
Emma terus memberontak, membuat Tony kewalahan. Laki-laki itu lalu mendudukkan Emma sebentar dan menyandarkan punggung Emma ke tembok toilet. Dia lalu menelepon Jake.Tony buru-buru mengajak Jake untuk memapah Emma saat laki-laki itu datang bersama Ethan. Mereka lalu berjalan menuju ruang klinik. Sambil terus berjalan, Tony terus membaca doa-doa. Saat akhirnya Emma pingsan, dia meminta Jake dan Ethan untuk membantu menggendong gadis itu.“Gimana awalnya Emma bisa kerasukan lagi?” tanya Jake pada Tony setelah Emma dibaringkan di salah satu ranjang yang ada di ruangan klinik.“Kayaknya sih karena dia diganggu Sabrina dan dua temannya,” kata Tony. Dia melirik Jake sebentar, hanya untuk melihat ekspresi wajah laki-laki itu ketika kekasihnya disebut, lalu dia melihat ke Emma lagi karena ekspresi Jake terlihat datar saja.“Aku akan bilang ke Sabrina biar nggak gangguin Emma lagi entar,” kata Jake.Ethan tersenyum sinis. “Aku nggak yakin dia mau dengerin kamu,” katanya.“Seenggaknya aku beru
“Sabrina tunggu,” kata Jake.Sabrina menghentikan langkahnya. Sebelum berbalik, dia tersenyum puas. “Kenapa?” tanyanya ketika berbaik.“Aku ngak bermaksud mojokin kamu,” kata Jake.“Gitu doang?” tanya Sabrina. Dia lalu menghembuskan napas kasar, “ngapain manggil-manggil kalo gitu?”“Oke, sori,” kata Jake dengan terpaksa.Sabrina tersenyum puas. Dia lalu berjalan mendekati Jake. Sambil menjijnjit, dia menyapukan bibirnya ke bibir Jake dalam beberapa detik.Jake refleks mundur. “A ... aku ada janji mau nganterin mama ke dokter mata,” katanya.Sabrina cemberut. “Ya udah hati-hati,” katanya.Jake mengangguk.“See you,” kata Sabrina sambil melambaikan tangannya.***Tony, Ethan dan Emma berjalan mendekati warung yang ada di pinggir jalan. Malam ini mereka hanya jalan bertiga karena sejak berpacaran dengan Sabrina otomatis Jake tidak lagi mudah diganggu dan diajak jalan seperti sebelumnya.Tony yang memesan pada ibu penjual nasi. “Kalian mau makan apa?” tanya Tony.“Aku soto ayam aja deh,”
Emma terus berusaha melawan mahluk astral itu sampai akhirnya tubuhnya melemas. Dia lalu pingsan. Dengan sigap,Tony lalu menahan tubuh gadis itu.“Tolong bukakan pintu mobilku,” kata Tony pada Ethan.Ethan mengangguk. Dia lalu melakukan apa yang Tony katakan.“Thanks,” kata Tony setelah Emma masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu dia lalu berjalan kesisi kanan mobil dan duduk di kursi kemudi.“Kamu duluan aja,” kata Tony pada Ethan sebelum menjalankan mobilnya, “aku akan mengantar Emma pulang.”Ethan mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam moilnya yang dia parkir di belakang mobil Tony.Setibanya di rumah Emma gadis itu belum juga sadar. Tony lantas turun lebih dulu. Dia lalu memanggil kedua orangtua Emma. Mereka berdua terlhat panik saat Tony memberitahu keadaan Emma. Dengan cepat mereka lalu berjalan keluar rumah dan membantu Emma keluar dari mobil Tony. Dengan hati-hati Robun dan Tony mengangkat tubuh Emma. Keduanya membawa Emma ke kamarnya.“Aku berharap dia cepat sadar,” kata To