Reynold membanting tubuh ramping Aurel yang pakaiannya berantakan itu di atas ranjangnya yang terseprai rapi. Dia segera menindih tubuh gadis itu sembari memagut bibir Aurel dalam-dalam. Pertanyaan kepo dari gadis belia itu ia abaikan, lebih ke malas menjelaskan mengenai foto pernikahannya di Las Vegas dengan Laura beberapa tahun lalu. Sebuah foto berukuran 12R dengan James memeluk pinggang Laura dan dia sendiri mengecup bahu Laura, pose yang mesra sekalipun janggal. Siapa pun pasti akan mengartikan foto tersebut bukan sebuah hubungan yang normal, dimana-mana satu pengantin wanita dengan satu pengantin pria. Dalam foto pernikahan itu 2 pengantin pria yang sama-sama memeluk Laura.Pikiran Reynold mendadak justru melayang ke wanita yang telah bertahun-tahun menjadi obsesinya. Sepasang mata biru yang cemerlang seperti permata saphire itu selalu membuatnya mabuk asmara. Pusat gairahnya mendadak mengeras, dia mencumbu tubuh wanita lain di bawah tubuhnya. Namun, dalam benaknya justru Laura
Pengalaman pertama Aurel menjadi wanita dewasa semalam menyisakan rasa galau di pagi hari. Memang ia merelakan mahkota keperawanannya bukan kepada suaminya di malam pertama, tetapi pria yang sedang memeluknya erat di bawah selimut hangat itu membuatnya lupa diri. Jam dinding di kamar tidur Reynold menunjukkan pukul 05.10 WIB. Sudah nyaris muncul fajar pagi di ufuk timur sekalipun langit masih nampak kelabu di luar kaca jendela kamar yang tertutupi selapis tirai putih tipis. Aurel menilai kamar tidur dosennya itu sangat rapi, harum aroma bunga entah apa itu yang terasa manis di indera penciumannya, dan bersih sekali. Sungguh mewakili kepribadian pria itu yang begitu menarik menurut Aurel.Gerakan tubuh Reynold yang terbangun bersamaan dengan bagian bawah keperkasaannya yang mengeras normal di pagi hari membuat Aurel terkesiap. Dia menoleh ke wajah pria itu yang mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat. "Baby A, tegang lagi nih ... lemesin dong!" bujuk manja Reynold dengan
"Met pagi, Bang James, Laura Sayang!" sapa Reynold saat masuk ke unit apartment di Intercontinental Residence untuk menjemput si kembar."Pagi, Rey!" balas James yang sedang menyuapi Keira dengan bubur pendamping ASI di sofa ruang tengah.Laura sedang di dapur menyiapkan bekal untuk Jacob dan Joshua. Dia melihat ke arah Reynold yang berjalan menghampirinya. Tampan seperti biasa, tetapi seperti ada yang berbeda ... lebih bersemangat? pikirnya dengan sebersit rasa penasaran. "Hai, pagi Rey. Apa kamu sudah sarapan tadi?" sapa Laura dengan hangat.Bagi Reynold berhadapan dengan Laura selalu membuatnya baper dan ingin merengkuh wanita yang selalu menjadi obsesinya itu ke pelukannya lalu menciuminya habis-habisan. Dia pun melangkah hingga berhenti sangat dekat di samping Laura. Kedua lengan Reynold kanan kiri mengunci tubuh Laura menempel ke meja pantry. Dia lalu mencondongkan tubuhnya hingga begitu dekat dan Laura terpaksa berpegangan ke bahu Reynold. Wanita itu menatap wajah Reynold den
Pagi yang mendung itu Aurel sampai di kampus lebih awal, dia memarkir mobilnya di samping mobil Biyan yang berharga selangit itu. Entah apa pekerjaan orang tua cowok itu hingga bisa membawakan anak mereka supercar mahal begitu, batin Aurel sedikit iri bercampur penasaran juga.Dia pun turun dari mobilnya dan menguncinya dengan remote. Sebelum beranjak jauh dari tempat mobilnya diparkir, Aurel pun memiliki ide iseng untuk menggembosi keempat ban mobil mewah milik Biyan. Dia pun celingukan melihat keamanan situasi area parkiran mobil kampus FKH itu."Yes, mumpung sepi gitu loh!" sorak Aurel lalu segera berjongkok di samping mobil Lexus milik Biyan dan mulai menggembosi ban mobil itu satu per satu.Ketika Aurel sudah sampai di ban terakhir dari arah belakang punggungnya terdengar suara laki-laki yang tak asing di telinganya. "Lagi sibuk ngapain, Non?""Busseeettt! Njriiittt!" seru Aurel mengumpat kasar dan jatuh terjengkang ke tanah dari posisi jongkoknya karena kaget setengah mati.Biya
Di salah satu meja kantin FKH UGM, Biyan dan Aurel berbincang serius sekalipun dalam suasana santai. Gadis manis itu penasaran juga apa konsekuensi yang harus ia terima hasil keisengannya menggembosi keempat ban mobil Lexus Biyan pagi tadi.Aurel menyeruput jus mangga dingin miliknya lalu meneguknya sebelum berkata, "Bi, langsung aja deh. Loe mau minta apa buat gantiin yang tadi pagi tuh? Gue ada montir bengkel langganan yang bisa dipanggil sih kalau cuma buat benerin ban gembos.""Kalau masalah gembosnya sih gampang, gue juga udah handle itu langsung tadi sebelum kuliah pagi. Gue mau loe nggak iseng kayak gitu lagi," tukas Biyan menolak bantuan Aurel."Okee—lantas apa dong? Udah clear juga 'kan masalahnya, ngapain diperpanjang kali lebar kali tinggi, Bi?" cerocos Aurel seperti rem yang blong seperti biasa.Biyan terkekeh gemas dengan kebiasaan gadis tengil satu itu. Dia pun dengan ringan menjawab, "Hukumannya ... loe harus mau pacaran sama gue, dua bulan ya!" "Anjayaniii tetangga ma
"HEHH! Lepasin calon suami gue!" teriak Hesti kalap melihat Aurel memeluk tunangannya di kantin kampus yang ramai.Mitha, sobat kental Aurel pun mendesis, "Ampun deh tuh bocah cari mati!" Semua mata seolah tertuju ke situasi ganjil yang terjadi di antara Reynold, Aurel, Hesti, dan Biyan. Seisi kantin berbisik-bisik menatap mereka berempat yang sedang terlibat keributan.Aurel pun tahu diri dan melepaskan pelukannya di pinggang Reynold lalu menundukkan kepalanya di hadapan kakak angkatannya yang galaknya melebihi macan di bonbin. "Ma—maaf Mbak Hesti, tadi kelepasan ...," ucap Aurel lirih.Merasa di atas angin, Hesti dengan bersedekap mencecar Aurel di depan banyak orang yang ada di kantin, "Jangan pecicilan sok kecakepan makanya. Lihat lihat dulu dong, masa sih sama dosen, kamu kurang ajar banget peluk-peluk? Murahan loe?!"'Anjirrrr lambe turah mode on nih si Nini Lampir!' rutuk Aurel dalam hatinya melirik tajam kepada Hesti dalam diam.Akhirnya Reynold yang menengahi, "Sudah—sudah s
Praktikum Mikribiologi gelombang 1 telah usai dengan lancar. Ada sebersit kelegaan di hati Aurel, dia berjalan menyusuri koridor ruang dosen Mikrobiologi sembari bercanda riang bersama teman-teman satu angkatannya. Sekilas lirikan ke dalam ruangan dosen idolanya yang tampan bak bintang drakor, matanya berbinar ceria saat menangkap sosok itu yang tak sengaja bersitatap dengannya. Aurel menganggukkan kepalanya sopan kepada Profesor James seraya berlalu dari pintu ruang kantor dosen dimana James bekerja. Senyum manis mahasiswinya yang sempat mengejarnya dengan agresif sejak awal semester 1 dulu membuat James merasa bangga akan pesonanya. Tak ada keinginan sedikit pun dalam hatinya untuk berselingkuh dari Laura sekalipun godaan banyak menyapanya setiap hari di kampus.Ponsel di meja kerjanya berbunyi, tanda notifikasi pesan baru yang masuk. Ternyata itu pesan dari Laura. 'Hubby, nanti anterin aku ke supermarket untuk belanja ya?' Tanpa membuang waktu James segera membalasnya, 'Oke, Honey
"Hai, Laura. Belum selesai kerjaan kamu, Honey?" sapa James melirik sekilas pemuda berambut cokelat kemerahan bertampang Kaukasoid yang duduk di seberang meja kantor istrinya. Dia selalu posesif bila Laura bertemu berdua saja dengan manusia lain berjenis kelamin laki-laki, terutama yang ganteng.(Pembicaraan dalam bahasa Inggris antar tokoh, tetapi langsung diterjemahkan dalam bahasa Indonesia)Laura yang tadinya sedang berdiskusi dengan mahasiswa bimbingan S3 nya dari University of Western Australia itu pun berhenti bicara. Dia menjawab suaminya, "Hai James! Aku lagi ngebahas topik penelitian thesis bimbinganku. Kenalin ini Mister Marco Barleywood, beliau dosen di Department of Pathology Anatomy UWA, Perth."Kedua pria itu berjabat tangan dengan senyum tipis dan tatapan saling menilai satu sama lain. James membatin, 'Calon profesor nih dia—kerenan aku dong ... udah profesor beneran!'"Oke, Mister Marco. Kita lanjutkan pembahasan penelitian thesisnya besok pagi pukul 10.00 ya?" pungka