"HEHH! Lepasin calon suami gue!" teriak Hesti kalap melihat Aurel memeluk tunangannya di kantin kampus yang ramai.Mitha, sobat kental Aurel pun mendesis, "Ampun deh tuh bocah cari mati!" Semua mata seolah tertuju ke situasi ganjil yang terjadi di antara Reynold, Aurel, Hesti, dan Biyan. Seisi kantin berbisik-bisik menatap mereka berempat yang sedang terlibat keributan.Aurel pun tahu diri dan melepaskan pelukannya di pinggang Reynold lalu menundukkan kepalanya di hadapan kakak angkatannya yang galaknya melebihi macan di bonbin. "Ma—maaf Mbak Hesti, tadi kelepasan ...," ucap Aurel lirih.Merasa di atas angin, Hesti dengan bersedekap mencecar Aurel di depan banyak orang yang ada di kantin, "Jangan pecicilan sok kecakepan makanya. Lihat lihat dulu dong, masa sih sama dosen, kamu kurang ajar banget peluk-peluk? Murahan loe?!"'Anjirrrr lambe turah mode on nih si Nini Lampir!' rutuk Aurel dalam hatinya melirik tajam kepada Hesti dalam diam.Akhirnya Reynold yang menengahi, "Sudah—sudah s
Praktikum Mikribiologi gelombang 1 telah usai dengan lancar. Ada sebersit kelegaan di hati Aurel, dia berjalan menyusuri koridor ruang dosen Mikrobiologi sembari bercanda riang bersama teman-teman satu angkatannya. Sekilas lirikan ke dalam ruangan dosen idolanya yang tampan bak bintang drakor, matanya berbinar ceria saat menangkap sosok itu yang tak sengaja bersitatap dengannya. Aurel menganggukkan kepalanya sopan kepada Profesor James seraya berlalu dari pintu ruang kantor dosen dimana James bekerja. Senyum manis mahasiswinya yang sempat mengejarnya dengan agresif sejak awal semester 1 dulu membuat James merasa bangga akan pesonanya. Tak ada keinginan sedikit pun dalam hatinya untuk berselingkuh dari Laura sekalipun godaan banyak menyapanya setiap hari di kampus.Ponsel di meja kerjanya berbunyi, tanda notifikasi pesan baru yang masuk. Ternyata itu pesan dari Laura. 'Hubby, nanti anterin aku ke supermarket untuk belanja ya?' Tanpa membuang waktu James segera membalasnya, 'Oke, Honey
"Hai, Laura. Belum selesai kerjaan kamu, Honey?" sapa James melirik sekilas pemuda berambut cokelat kemerahan bertampang Kaukasoid yang duduk di seberang meja kantor istrinya. Dia selalu posesif bila Laura bertemu berdua saja dengan manusia lain berjenis kelamin laki-laki, terutama yang ganteng.(Pembicaraan dalam bahasa Inggris antar tokoh, tetapi langsung diterjemahkan dalam bahasa Indonesia)Laura yang tadinya sedang berdiskusi dengan mahasiswa bimbingan S3 nya dari University of Western Australia itu pun berhenti bicara. Dia menjawab suaminya, "Hai James! Aku lagi ngebahas topik penelitian thesis bimbinganku. Kenalin ini Mister Marco Barleywood, beliau dosen di Department of Pathology Anatomy UWA, Perth."Kedua pria itu berjabat tangan dengan senyum tipis dan tatapan saling menilai satu sama lain. James membatin, 'Calon profesor nih dia—kerenan aku dong ... udah profesor beneran!'"Oke, Mister Marco. Kita lanjutkan pembahasan penelitian thesisnya besok pagi pukul 10.00 ya?" pungka
Gerimis rintik-rintik masih turun dari langit yang tampak mendung sore itu. Pasangan suami istri yang mesra di bawah sebuah payung warna biru muda berjalan berdekatan menuju parkiran mobil dimana sebuah Fortuner putih tampak tersisa sendirian di sana dalam kondisi basah terguyur hujan deras tadi.James membukakan pintu mobil untuk Laura terlebih dahulu sebelum dia membuka pintu bagian belakang untuk mengambil baju atasan ganti untuknya sendiri. Kemejanya basah oleh peluh ketika bercinta di kantor Laura tadi.Setelah dia naik ke bangku pengemudi, James segera mencopot kancing kemeja putihnya dan melepaskannya. Sementara itu Laura memandangi badan berotot suaminya dari bangku samping pengemudi. "Kenapa kok begitu ngeliatinnya, Laura Sayang?" tanya James sambil mengenakan kaos katun warna hitam yang melekat membungkus tubuhnya dengan pas, bahkan sedikit mencetak otot dadanya yang bidang. "Badanmu keren banget, Hubby. Hot papa!" jawab Laura tertawa pelan seraya mengerlingkan sebelah mat
"Ahh ... sialan, gue keduluan nih!" maki Biyan seraya memukul gagang setir mobil Lexus miliknya. Dia mengamati dari dalam mobil, Aurel dijemput oleh Prof. Reynold di kost-kostannya.Sebenarnya petang itu dia ingin memberi kejutan untuk Aurel dengan mengajak gadis itu berkencan romantic dinner di Hanamasa Restoran. Biyan sudah membeli seikat bunga mawar merah berjumlah 20 tangkai yang dia pikir bisa melelehkan hati Aurel, rupanya harapannya hanya tinggal kenangan.Sore itu gerimis masih turun rintik-rintik membasahi kota Yogyakarta. Wiper kaca depan mobil Lexus warna hitam itu dinyalakan sesekali oleh Biyan. Sembari membuntuti mobil dosennya pemuda itu mengomel, "Gue udah curiga sejak di kantin siang tadi. Kenapa pula si profesor sok kegantengan itu ngebelain Aurel? Ternyata bener mereka ada main belakang 'kan! Bukannya dia udah tunangan sama asdos Mikrobiologi sih? Gabener ini ... gabener ...."Mobil sedan hitam Honda Civic yang dibuntuti oleh Biyan membelok ke dalam Hartono Mall. Mak
Dari dalam mobilnya Biyan memandangi sosok Aurel yang dirangkul mesra bahunya oleh Prof. Reynold hingga masuk ke dalam lift dari lantai basement parkiran mobil Jasmine Park Apartment. Rasanya gondok sekali Biyan, dia bolak balik ditolak oleh Aurel saat memintanya menjadi pacar sementara saja. Sementara di lain sisi Aurel menyerahkan keperawanannya yang berharga ke profesor playboy cap kadal itu dengan sukarela. Entah kena pelet apa si Aurel, pikir Biyan terheran-heran. Tak ada lagi yang dapat dia lakukan selain pulang ke kostnya karena gebetannya yang dikuntit sedari tadi sudah naik ke lantai atas apartment dengan lift. Biyan melajukan mobilnya menuju ke arah Pogung Baru yang memang menjadi daerah populer kost mahasiswa-mahasiswi UGM.Sedangkan, di lantai 7 Jasmine Park."Aurel, thank you ya Sayang sudah mau nemenin aku bobo malam ini lagi!" ujar Reynold menatap wajah cantik imut mahasiswinya yang menggoda iman itu. Dia membuka pintu unitnya lalu mengayunkan tangan kanannya mempersi
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Aurel seakan-akan memukul Reynold tepat di ulu hatinya. Dia memang masih memuja dan mencintai Laura. Wanita itu selalu abadi menjeratnya dengan pesona keanggunan serta kecerdasannya sejak dulu. Tidak Hesti, tidak pula Aurel yang mampu menggantikan Laura yang bertahta di dalam hatinya. Seolah semua wanita hanya sekadar pelarian dari kisah cinta terlarangnya. Reynold menghela napas berat, dia menatap Aurel sembari menjawab, "Itu sama sekali bukan urusanmu, Baby A. Kita memiliki hubungan spesial yang menyenangkan untuk dijalani, itu saja!"Namun, Aurel bukanlah gadis yang bodoh. Dia tahu hubungan mereka berdua hanya sekadar pengisi sisi kehidupan dosennya yang kesepian. Lajang, tampan, berkarier bagus, seolah segalanya sempurna sebagai kriteria calon suami. Lantas apa yang membuat Prof. Reynold tak kunjung menikah? Rumor di kampus ungu yang pernah dia dengar adalah kisah cinta segitiganya bersama Prof. Laura dan Prof. James semenjak mereka masih mahasis
Semenjak Reynold tak lagi tinggal bersama keluarga kecilnya di Intercontinental Residence, James merasa sangat lega. Dia memiliki kehidupan percintaan yang unik bersama istri kesayangannya. Sekalipun Laura telah berusia 45 tahun ini, tetapi dia masih sanggup mengobarkan api gelora asmara di dalam diri suaminya."Oppa, apa kamu suka lingerie baru yang kubeli dari online-shopIG ini?" Laura melenggak-lenggok berjalan tanpa alas kaki mengenakan lingerie sutera model two piece bikini warna pearly white yang memamerkan pusarnya serta perut ratanya itu di hadapan James.Tatapan mata monolid suaminya mengisyaratkan bahwa tak lama lagi pria itu akan menerkamnya bulat-bulat. James beranjak bangkit dari kepala ranjang lalu merengkuh istrinya yang molek dan melumat ganas bibir merah muda itu hingga kepalan tangan Laura memukul-mukul pelan dada bidangnya. "Kau selalu ganas, James!" ucapnya dengan napas terengah menatap wajah suaminya yang seganteng idola KPopnya Park Seo Joon."Siapa yang mulai d
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama