"Beberapa gadis itu kita sudah pernah lihat, meski mata Lala dan Carla mirip Linda, tapi jiwanya berbeda. Sementara Celly ... mirip, bentuk dan juga jiwanya, seperti difotokopi. Kalau bukan karena genetik, mana mungkin seperti ini?""Benar, Lala anaknya Linda, cucunya Tuan Richard, nggak mungkin salah.""Benar, di usiaku ini, aku sudah lihat sangat banyak orang. Aku juga yakin kalau Celly itu cucu kandung Tuan Richard!"Tiga pak tua itu saling menyetujui satu sama lain, membuat tuduhan Jessy tidak ada efeknya sama sekali.Jessy benar-benar sudah mau meledak.Dasar bapak-bapak tua bangka!"Om-om sekalian, ada satu hal lagi yang harus kalian tahu, orang yang pura-pura jadi cucu kandung Tuan Richard itu bernama Lily Maira. Celine Maira, Lily Maira, mereka itu kakak beradik!"Tiga bapak tua itu kembali mengernyit.Hal ini mereka memang tidak tahu.Tuan Kasim melihat Hansen dan bertanya, "Celly bukan putrinya Keluarga Tjangnaka?"Hansen yang dari tadi tidak bersuara akhirnya punya kesempata
Orang-orang ini benar-benar tidak punya batasan demi menyanjung Celine!"Aku keberatan!" Jessy bisa dibilang berteriak.Ruang rapat yang tadi dipenuhi dengan suara orang memperkenalkan diri secara teratur langsung hening karena teriakannya. Namun hanya dalam sekejap, perkenalan diri itu kembali berlanjut ....Seperti film yang dihentikan sesaat, tapi langsung kembali diputar.Jessy terdiamMereka bisa-bisanya mengabaikan dia?Dia itu satu-satunya generasi kedua Keluarga Nadine!Mereka berani-beraninya mengabaikan dia? Benar-benar menyebalkan!Jessy bersikeras mau mencari kembali harga dirinya. "Aku keberatan, aku keberatan! Kalian nggak dengar?"Pengenalan diri tidak berhenti, seakan-akan mereka benar-benar tidak mendengarnya."Berhenti! Kalian berhenti sekarang juga!" Jessy menggertakkan giginya, suara teriakannya semakin lama semakin menggila.Tepat pada saat ini, pintu ruang rapat dibuka dari luar, orang yang datang itu terlihat sangat panik, sampai-sampai dia tidak bisa mengendalik
Setelah tertegun sesaat, dia mengangguk ke Celine dengan canggung baru berbalik pergi.Tuan Hadi lebih dulu memecahkan keheningan di ruangan. "Hahaha, sekarang Tuan Richard yang ada di atas sudah mendapatkan yang dia mau. Celly, mulai sekarang kalau ada apa-apa, tinggal bilang saja. Kita bertiga lebih muda banyak dari Tuan Richard, kesehatan kita masih baik, harusnya masih bisa hidup beberapa tahun lagi. Kalau perlu bantuan, jangan sungkan-sungkan."Tuan Kasim berkata, "Benar, kamu itu cucu kandung Tuan Richard. Sudah seharusnya Grup Nadine diserahkan ke kamu."Tuan Satria juga berkata, "Celly, nggak ada apa-apa juga boleh cari kami. Sekarang kami sudah pensiun, bosan sekali. Kalau ada waktu luang, boleh datang mengobrol sama kami."Tiga bapak tua itu tertawa.Celine tahu hari ini mereka bertiga datang untuk mendukungnya, dia merasa sangat berterima kasih. Dia langsung berdiri dan membungkuk hormat pada mereka. "Kakek-Kakek tenang saja, begitu ada waktu aku pasti langsung pergi menggan
Mata Lala penuh dengan kelembutan dan niat baik.Namun saat Hansen mendengar kata-katanya, dia merasa sangat menyindir.Membantunya?Lala mana mungkin membantu Celine? Kalau bukan karena memikirkan rencana Andreas, Hansen tidak mungkin membiarkan Lala palsu ini mendekati Celine. Namun, demi mempercepat rencana, ada hal-hal yang mau tidak mau harus dia lakukan.Karena tidak ingin Lala palsu ini menunjukkan terlalu banyak kebaikan palsu terhadap Celine, Hansen mengalihkan topik. "Celly, kamu sudah menerima Grup Nadine secara resmi, misiku sudah selesai."Celine melihat ke Hansen.Tiba-tiba dia merasa Hansen seakan-akan terlihat lega seakan-akan bebannya sudah terangkat.Beban terangkat?"Kak, aku nggak bisa menjalankan perusahaan, apalagi Grup Nadine yang sebesar ini. Aku terima wasiat Kakek, tapi aku harap semuanya tetap seperti semula. Aku taruh nama saja, semua keputusan tetap perlu Kakak yang buat."Celine benar-benar berpikir seperti itu.Apalagi kalaupun dia mewarisi Grup Nadine, d
Lala berjalan ke sisi Hansen lalu merangkul lengannya dengan akrab."Kak, nggak kusangka ternyata karisma Celly di sini sangat besar!"Nada suaranya dipenuhi dengan kekaguman.Selain kagum, dia terdengar seakan-akan merasa senang untuk Celine.Namun Hansen tahu, "kekaguman" itu palsu."Di mana pun Celly berada, dia punya kemampuan untuk membuat orang percaya padanya. Dia memang orang Keluarga Nadine asli!" Hansen melihat ke arah Celine.Kasih sayang yang nyata di matanya membuat Lala merasa sangat kesal.Orang Keluarga Nadine asli?Memangnya kenapa?Tuan Richard sudah mati, Aurora sudah mati, semua orang Keluarga Nadine sudah mati. Kalau Celine juga mati, di dunia ini sudah tidak ada orang Keluarga Nadine yang asli!"Kak, kamu berencana mau melakukan apa saja selama cuti?" Lala melihat Hansen.Dia bertanya secara asal, seakan-akan hanya perhatian dari seorang adik ke kakaknya. Dia menyembunyikan pikirannya dengan sangat bagus.Hansen seakan-akan sudah punya rencana dari awal. "Kamu ing
"Dasar kamu ini."Hansen menggeleng kepalanya dengan penuh kasih sayang.Kemudian, dia berlari ke pintu Lala dan membukakan pintu untuknya."Begini baru adil."Lala akhirnya puas. Dia berusaha pura-pura manja, tapi dalam hati berencana pergi lihat ada apa di gerbang kediaman Nadine sampai-sampai Hansen mau pulang dari pintu belakang.Oleh karena itu, waktu Hansen dan Celine sudah masuk ke ruang tamu, dia beralasan mau ganti baju dan kembali ke kamarnya lalu langsung menelepon seseorang.Orang yang dia telepon adalah pembantu di rumah yang diam-diam dia sogok.Dia suruh orang itu cari tahu ada apa yang berbeda di luar kediaman Nadine.Tak lama kemudian, dia mendapat jawabannya."Dengar-dengar Nyonya Tua Keluarga Jayadi ada di luar. Aku juga coba lihat keluar, memang benar ada sebuah mobil super mewah. Katanya nyonya itu datang untuk mencari Nona Celly. Pagi-pagi dia sudah datang terus menunggu sampai sekarang, kayaknya masih nggak ada maksud untuk pergi."Lala melihat ke langit yang sud
"Celly ...."Hansen tidak tahu tujuan Yuni datang.Dia cuma tahu Yuni sudah menunggu dari pagi sampai sekarang tapi tidak menyerah. Takutnya begitu menemui Celine, Yuni akan mempermasalahkan Keluarga Nadine yang mengabaikannya.Sementara amarah ini ...."Oke," ujar Hansen dengan ekspresi serius.Kalaupun Nyonya Yuni marah, dia tidak akan membiarkan Yuni melampiaskannya ke Celine.Hansen berpesan pada pengurus rumah untuk membiarkan mereka masuk.Tak lama kemudian, Nyonya Yuni terlihat dari jendela besar.Dari langkah kakinya terlihat kekesalan, Lala yang melihatnya pun mulai semangat mau melihat pertunjukan.Dia juga diam-diam berharap Yuni akan marah pada Celine lalu pergi dengan amarah di hati.Dengan begitu, akan susah kalau Celine mau menikah dengan Andreas!"Tuan Muda, Nyonya Yuni sudah datang ...."Pengurus rumah membawa Yuni masuk ke ruang tamu. Di meja sudah disiapkan sedikit makanan dan minuman.Begitu pengurus rumah selesai bicara, Hansen langsung maju untuk menyambut Yuni."
Celine tertegun.Tidak hanya dia, bahkan Lala juga tidak tahu apa yang terjadi.Sebentar! Nyonya Yuni bukannya mau mencari masalah dengan Celine? Apaan sikap yang tulus dan bahkan bisa dibilang "memohon" ini?Selain itu, dia seorang nyonya tua Keluarga Jayadi, apa yang bisa dibantu Celine? Sampai-sampai memohon padanya?"Nyonya Yuni, apa yang bisa kubantu?" tanya Celine.Di benaknya muncul beberapa hal, tapi langsung dielak olehnya."Cuma kamu yang bisa membantuku," gumam Yuni lagi. Kemudian, dia memanggil sopir yang datang bersamanya.Semua orang baru sadar kalau sopir itu membawa sebuah kotak.Kotak ini terlihat klasik dan indah, seperti sebuah barang antik. Hanya lihat sekilas saja sudah tahu kalau harganya tidak murah.Namun, isi dari kotak itu barulah inti dari semua ini.Semua orang fokus pada kotak itu, Yuni bahkan tidak menunggu sampai sopirnya menyerahkan kotak itu, dia langsung maju dan mengambil kotak itu sendiri.Sikapnya terlihat sangat terburu-buru."Celly, lihat ...." Yu
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak