Carla diam-diam mengepalkan tangannya, tatapannya diam-diam mengarah ke Celine. Melihat senyuman di wajah Celine, Carla tertegun.Kenapa?Dia sedang menyombongkan diri? Menunjukkan kesenangannya?Seketika, kebencian Carla semakin bertambah.Api amarahnya berkobar dengan dahsyat di dalam hatinya, tapi dia tidak tahu kalau Celine tersenyum bukan karena dirinya, melainkan karena sekarang Albert yang ada di atas panggung sedang melihatnya.Entah kenapa, dia selalu merasa akrab dengan Albert.Sejak mereka kenal, Albert dan Vicky sangat baik padanya. Kebaikan yang tulus tanpa tujuan itu membuatnya sangat menghargai pertemanan ini.Dia dan Albert bertatapan, meski lumayan jauh, Celine tetap bisa merasakan tawa di mata Albert.Sangat normal kalau dia membalasnya dengan senyuman.Setelah melihat Celine sekilas, Albert melirik Vicky yang memberinya tanda.Saat itu juga, Albert tahu kalau semuanya sudah selesai.Dia sama sekali tidak mengulur waktu lagi dan langsung berkata, "Tadi Nona Carla bole
Suara Albert bergema di dalam ruangan.Satu kalimatnya mengandung terlalu banyak informasi, membuat orang-orang kesusahan mencernanya.Orang yang dia sayangi?Siapa orang yang dia sayangi?Menghabiskan 600 miliar hanya untuk sebuah hadiah .... Sepertinya sangat berlebihan.Fokus semua orang tertuju pada keroyalan Albert.Namun, orang-orang yang tahu siapa yang dimaksud Albert fokus pada poin yang berbeda.Hadiah dari anggota keluarga baru?Apa maksud Albert?"Jangan-jangan dia mau ...." Vicky orang pertama yang menebak tujuan Albert. Meski dia memahami Albert, Vicky tetap sangat terkejut.Namun, selain tebakannya ini, dia tidak terpikirkan tebakan lain lagi.Tak lama kemudian, kata-kata Albert selanjutnya membuktikan kalau tebakannya benar."Aku dan dia kenal nggak lama, tapi langsung akrab, seakan-akan dia memang keluargaku. Hari ini kebetulan aku bisa meminjam acara Nona Carla ini. Aku harap saudara-saudara bisa menjadi saksi."Albert tersenyum lalu melihat ke bawah panggung. "Celine
Hal ini sangat simpel kalau dua belah pihak hanya orang biasa.Namun, menghadapi keluarga di balik Albert ... masih belum diketahui apa pengaruhnya terhadap keluarganya jika dia mengangkat seorang adik."Tuan Albert, Celly sudah menolak," ujar Carla tiba-tiba.Seakan-akan takut kalau dia tidak membantu Celine menolak, apa yang harus dia lakukan kalau Celine setuju?Namun, kata-katanya membuat ekspresi Albert berubah suram.Tatapannya yang tajam langsung tertuju ke Carla, "Kamu kenapa ikut campur?"Suara Albert yang tajam membuat Carla merinding, tapi dia tetap berusaha keras untuk menghentikan hal ini. "Celly adalah cucu angkat Keluarga Nadine. Sebelumnya cucu angkat Keluarga Nadine nggak pernah sembarangan mengakui kakak. Mungkin ... Celly, kamu mau putus hubungan dengan Keluarga Nadine lalu mengakui Tuan Albert sebagai keluargamu?"Carla tentu saja berniat buruk.Kalau tidak bisa menghentikan Albert mengangkat Celine sebagai adik, bagus juga kalau dia memanfaatkan kesempatan ini untu
"Pakaian Tuan Richard bisa aku ...."Karena panik, Hansen langsung menyela Andreas.Namun, dia tiba-tiba menyadari takutnya berapa pun harga yang dia tawarkan, Albert tidak akan menjual pakaian itu kepadanya!Albert Tjangnaka ....Dia sudah bayar dan tanda tangan kontrak untuk mendapatkan hak milik pakaian itu, sepertinya memang untuk menghentikan Hansen!Hansen merasa sangat marah di dalam hati.Saat ini dia sangat menyesal.Kalau bukan karena tadi dia melamun karena Lala, dia tidak akan membiarkan Albert mendapatkan pakaian itu!Namun sekarang ....Hansen melihat Albert, senyumannya sangat menusuk mata.Albert juga terkejut Andreas membantunya.Namun, setelah kekagetan itu hilang, dia segera memanfaatkan kesempatan ini. "Celly, nggak apa-apa, kalaupun kamu nggak setuju jadi adikku, aku tetap akan memberikan pakaian ini ke kamu!"Albert tersenyum tulus, sangat cocok dengan deskripsi Vicky tadi.Wajah tampan yang biasanya memasang ekspresi sombong sekarang terlihat sangat kasihan, memb
Tuan, kenapa aku lihat Nyonya dan Tuan Albert ... agak mirip?" Gian merasa tidak tahan dan mengungkapkan pendapatnya dengan suara rendah pada Andreas.Namun, tanpa menunggu Andreas memberi komentar, Gian sudah membuat kesimpulan sendiri. "Nyonya cantik, Tuan Albert juga tampan, normal kalau orang-orang cantik dan tampan terlihat mirip."Namun, apakah benar hanya karena alasan ini?Andreas menatap dua orang yang ada di atas panggung. Teringat dengan percakapan telepon semalam dengan James, dia tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.Semua orang yang ada di ruanganfokus pada Celine dan Albert.Saat ini, Albert mengangkat tangannya lalu mengelus kepala Celine. "Kamu bersedia jadi adikku?"Celine tentu saja bersedia.Celine mengangguk sambil tersenyum.Dia sebenarnya memang merasa akrab dengan Albert, begitu mengangguk, Celine merasa ada sesuatu di hatinya yang seketika membuat dia lega.Dia tidak tahu apa itu.Dia hanya tahu dia pernah merasakan perasaan ini waktu melihat Kakek."Kak Albert
"Kakak kenapa?" Terdengar suara Lala dari samping.Hansen tertegun sejenak.Dia merasakan kehangatan dari tangan Lala, lalu mendengar suara Lala lagi."Kakak, namanya Celine, ya? Aku senang sekali, di saat aku nggak ada, Kakak punya adik yang baru. Aku sangat berterima kasih padanya, dia bisa menggantikanku menemani Kakak."Lala berbicara sambil tersenyum, tapi Hansen mendengar kesedihan di suaranya.Hansen pun merasa kasihan padanya. "Lala, Celly ...."Hansen refleks ingin menjelaskan.Namun, Lala malah tersenyum cerah dan menghibur Hansen."Kakak jangan merasa bersalah, kamu bisa jadi kakakku, juga bisa jadi kakak orang lain, seperti Celine ....""Dia itu adikmu, juga bisa jadi adik orang lain, ini hal yang biasa.""Asalkan di dalam hati Kakak masih ada tempat untuk Lala, Lala sudah puas.""Jadi, Lala nggak sedih, Kakak juga nggak usah sedih!"Kening Hansen semakin berkerut.Benar, Celine bisa jadi adiknya, juga bisa jadi adik orang lain!Namun ... apa benar tidak usah merasa sedih?
"Nona pertama Keluarga Nadine bukannya Carla Nadine? Apa maksudnya ini?"Setelah kaget sejenak, semua orang mengutarakan kebingungan mereka.Hampir semua orang refleks melihat ke Carla, lalu melihat wajah Carla pucat, bahkan tubuhnya juga sedikit gemetar.Kalau tadi Carla masih bisa berusaha untuk mempertahankan sikapnya.Namun, sekarang kalaupun sudah berusaha sekuat tenaga, juga tidak bisa menjaga sikapnya lagi.Carla menatap Hansen lalu berkata dengan suara lantang, "Kak Hansen, dari mana kamu menemukan orang ini? Jangan lupa, dia sudah mati ....""Carla."Sebelum Carla selesai bicara, dia dipotong oleh seseorang.Orang itu tidak lain adalah "Lala Nadine" yang tadi diperkenalkan Hansen.Suara itu serak, tidak enak didengar.Hati Carla seakan-akan bergetar, lalu di saat ini, Lala sudah melepaskan tangan Hansen dan berjalan ke depan Carla.Dia melepaskan kacamatanya dan tersenyum lembut. "Carla, lama nggak bertemu. Waktu itu aku juga mengira aku sudah pasti mati, tapi nggak kusangka .
"Kakek menyayangi Lala, baik di luar atau di rumah, Lala adalah nona pertama Keluarga Nadine! Ada orang yang bisa membuktikan hal ini!"Ada orang?"Siapa?" ujar seseorang.Hansen melihat ke satu tempat, lalu semua orang mengikuti arah pandangnya. Begitu melihat orang yang dimaksud Hansen, semua orang tertegun."Tuan Andreas?"Semua orang menggumam.Orang itu ... adalah Tuan Andreas!Semua orang teringat sesuatu dan tiba-tiba mengerti. "Benar, nona pertama Keluarga Nadine dan Tuan Andreas adalah teman sejak kecil, Tuan Andreas pasti tahu jelas!"Namun, apakah Tuan Andreas akan ikut campur dalam masalah ini?Saat ini, Andreas sedang bermain dengan cincin di tangannya, seakan-akan hanya fokus pada cincin itu, sama sekali tidak peduli dengan hal yang sedang terjadi.Sikapnya yang dingin itu membuat mata Lala menjadi suram.Carla pun seakan-akan melihat seberkas harapan, tapi dia tahu tadi dia sudah menyinggung Andreas, dia tidak berani mengatakan apa-apa. Dia hanya bisa berdoa dalam hati A